Chapter 25 : Kenyataan

225 25 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

–––––––––––––––

Melepaskan mu itu berat. Tapi terus mempertahankan mu juga berat.


Revisi bab 25 : Selesai!

–––––––––––––––

(Selamat membaca)

Tidak, Halwa tidak bisa melupakan atau meninggalkan Asrar. Semalaman, Halwa terus memikirkan ucapan lembut Asrar, semakin berat untuk bisa melepaskan Asrar. Halwa juga sudah curhat kepada Deva dan kedua sahabatnya, Nadhira dan Lilia. Tentu, pendapat mereka beda-beda.

"Udah, lo lupain aja dia. Si Astor astor itu cuman bikin lo sakit hati aja." Ini dari Deva.

"Lo gak pantes sama Asrar. Dia nolak juga kan karena sikap lo yang buruk." Dan ini dari Lilia, suaranya sangat sinis ketika mengatakan hal itu.

"Masih banyak laki-laki lain, mungkin lo gak jodoh sama Asrar." Terdengar simpel, tapi memang benar juga apa yang dikatakan oleh Nadhira.

Hari ini, Halwa akan pergi mengunjungi rumah Asrar. Dia melihat dirinya di pantulan cermin full body yang sudah siap dengan pakaian rapih dan juga sopan. Halwa menggunakan celana kulot besar warna putih, senada dengan kerudung pashmina dan blazer putih yang panjangnya sampai betis kaki. Dalam bajunya warna hitam. Jadi, dihari Jum'at ini, outfit Halwa warna hitam dan putih.

Sepatu putihnya mulai melangkah keluar kontrakan tak lupa dengan menguncinya kembali. Hati Halwa juga sudah lega, dan yakin tidak ada gangguan.

"Mau ke mana, Wa?" tanya tetangga kos nya. Dia lebih tua dari Halwa.

"Mau nyamperin calon suami," jawab Halwa sambil memakai helmnya.

"Cewek kok nyamperin laki. Laki dong yang nyamperin cewek," sindir tetangga kosnya.

"Nanti pas mau lamaran," bisik Halwa. Lalu setelahnya, dia pergi dengan motornya.

Tidak peduli apapun tanggapan Asrar nanti ketika dia ada di sana, yang penting Halwa sangat ingin memperjuangkan Asrar lagi, dan mencoba menentang semangat dari Asrar untuk dia melupakan nya.

Jum'at hari ini sangat cerah. Helm bulat yang dipakai Halwa mulai terasa panas di dalam. Keringat nya pun sudah keluar. Perjalanan ke rumah Asrar seperti perjalanan ke rumah makan, sangatlah jauh. Walaupun di kota yang sama, tapi jarak tetap lah jarak, yang bisa memisahkan mereka.


Selama perjalanan, mulut Halwa terus menyanyikan sholawat beberapa kali. Kata Nek Rahmi, di hari Jum'at perbanyak lah sholawat, dzikir, dan segala kebaikan lainnya. Halwa terapkan itu semua, dia harus tetap menjaga imannya agar tidak naik turun, dan terus senantiasa Istiqomah sampai tua nanti.

Gas motor yang Halwa tekan dikendurkan. Setangnya dibelokkan ke rumah yang gerbang nya terbuka dengan lebar. Ternyata, barusan mobil yang pernah Asrar pakai masuk.

"Eh neng Halwa, Badeu arek naon kadieu? arek ka panggih si Aa nya," tebak pembantu rumah Asrar–Imas–yang barusan membuang sampah ke depan.

Aku Yang Tidak Di Percaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang