"noe, bisa tolong kasih ke ningning, ya."
"noe, kasih ke somi ya."
"noe, ke yuna ya"
muak rasanya. hampir tiap tahunnya, noe hanya jadi tukang pengantar bunga. sayang sekali ia tidak dibayar. andai jikak dibayar, mungkin mulutnya akan tetap tertutup rapat.
namun, bagaimana dengan tahun ini? semoga saja tak sama seperti tahun sebelumnya.
hari valentine benar benar merepotkan bagi noe. banyak laki laki yang datang padanya untuk memberikan sebuket mawar merah dan cokelat. namun tak satupun jadi miliknya. tak satupun dari buket dan cokelat itu jadi kepemilikannya.
noe selalu iri. rasanya kesal jika terus dipikirkan. kenapa hanya orang orang itu saja yang dapat perlakukam spesial.
ingin mengamuk saja. tapi pada siapa ia harus mengamuk.
tak ada yang bersalah.
yang bersalah adalah wajahnya tak cantik.
pipinya, bibirnya, hidungnya, bahkan matanya, tak ada satupu yang istimewa.
"noe," dilihatnya jeno berlarian di koridor. membawa setangkai bunga dan sebungkus cokelat.
tanpa sadar bibir noe berucap dengan lantang, "iya, noe tau. mau di antar kepada siapa bunga dan cekelat ini."
rentetan kalimat itu buat jeno bingung. si lelaki kelahiran april tak mengerti maksud noe. ia hanya tersenyum kikuk. "ini buat kamu noe."
"maaf, noe kira kak jen mau nitip ke orang lain."
jeno terkikik. "yang buat orang lain, ada sendiri."
"untuk siapa?"
"giselle. doakan aku ya."
noe mengerti maksud jeno minta didoakan.
semoga ia diterima untuk menjadi kekasih giselle.
itu yang jeno inginkan. tapi biasakah noe menolaknya.
tidak.
sayangnya tak ada alasan noe untuk menolak permintaan jeno. ia bukan lah seseorang yang seharusnya melarang jeno. bukan noe yang berhak atas hal tersebut.
"iya," noe hanya bisa mengangguk. mengiyakan permintaan jeno.
"semoga pernyataan cinta kak jen di terima sama giselle."
iri, noe sangat iri dengan wanita berwajah cantik.
—ditulis di bulan kedua tahun genap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanahaki. (selesai)
Fanfictionft. jeno kelopak bunga berterbangan disekitarnya. sepert dialah teman mereka.