Anger

1.4K 72 0
                                    

Pukul 8 pagi aku terbangun kembali dan melihat pesan dari Yoongi, dia sudah berangkat. Hari ini aku tidak melakukan apapun dan hanya berjalan jalan mencari angin. Aku menaiki jembatan penyebrangan dan berhenti di tengah, aku melihat ke bawah. Banyak sekali kendaraan yang melaju sangat cepat, aku menutup mataku dan membayangkan bila aku loncat dari sana dan mati. Nyatanya aku ini tak lebih dari seorang pengecut, aku tidak berani bunuh diri.

Setelah berjalan jalan tanpa tujuan sampai malam, akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke tempat minum. Aku meminta apapun dengan kadar alkohol yang tinggi, dan menegaknya. Aku menegak 4 gelas namun kepalaku sudah pusing, aku menyilangkan tanganku dan menidurkan kepalaku di atasnya. Aku ingin seperti ini sebentar, aku juga tidak enak dengan pengunjung lain.

"Y/n-ssi?" Seseorang memanggilku, aku berusaha bangun dan mengingat wajahnya.

"Oh, Seokjin sunbaenim lama tak berjumpa." Sapaku.

"Iya, sudah lama ya. Boleh aku duduk di sampingmu?" Tanyanya.

"Silahkan." Kataku.

Kim Seokjin sunbaenim, dia kakak kelasku di smp dan sma. Kita tidak begitu dekat dulu, hanya saja kita masuk di club yang sama dan dia pernah menjadi ketuan club bahasa saat smp, namun saat sma dia tak melanjutkannya. Yah mungkin karena saat itu club bahasa di smp hanya 4 orang anggota dan kita sama sekali tidak melakukan apapun. Aku bergabung di club itu juga karena kita tidak melakukan apapun, kurasa saat sma dia sudah memiliki hal yang mau dia lakukan.

"Bagaimana kabarmu." Tanyanya.

"Hmm baik ku rasa, sunbae?"

"Kurasa juga baik haha, kudengar kau menikah dengan seorang musisi ya?" Tanyanya.

"Ya begitulah." Balasku.

"Kau sedang ada masalah?" Tanyanya.

"Ti-tidak, kenapa sunbae bertanya seperti itu?"

"Mungkin aku dulu saat smp terlihat seperti pemalas tapi, ya memang pemalas sih tapi sekarang aku seorang psikiater." Seokjin menunjukkan kartu namanya.

"Wah aku tak menyangka, memangnya psikiater bisa membaca pikiran? Palingan sunbae hanya menebak nebak kan." Balasku.

"Aku tidak menebak nebak hanya saja setahun yang lalu bukannya suamimu terkena skandal perselingkuhan kan, tapi kau tidak memberi komentar apapun dan diam saja sampai saat ini, aku rasa kau pasti tertekan." Katanya.

"Itu kan sudah setahun yang lalu, lagi pula orang orang pasti melupakannya dan aku juga melupakannya." Balasku.

"Begitu ya, maaf ya sudah berkata aneh aneh." Seokjin.

"Yah.. sunbae memang begitu kan dari dulu hahaha." Kami menyatukan tequila kami dan meminumnya secara bersamaan, tidak seperti Seokjin yang meminumnya sampai habis, aku hanya menghisap sedikit. 

"Kau sudah tidak kuat ya? Lebih baik kau pulang, akan ku panggilkan taxi." Seokjin menuntunku sampai masuk ke dalam taxi.

Setelah sampai, aku mendapati Yoongi menungguku di rumah tamu. Dia hanya diam saja sambil melihat ku, karena sangat mengantuk aku tidak menyapanya dan ingin naik ke lantai 2 dan langsung tidur.

"Berhenti." Yoongi mengatakannya dengan nada datar, akupun berhenti.

"Yeobo, kau tahu ini jam berapa?" Yoongi masih duduk di sofa, akupun memutar tubuhku ke arahnya. Dia terlihat marah, sangat mengerikan sampai sampai aku tak berani menatapnya dan tak bisa menjawab pertanyaannya.

"Kenapa tidak bilang padaku kalau kau pergi sampai larut?" Yoongi mendekat.

"Kau minum? Sendiri?"

Aku hanya mengangguk, dan menundukkan kepalaku kebawah.

"Kenapa tiba tiba ingin minum di luar? Bukannya aku punya banyak alkohol di rumah, apa kau bertemu dengan seseorang?" Yoongi mengubah nada bicaranya, seolah olah dia curiga padaku. Aku sedikit terkejut dan secara spontan mengangkat wajahku, aku kesal.

"Apa maksudmu?" Balasku dengan menaikkan suara.

"Kenapa kau yang marah? Apa kamu menyembunyikan sesuatu?" Yoongi.

"Apa kamu mencoba memprovokasiku? Yoongi, seharusnya kamu sadar siapa yang menyembunyikan sesuatu di antara kita." Aku berlari dan masuk ke dalam kamar, mengunci pintu.

"Yoongi?! Kau memanggilku dengan namaku sekarang, baiklah kembalilah Y/n kita belum selesai bicara, kubilang kembali!" Yoongi mengejarku dan mencoba membuka pintu kamar.

"BUKA! Y/n Buka pintunya! Kau pikir bisa kabur dari sini? Ini rumahku, aku yang berkuasa di sini, KELUAR!!!!" Yoongi mulai memukul dan menendang pintu, aku sangat ketakutan dan berlari ke arah balkon. Yoongi menendang pintu itu sampai hampir rusak, akupun melihat arah bawah dan berusaha turun dari sana namun seketika Yoongi berhenti menendang pintu itu. Aku mendekat ke arah pintu dan BRAKKKK!! Sebuah kapak menembus pintu, kurasa itu adalah kapak gawat darurat yang kami letakkan di dapur.

"Jangan salah kan aku Y/n, kamu lah yang membuatku marah duluan." Yoongi terus berusaha mematahkan pintu.

Aku segera mengambil selimut dan mengikatkannya pada railing, dengan cepat Yoongi bisa mematahkan pintu dan segera masuk ke kamar. Tanpa pikir panjang aku langsung loncat sambil berpegangan pada selimutku, aku terjatuh di antara pohon jeruk. Yoongi melihatku dari balkon dan langsung pergi, kurasa dia ingin mengejarku. Dengan sekuat tenaga aku langsung berdiri dan mencoba menghentikan taxi, untungnya ada taxi yang tersisah dan Yoongi kehilangan jejakku.

Tbc

Poison [Min Yoongi 21+] [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang