malam ditemani sinar bulan. tengah malam itu noe terbangun. dadanya terasa sangat sesak. semua terasa tak baik baik saja.
mulutnya terus berusaha mengeluarkan kelopak bunga di dalam dada. tak jarang yang keluar adalah sebuah bunga utuh dengan percik darah di benang sarinya.
"noe," suara seulgi membuat noe makin tak karuan. ketukan yang perlahan semakin keras dan terdengar buru buru. noe tak mampu menjawab panggilan itu. suaranya teredam oleh batuk yang tak ada habisnya.
yang membuatnya seperti orang sekarat.
"noe nggak papa, kak."
hanya itu yang bisa noe katakan.
"kalau ada apa apa, teriak aja ya."
setelahnya langkah kaki seulgi terdengar menjauh dari pintu kamarnya. mungkin kakaknya akan kembali tidur. mungkin juga akan mulai melukis sesuatu yang ada di otaknya.
dering ponsel noe berhamburan tak sabar.
jeno menelepon di tengah malam.
"halo, noe."
di sebrang sana, noe dapat mendengar suara serak jeno. terdengar seperti sedang tertimpa hal baik.
"iya, kak jen. kenapa?"
"kamu sudah tidur?"
noe menggelengkan kepalanya. "belum, tadi noe kebangun."
"aku dapat balasan barusan, dia bilang mau."
noe tau.
noe mengerti dengan yang jeno bicarakan sekarang.
walau sudah lewat beberapa minggu dari hari kasih sayang kemarin. rasanya masih saja sama.
sakit.
nyeri.
iri.
noe menghembuskan napas panjang. terdengar sangat lelah dengan hidup yang berjalan seperti sirkus. siapa sangka, jeno justru jatuh hati pada gadis yang bahkan tidak pernah berbicara dengannya. "iya, kak jen. selamat ya. sekarang sudah punya kekasih."
"terimakasih."
"jadi, kita bakal jarang ketemu. kak jen juga bakal jarang lihat aku di depan kelas lagi, ya," noe tersenyum tipis. saking tipisnya sampai terlihat sangat mengerikan.
"iya, noe."
satu dua.
tetes air mata noe semakin deras.
jeno berkata untuk mengakhiri rasa bersalahnya, "maaf."
lagi lagi si gadis lokal itu membuang napas panjang. sangat menyakitkan bagi jeno yang mendengarnya. "bukan salah kak jen."
dan sambungan diputus.
selesai dengan noe yang berusaha terlihat baik baik saja.
noe sekarang tertidur pulas dengan jejak air mata dan bunga lily putih yang mengelilingi tubuhnya. dengan tangkai yang menjulur keluar dari mulutnya. diikuti napas yang perlahan menghilang.
bulan merasa sangat kehilangan. salah satu makhluk yang selalu bercerita dengannya menghilang. ribuan bintang berduka, teman merana mereka menghilang satu.
benar. alam semesta merasa kehilangan. namun juga merasa senang. pasalnya makhluk bumi itu tak akan merasa sakit lagi.
—ditulis di bulan kedua tahun genap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanahaki. (selesai)
Fiksi Penggemarft. jeno kelopak bunga berterbangan disekitarnya. sepert dialah teman mereka.