21%

78 14 9
                                    

Malam tiba ditemani Yuta yang baru saja datang dari Jepang. Tak sendirian, ada Lucas yang menemani. Kini mereka bertiga sedang terdiam melihat keadaan Anya yang berbaring di atas ranjang tersebut dengan bantuan oksigen dan juga suara monitor holter yang mengkhawatirkan.

"Udah berapa lama dia gini?" Tanya Yuta tak tau siapa yang dituju.

"Dua tahun kurang dua bulan, Bang" jawab Hyunjin sambil menoleh ke arah Anya.

Yuta menghembuskan nafasnya sedikit keras. Dia kecewa menanyakan hal itu.

Keadaan kembali hening dan terdengar nyaring detak jantung Anya. Lucas mengusap wajahnya kasar lalu berdiri.

"Gue mau ke kantin. Ada yang nitip kagak nih?" Tanya Lucas dengan nada yang masih sama seperti biasanya.

"Gue air putih aja, Cas. Dua botol yang sedang" jawab Hyunjin sambil mengeluarkan dompetnya.

Lucas berdecak sambil menyingkirkan tangan Hyunjin yang memberinya uang "Apaan sih, gue yang beliin tau"

"Berani emang sendirian, lu?" Tanya Yuta menyindir.

Lucas melipat kedua tangannya ke depan dada sok gagah "Kagak lah. Temenin ayok"

Hyunjin yang berdiri, dia juga butuh udara luar setelah hampir seharian memandangi makalah sialan nya.

Pintu ruangan ini ditutup, Yuta pun mulai berjalan menuju ranjang Anya. Tak duduk, dia hanya berdiri di sebelah kanan Anya.

"Anya. Gue dateng nih. Nggak kangen gue apa? Nggak pengen liat gue ya?"

"Lu kalo istirahat jangan lama-lama. Kasian ditunggu banyak orang, Nya. Om Suho juga kasian duit nya abis buat bayarin lu anjir"

"Bayangin ntar hak warisan lu udah keburu abis karena biaya rumah sakit ini. Beuh, gue sih mending bangun"

Beberapa detik kemudian, Yuta tak bisa menahan air matanya. Selimut yang menutupi setengah badan Anya basah, karena Yuta menundukkan kepalanya saat menangis. Dia bahkan selalu teringat kenangan-kenangan nya bersama Anya semenjak mengetahui bahwa Anya terbaring seperti ini.

Yuta sempat memeluk Anya sekuat tenaganya sebelum gawainya berdering.

.

Lucas yang sedang menunggu ibu penjual nasi memanggil, tiba-tiba teringat beberapa pertanyaan yang selama ini selalu ia tunda.

"Lu udah punya pacar belum?" Lucas merasa sedikit lega karena salah satu pertanyaan nya bisa ia lontarkan.

Hyunjin menggeleng sambil tersenyum meremehkan diri sendiri.
"Bahkan kalo boleh jujur, gue sampai saat ini belum bisa lupain Anya"

Hening sejenak karena Hyunjin mengambil nafas dalam-dalam.
"Kelihatan goblok banget sih emang. Tapi untungnya gue masih bisa ngelawan rasa gue ke Anya. Selama ini cuma bisa pantau dari jauh keadaan dia gimana. Karena nggak enak juga sama Dejun"

Lucas tertawa mendengar hal itu "Dan ternyata Dejun nya—"

"Mas! Ini udah jadi" ucap ibu penjual sedikit berteriak.

"Buset, kuping gue masih berfungsi anjir" omel Lucas sebelum menghampiri sang ibu penjual.

Tiba di ruangan ini, Yuta dan Lucas melahap nasi bungkus tadi. Hyunjin hanya menggulir layar HP nya; melihat-lihat berita yang tak menggairahkan.

Karena menurutnya terlalu sunyi, Lucas menyalakan lantunan ayat suci dari aplikasi di gawainya.

"Anya belum mati goblok" semprot Yuta sambil memukul tangan Lucas.

"Ini bukan yasin astaga, Bang" balas Lucas.

"Ganti aja weh. Pamali" Hyunjin mematikan ayat suci itu.

{2} 𝑫𝒊𝒋𝒐𝒅𝒐𝒉𝒊𝒏 || 𝑿𝒊𝒂𝒐 𝑫𝒆𝒋𝒖𝒏 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang