Good or Bad

1.4K 71 2
                                    

"Mau kemana?" Supir taxi itu bertanya.

"Ke hotel PJ Myeongdong." Balasku.

Tapi kalau aku menggunakan kartu kreditku, yoongi akan tau lokasiku. Tapi aku tidak membawa banyak uang cass, aku mencoba mencari uang sisa di kantong namun aku menemukan kartu nama Seokjin. Mungkin saat ini dialah satu satunya orang yang bisa membantuku, aku pun menelfonnya.

["yoboseo?"]

"Sunbae, ini aku Y/n."

["oh, ada apa? kau masih di taxi?"]

"A-apa kau bisa membantuku? Hiks... Aku sedang ada masalah."

["baiklah, kau mau kemana?"]

"Ke hotel PJ Myeongdong."

["baiklah."]

Sesampainya di hotel aku meminta Seokjin untuk membayar taxi dan membayar kamarku, dia sangat bingung karena bajuku sangat kotor dan banyak luka. Dia membantuku untuk membelikan beberapa baju dan obat, serta menungguku mandi.

Setelah mengobati lukaku, kami hanya terdiam. Kurasa dia sangat tidak enak bertanya, namun aku harus beritahu yang sebenarnya karena aku sudah merepotkannya.

"Sunbae terima kasih." Kataku.

"Tenang saja." Balasnya.

"Aku yakin Sunbae pasti bertanya tanya, dan karena aku sudah membuatmu terlibat kurasa Sunbae harus tahu." Kataku.

"Kau tidak perlu bilang kalau kau belum siap." Balasnya.

"Tidak sunbae, ku rasa aku memang harus cerita padamu. Kau bilang Sunbae seorang psikiater kan, jadi kurasa aku bisa percaya padamu." Jelas ku.

Di malam itu aku menceritakan sebagian kecil dari permasalahanku, seperti kecemasanku dan tentang depresiku, namun aku belum siap untuk bicara tentang Yoongi dan aku yakin Seokjin juga merasa begitu. Seokjin mendengarkan tanpa bicara apapun, dia mencerna setiap ceritaku tanpa menghakimiku.

"Terima kasih Y/n sudah mau berbagi kegelisahanmu padaku, untuk malam ini kita sudahi dulu. Kau butuh istirahat sekarang, besok aku akan menjengukmu lagi." Kata Seokjin.
.
.
.
Besok siang Seokjin menjemputku dan mengantarku ke rumah sakit tempat dia praktek, ia memintaku untuk mendaftar dan kami pun memulai sesi terapiku.

Seokjin tidak memintaku untuk menceritakan semua dengan detail dan lebih sering bertanya tentang keadaan dan perasaanku. Sesi kami berjalan selama 4 jam, Seokjin memberitahu padaku kalau aku mengalami Bipolar disorder akibat depresi dan kecemasanku yang berlebihan. Ia memberiku obat penyeimbang suasana hati dan tetap mengikuti sesi psikoterapi seminggu 2 kali. Awalnya aku memikirkan cara membayarnya namun Seokjin bilang kalau dia yang tanggung semua biaya.

Ponselku mati, batrainya habis dan aku tidak membawa charge. Aku hanya bisa menunggu Seokjin di rumah sakit sampai pekerjaannya selesai. Aku tidak pernah menyangka kalau kakak kelasku yang dulu terlihat seperti orang bodoh, sekarang menjadi psikiaterku.

Setelah pekerjaannya selesai Seokjin mengantarku kembali ke hotel, Seokjin juga membelikanku charge. Aku sangat berhutang padanya. Sesampainya di hotel aku menghidupkan ponselku dan melihat banyak sekali panggilan masuk dari Yoongi, aku jadi makin ketakutan dan mematikannya kembali.

Sudah 2 minggu aku menjalani spikoterapiku, aku sudah mulai merasa lebih baik. Dan selama 2 minggu pula aku menjadi lebih dekat dengan Seokjin, aku seperti memiliki seorang kakak. Hari itu Seokjin mengajakku makan malam bersama istri dan anaknya, ya Seokjin sudah menikah sekitar 4 tahun yang lalu, istrinya bernama Kim Sohee. Dia dikaruniai anak laki laki bernama Kim Seok Hun yang sekarang berusia 2 tahun.

Aku di sambut dengan sangat hangat, kami banyak bicara dan bergurau. Selesai makan malam aku ingin membantu membereskan piring namun Sohee melarangku dan memintaku untuk duduk saja dan bermain dengan Seok Hun. Seokjin datang menghampiri Sohee dari belakang dan menciumnya, astaga orang itu seharusnya bisa menjaga sikapnya di depan tamu. Tapi entah kenapa air mataku menetes, selama ini sadar kalau aku merasa kesepian. Aku rindu dengan sentuhan dan kasih sayang, aku rindu dengan Yoongi.

Setelah mereka selesai membereskan piring, Seokjin mengantarku kembali ke hotel. Aku berpamitan dengan Sohee dan Seok Hun. Selama di perjalanan kami hanya terdiam, dan sangat canggung. Kurasa Seokjin menyadari keanehan dariku dan mengantarku sampai ke ruanganku, dia memintaku untuk bercerita agar kecemasanku tidak semakin parah.

"Apa terjadi sesuatu?" Seokjin.

"Kurasa aku kesepian, aku melihatmu bersama Sohee entah kenapa aku merasa sangat iri." Kataku.

Pasti Seokjin terkejut dengan pernyataanku, dia tidak berkata apapun. Namun tak lama ia mulai memelukku, aku terkejut tapi lagi lagi aku hanya diam dan menerimanya. Seokjin mulai mencium bibirku, akupun menerima cumbuannya.

Aku tahu ini adalah sebuah kesalahan tapi aku tak bisa membendung rasa kesepian dan kesedihanku selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tahu ini adalah sebuah kesalahan tapi aku tak bisa membendung rasa kesepian dan kesedihanku selama ini.

Tbc

Poison [Min Yoongi 21+] [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang