23%

61 17 6
                                    

Flashback 670 hari yang lalu.

Hari ini adalah hari terbahagia keluarga Dejun. Dimana si kembar-Mei-mei dan Mail berulang tahun yang ke empat. Rencananya pasutri somplak hanya merayakannya berempat saja. Mungkin Chenle bisa ikut untuk dimintai bantuan juga. Tak ada surprise untuk si kembar, maka dari itu Anya berencana mengajak salah satu anaknya untuk ikut mengambil kue.

Tak ada hiasan ulang tahun seperti kebanyakan. Chenle hanya membeli balon dan bando kartun untuk pelengkap acara.

Jam menunjukkan pukul setengah empat sore. Kemarin Dejun memesan kue untuk diambil jam empat sore. Karena Anya tak ingin mulutnya sakit untuk meniup balon yang lumayan banyak, dia memutuskan untuk mengambil kue nya sendiri.

"Siapa mau ikut Bunda!?" Anya berteriak sambil memakai cardigan hitam nya.

Tak ada satupun anaknya yang menggubris pertanyaan nya. Anya berdecak malas sambil mengulang perkataan nya tadi.

"Bunda mau kemana sih?" Akhirnya ada yang menyahut ucapan Anya.

"Mau ambil kue ulang tahun kalian dungs. Mau ikut nggak?"

"Aku mau ikut, Bun" Calla mengangkat tangan kanannya lalu menghampiri sang bunda yang hampir di ambang pintu.

Sebelum keluar, Calla menyempatkan untuk berpamitan pada orang-orang yang sedang sibuk menyiapkan pestanya.

"Aku pergi dulu yaw. Hati-hati di jalan" ucap Calla percaya diri.

Chenle tertawa sambil mendekat ke arah Calla "Seharusnya aku yang bilang hati-hati di jalan"

Calla mengangguk sambil mengangkat kedua alisnya.

"Calla!" Panggil Dejun dari sofa.

Dejun menggunakan kedua tangannya untuk membuat berbagai macam bentuk hati. Calla pun mengikutinya dengan sedikit terlambat.

Anya tertawa melihat anak laki-lakinya lebay seperti sang suami. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kedua anaknya pada lebay semua sih.

Sampai di dalam mobil, Calla meminta ibunya untuk menyalakan lagu kesukaan mereka berdua. An art gallery could never be as unique as you

Sebelum ke toko kue, Anya mampir sebentar ke salah satu minimarket untuk membeli beberapa camilan pendamping saat acara nanti.

.

Perjalanan pulang sedikit macet karena mungkin masih terhitung hari kerja. Selama berhenti di lampu merah, Calla selalu melihat kue ulang tahunnya di jok bagian tengah. Raut wajahnya terlihat sangat senang sekali.

Lampu merah di perempatan besar ini terdengar sangat bising. Suara klakson saling bersahutan dari masing-masing jalan.

"Calla, wish di hari ulang tahun ini apa?" Tanya Anya.

Yang ditanya sempat berfikir sambil menunduk ke bawah "Calla berdoa minta sama Tuhan, buat jagain ayah sama bunda"

"Oh iya, sama kakak juga" imbuh Calla.

Anya tersenyum bangga melihat anaknya tumbuh seperti ini. Karena hal yang paling ia takuti adalah saat tak bisa mendidik anaknya dengan baik. Calla memberitahukan bahwa lampu sudah berubah warna menjadi hijau. Anya menunggu mobil di depannya jalan sambil menyalakan lampu hazard lalu mengikutinya.

Hampir mendekati pertengahan bundaran, ada klakson dari arah kanan yang berbunyi sangat panjang. Anya menengoknya karena sangat mengganggu pendengaran nya. Anya seketika merasakan lemas di bagian kaki dan kedua tangannya. Ada truk tanpa muatan yang melaju sangat kencang dari arah kanannya.

Anya mulai kembali tersadarkan kembali dan langsung menancapkan gas nya penuh. Namun sayang, bagian belakang mobil tetap tertabrak mengakibatkan mobil yang ditumpangi Anya serta Calla malah terjungkal dan terseret hingga terhimpit mobil lain.

Anya merasakan pandangan nya berputar-putar dan sakit di dadanya yang amat hebat. Dia mungkin tak sadarkan diri sampai suara yang sangat familiar ia dengar.

"I love you, Bunda"

Anya memaksakan kepalanya untuk menoleh ke arah luar kaca. Matanya yang sedikit buram karena air mata yang menggenang tetap bisa melihat anak lelakinya dengan kedua tangan yang Calla bentuk menjadi cinta.

Anya juga memaksakan tangannya yang tak terhimpit untuk meraih tangan lain yang mungil itu. Matanya seketika sedikit lebih jernih karena tangisannya meluap.

"Selamat ulang tahun sayangnya Bunda. Bahagia terus ya, Bunda minta maaf"

___

Sore itu, dengan gaun hitam yang menjadi hadiah pertama bagi Cassa. Kemeja hitam bermotif kotak-kotak pemberian dari Anya waktu pertama kali masuk bekerja. Sepatu kets hitam pemberian dari Anya waktu hari kelulusan Chenle.

Ketiganya terpaksa mendengar berita kematian dari dokter yang menangani Callandra Xiao-anak kedua dari pasutri Dejun dan Anya. Tubuhnya yang terpental hebat mengakibatkan pendarahan sangat banyak di kepalanya.

Sayup-sayup Anya mendengar berita kematian anak lelakinya itu. Tapi aneh, mengapa dia tak mati juga? Sempat berfikir kalau Tuhan sangat tidak adil. Dengan mengambil kehidupan anak lelakinya yang hari ini genap berusia empat tahun. Perjalanan nya masih panjang, tapi kenapa harus Calla yang diakhiri duluan hidupnya.

Beberapa saat setelah dinyatakannya kematian anak keduanya, beruntun ada kabar kalau istrinya mengalami koma. Oh, Tuhan. Kalau boleh Dejun ingin menyerah saja! Tuhan juga bersikap tak adil padanya.

Untungnya Chenle sempat menahan pinggang kakaknya itu sebelum jatuh tersungkur karena tak tahan dengan derita barusan. Sedangkan Cassa hanya menangis melihat adik dan bundanya sama-sama tak bergerak di atas kasur IGD.

Sesuai instruksi Chenle, dokter yang beberapa menit lalu menyatakan kematian Calla menelpon keluarga Baekhyun dan juga Suho.

Tangis isak memenuhi ruang IGD karena kematian seorang anak yang berulang tahun ke-empat. Bahkan kamar VIP yang ditempati Anya saat ini hening. Hanya bodyguard suruhan Suho yang menemani Anya diluar kamar.

Jenazah Callandra akan dimakamkan besok pagi di pemakaman sekitar perumahan Suho. Mengingat waktu hampir menjelang magrib dan minimnya pencahayaan jika malam hari. Jenazah Calla diletakkan di kamar mayat rumah sakit.

Taeyeon dan Irene memutuskan untuk tidur di rumah sakit sambil menemani Cassa yang tidak bisa tidur tanpa bundanya. Sedangkan Dejun dan Chenle pulang ke apartemen bersama Baekhyun dan juga Suho.

Malam itu seperti kutukan yang tiba-tiba datang bagi Dejun. Permintaannya dulu sama sekali tak berbuah manis. Hanya sampai terakhir kali istri dan anak lelakinya berpamitan untuk pergi mengambil kue ulang tahun. Seharusnya Dejun harus lebih mengingat bahwa setiap perpisahan sangatlah berharga.

Jika tahu kalau mulai tadi siang tak ada perpisahan lagi, dia yang akan pergi sendirian mengambil kue tersebut.




















Maaf ih kalo kurang feel nya,, tapi ini aku nulis sambil merinding nggak karuan. Maapkeun aku Mail ㅠㅠ

Btw vote nya jangan lupa bestay

〈(•ˇ‿ˇ•)-→→→→→ next chapter

{2} 𝑫𝒊𝒋𝒐𝒅𝒐𝒉𝒊𝒏 || 𝑿𝒊𝒂𝒐 𝑫𝒆𝒋𝒖𝒏 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang