Hari ini tak ada perayaan ulang tahun untuk Cassa. Bukan tak ingat atau apa, Dejun dan Cassa sepakat akan merayakan ulang tahun jika Anya sudah bangun dari komanya. Pagi ini hanya ucapan dari ayah dan kakek nenek nya saja.
Setelah mengantarkan ke sekolah, Dejun langsung melipir ke arah rumah sakit untuk mengunjungi istrinya. Setelah mendengar bahwa ada aktivitas di otak istrinya, Dejun bisa dibilang rajin ke rumah sakit. Bukannya apa-apa, jika memang tadinya tak ada harapan, dia tak ingin mendengar berita kematian yang sama seperti saat anak keduanya dinyatakan meninggal.
Masuk ke dalam lorong VIP disambut dengan udara pagi. Namun tetap saja suasana hati Dejun selalu gelisah saat mendekati kamar Anya. Saat membuka pintu, tercium bau masakan yang sangat familiar di hidungnya.
"Eh, Dejun. Sini sarapan" ajak Irene saat menata makanan di meja makan.
Dejun langsung menaruh tas kerjanya di sofa bagian kirinya dan ikut duduk bersama Irene.
"Udah lama banget nggak makan rendang jengkol"Irene tertawa "Emang Taeyeon nggak pernah masak rendang jengkol?"
"Pernah, Mah. Tapi nggak seenak buatan Mama" puji Dejun agar mendapat lebih banyak potongan jengkol.
Ditengah sarapannya, tiba-tiba ada yang masuk lagi ke dalam kamar tersebut.
"Astaga, malu-maluin aja bawa bontot sendiri" ejek Suho sambil melepas topi hitamnya.
"Papa kenapa pake topi?" Tanya Dejun.
"Biar nggak kelihatan. Soalnya Papa kan terkenal" jawab Suho sombong.
"Kamu belum makan kan? Daripada ngomong ngaco nggak jelas, mending nih makan rendang jengkol" Ucap Irene sambil mengambilkan nasi untuk suaminya.
"Suho tuh pake topi karena takut ditagih utang" celetuk Irene.
Dejun tersedak saat tengah menelan kunyahan jengkolnya, lalu segera diberi jengkol lagi oleh Irene.
"Anaknya keselek malah dikasih jengkol"ucap Suho sambil mengambil jengkol pemberian Irene tadi dari piring Dejun.
Irene memberikan raut wajah datar lalu mengambil lagi jengkolnya dan menaruhnya di piring Dejun.
"Astaga, ini jengkol masih banyak kenapa pada ribut masalah jengkol" Dejun menggelengkan kepalanya lelah. Seandainya Anya ikut gabung disini, mungkin lebih asyik lagi.
Selepas menyelesaikan sarapannya, Dejun beralih untuk membuka salah satu jendela yang ada di dekat ranjang Anya. Lalu duduk di samping Anya dengan membelakangi Irene dan Suho. Dia mengambil tangan kanan istrinya sambil meraba betapa halusnya kulit itu. Mata Anya yang tampak tenang terpejam membuat Dejun merasa sangat kecewa pada dirinya sendiri.
"Sayangku, gimana keadaan nya? Lu ketemu sama Calla nggak disana?" Dejun berbicara dengan nada gemetar.
Air matanya menetes dalam sekejap. Tangan kirinya terulur untuk merapikan rambut lepek milik istrinya.
"Gue nggak bisa lihat elu gini terus. Cassa masih nanyain bundanya setiap mau tidur sama berangkat sekolah. Oh, iya hari ini ulang tahunnya Cassa sama Calla. Tahun depan udah SD dia. Enaknya masukin SD mana ya?"
"Sekarang zonasi, Jun" saut Suho yang tampaknya daritadi mendengar omongan Dejun.
Dejun mengusap bekas air matanya lalu menoleh ke arah belakangnya "Masa sih, Pah?"
Suho mengangguk "Tapi ntar kalo Cassa mau masuk SD sesuai pilihan kamu, bisalah pake jalur dalem"
Irene berdecak sebal "Nggak boleh nyogok. Ntar cucuku ilmunya nggak barokah gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
{2} 𝑫𝒊𝒋𝒐𝒅𝒐𝒉𝒊𝒏 || 𝑿𝒊𝒂𝒐 𝑫𝒆𝒋𝒖𝒏
Fanfiction"Ini adek bayinya yang minta" Anya mengeluarkan jurus andalan nya. Pasrah, kalo Anya udah bilang gini, Dejun nggak bisa apa-apa lagi. "Yaudah iya. Gue nonton konser BTS, iya" ucap Dejun lesu. "Bukan BTS, Jun!! Ateez" protes Anya. "Perlu bawa BTS mea...