BAB 10

346 56 1
                                    

Semua cerita hanyalah fiktif belaka meskipun nama-nama itu diambil dari beberapa Wangsa Jerman, sementara untuk kekayaan hanya dalam karangan si penulisnya saja.

□□□□□□

 Hiashi sudah tahu kalau putrinya tidak akan datang ke tempat pertemuan yang sudah diatur, sementara mereka sebentar lagi harus membungkuk dalam-dalam karena sudah membuat kesalahan yang sangat besar. Hiashi mengerti betul ayahnya tidak suka hal semacam itu bahwa membungkuk harus dilakukan—sepanjang hidupnya dia berusaha untuk mengalahkan saingan mereka agar dia tidak membungkuk pada mereka. Namun karena cucu perempuannya itu dia harus melakukannya.

Terbalik dari apa yang dirasakan oleh keluarga Hyuuga, si calon besan, orang yang membuka sayembara secara terbuka justru duduk dengan nyaman di kursinya sambil menikmati kudapan yang baru saja mendarat. Sebelum pertemuan itu dilakukan Jiraiya telah mengantongi data-data keluarga yang membuatnya memahami satu hal, salah satu klan bangsawan tertutup yang tidak ingin terkuak berapa kekayaannya diisi oleh orang-orang kaku dan kuno, selain itu terdiri dari orang-orang tidak sabaran lebih-lebih memahami cara hidup anak muda zaman sekarang.

Jiraiya melambaikan tangannya, sedangkan keluarga Hyuuga langsung fokus dengan tegang karena tangan pria itu. "Lamprecht Isamu, belum selesai?"

"Saya ada di sini, Tuan," Jiraiya tersenyum penuh arti. "Ini yang Anda minta."

"Kerjamu selalu bagus, aku makin suka padamu, Nak."

Setelah mengusap tangannya ke serbet makannya, lalu meletakkan serbet itu ke sebelah piringnya, Jiraiya menyerahkan bukti-bukti yang mungkin tidak pernah keluarga Hyuuga bayangkan. "Aku harap kalian tidak terkejut dengan ini, tapi inilah kehidupan anak muda," dengan wajah penuh perhatian Jiraiya meminta Hiashi melihat apa yang baru diserahkan di atas meja. "Lihatlah semua berkas-berkas itu."

Hiashi mengambil apa yang diberikan oleh Jiraiya kepadanya, sedangkan ayahnya sudah memalingkan muka karena tidak ingin melihat apa pun yang akan terjadi—dia dipermalukan oleh anak ingusan seperti cucu perempuannya itu, dan dia tidak tahan untuk terus duduk di sana, seolah mencari cara untuk menjilat lebih banyak.

"Menikah?" Hiashi berseru dengan nada terkejut. "Ayah, mereka sudah menikah."

Ayah Hiashi merampas surat-surat yang lengkap oleh tanda tangan dan cap merah di mana cucunya membubuhkan di atas kertas itu, juga foto sepasang suami-istri muda dengan kemeja putih mereka dengan latar belakang foto berwarna merah. "Apa ini?"

"Begitulah anak muda bermain, kita hanya perlu menyaksikannya. Jangan kecewa dalam waktu dekat tidak ada pesta, kita biarkan mereka bersenang-senang sampai kita membuat pesta kejutan untuk keduanya," ujar Jiraiya. "Untuk masalah bisnis, sesuai dengan janjiku, aku akan berinvestasi besar-besaran sebagai mahar dari keluarga laki-laki."

Keluarga Hyuuga tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan dalam pertemuan itu dia dikejutkan banyak hal apalagi soal Hinata.

Hiashi ingat jika putrinya menolak mentah-mentah perjodohan tersebut, dan bagaimana dia dapat memercayai apa yang terjadi malam ini. Mantan istrinya menjadi orang yang mungkin dapat merayu putri mereka untuk segera menikah.

"Hiashi Hyuuga," Hiashi mengangkat kepalanya ketika namanya dipanggil. "Apakah setelah ini mau menemaniku minum? Aku benar-benar suka sake."

"Tentu, saya akan menuangkan minuman untuk Anda."

Si pria tua di sebelahnya tersenyum lega tetapi masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. "Ini sudah malam untukku, aku izin untuk pergi lebih awal."

Hiashi bergegas mengantar ayahnya untuk keluar dari restoran tanpa percakapan pada awalnya. Tapi saat mereka berhenti di depan pintu lift pria tua itu menoleh dengan wajah yang cerah. "Kamu sudah bekerja keras untuk membuat Hinata memahami apa arti keluarga," Hiashi terpaku mendengar kalimat itu. Pandangannya berubah kosong. "Aku akan atur makan malam dengan kalian, ya terutama dengan mantan istrimu."

MIDNIGHT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang