3 - Putri Yang Dibuang

85 5 0
                                    


Setelah Jessi menyerahkan hadiah yang dibawanya untuk Lyn, gadis itu sangat senang dan langsung bergegas memainkan mainan barunya di sisi lain ruangan kerjanya yang memang telah dibuat khusus sebagai area bermain anak yang sangat aman dan juga tempat beristirahat.

Sehingga sesibuk apapun Nay, dia masih bisa bekerja sambil mengawasi putrinya bermain tanpa terlalu khawatir masalah keamanan.

******

Duduk didepan meja kerjanya saat ini bukan hanya Jessi, tapi ada juga seorang pria muda tampan yang membawa Lyn telah duduk disana.

Pria itu bernama Vin Liem. Seusia dengan Nay. Merupakan salah satu teman dekatnya selain Jessi.

Saat ini Vin menjabat sebagai wakil ketua "Lyn" yang juga tangan kanan Nay yang paling terpercaya dan salah satu orang yang paling berpengaruh di "Lyn".

Jika dengan Jessi, Nay sudah bersahabat selama 5 tahun belakangan, namun dengan Vin, Nay sudah mengenalnya lebih dari setengah kehidupannya.

Ya! Karena Vin adalah teman sekolah dan pernah bertetangga dengan Nay sebelum akhirnya keluarga Vin pindah ke Negara F.

Kedua teman lama ini bertemu kembali setelah sekian lama disebuah acara fashion show, dan pada saat itu Nay masih seorang asisten desainer kecil tanpa nama.

Vin adalah pria yang cerdas yang memiliki banyak ide-ide kreatif, dan dia juga telah lama mengenali bakat nyata Nay sebagai desainer. Kerjasama yang kuat dengan Vin lah, Nay perlahan membangun "Lyn" dari nol hingga akhirnya bisa berkembang pesat di dunia fashion.

Vin duduk santai sambil menyeruput kopi perlahan, dan saat meletakkan cangkirnya, dia berkata, "Keluarga Wijaya sangat kaya. Putri mereka telah lama menghilang tanpa kabar, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang mencoba mencari. Lima tahun berlalu begitu saja, apa kau yakin ingin kembali?"

Nay diam tidak menjawab.

Ruangan pun seketika hening dan udara terasa canggung.

Sebagai teman terdekat, Vin dan Jessi cukup mengetahui bagaimana rumitnya hubungan antara Nay dan keluarganya.

Nay jelas masih memiliki keluarga, dan masih merupakan salah satu keluarga kaya dan terpandang, tapi, dia seorang gadis muda, lebih memilih hidup seorang diri di Negara asing dalam kondisi hamil, dan bekerja sangat keras untuk membesarkan anaknya bahkan tanpa ada satu pun keluarganya yang pernah datang.

Jelas hubungan Nay dan keluarganya tidak baik.

Vin berkata tak berdaya. "Keluarga Wijaya terlalu kejam padamu!"

Nay menanggapi dengan senyum mengejek. "Lagipula, aku hanya seorang putri yang dibuang!" katanya yang jelas ada emosi kompleks disuaranya.

Vin menghela nafas tak berdaya.

"Aku sudah memesan tiket penerbanganmu lusa, dan Ahn juga sudah menyiapkan apartemen sesuai keinginanmu. Selama kau disana, Ahn akan menggantikanku untuk membantumu mengurus segalanya. Apa kau baik-baik saja?" ucap Vin setelah meletakkan map dokumen diatas meja.

Nay tidak banyak menunjukkan ekspresi. Dia hanya tersenyum pada Vin dengan penuh terima kasih.

"Bagaimana jika keluarga itu memperlakukanmu dengan buruk? Lalu, apakah mereka akan menerima Lyn?"

"Lyn putriku! Juga cucu mereka. Tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak menerimanya!" ucap Nay dengan ketegasannya.

Vin terdiam beberapa saat sambil terus menatap wajah Nay yang cantik seukuran telapak tangan. Dia mencoba menyelidiki namun tidak menemukan sedikit kecacatan apapun. Ekspresi Nay masih seacuh tak acuh biasanya.

"Beberapa waktu yang lalu, kau pergi untuk pemeriksaan dirumah sakit. Bagaimana hasilnya?"

"Hah! Pemeriksaan apa?" sahut Jessi tampak sangat terkejut dan penasaran menatap Vin kemudian beralih pada Nay. "Nay, apa kau sakit?"

Saat pertanyaan itu diturunkan, Nay yang sedang memegang dokumen ditangannya tanpa sadar bergetar. Namun itu hanya reaksi sekilas. Tak ada dari kedua temannya yang sempat menyadarinya. Karena kepalanya tertunduk, Nay masih bisa menyembunyikan emosinya.

"Tidak ada masalah!" jawab Nay tenang tanpa mengangkat matanya, dan terus membaca dokumen ditangannya.

Nay terus menampilkan sikap acuh tak acuhnya. Membuat kedua teman dihadapannya terdiam dan saling melirik satu sama lain tak berdaya.

"Perutmu selalu mengalami masalah serius dan sangat mengganggumu, kan? Kau terlalu bekerja keras selama ini dan hampir tidak memperhatikan dirimu sendiri. Lusa kau kembali, jangan terlalu lelah. Selama kau disana, jangan khawatir tentang pekerjaan, serahkan padaku!" ucap Vin penuh pengertian.

Nay menatap Vin dan tersenyum lembut. "Jangan khawatir!"

Tidak ada yang lebih beruntung selain memiliki sahabat-sahabat setia, pengertian, dan selalu siap membantumu meringankan beban.

"Berapa lama kau berencana tinggal disana?" tanya Vin lagi.

"Belum tau!" jawab Nay ragu-ragu, lalu lanjut berkata, "Tapi, jika semua berjalan lancar, aku akan kembali secepatnya!"

"...begitu! Aku sudah meminta Ahn untuk menyelidiki lagi masalahmu malam 5 tahun yang lalu. Sudah sangat lama, tapi semoga akan ada petunjuk yang membantumu!" ucap Vin.

"Terima kasih Vin!"

"Terima kasih apa? Jangan begitu kaku, kami berteman begitu lama. Aku pasti akan membantumu kapanpun kau membutuhkan bantuanku. Lagipula untuk mengurus "Lyn" juga adalah tanggung jawabku," ucap Vin.

"Tetap saja! Aku banyak membuatmu kerepotan!"

"Tidak masalah!"

"Ya ya ya! Nay, jangan terlalu kaku, tuan Liem sangat ahli menyelesaikan banyak hal, jadi biarkan dia bekerja lebih keras untukmu. Sayang sekali jika tidak dimanfaatkan!" ucap Jessi lebih bersemangat tampak menyanjung Vin, namun siapapun bisa mendengar ada sindiran di nada bicaranya.

Namun bukan kata sindiran, melainkan memanggilnya "tuan Liem" begitu formal membuat Vin mengerutkan kening sangat tidak senang.

Vin melirik Jessi disampingnya dan berkata dengan tajam. "Nona Gill sangat bersemangat untukku, jangan repot!"

"Ya, tidak repot! Aku hanya bicara kenyataan, buka begitu tuan Liem?"

Vin tidak mengerti kenapa, namun hatinya sangat jengkel pada kata-kata Jessi yang jelas memiliki maksud tertentu. Dia mengerutkan alisnya semakin tidak bahagia, namun masih berusaha untuk menahan amarahnya.

Gadis mati ini, berusaha membuatnya marah!

Vin melirik Jessi dan berkata sangat sinis. "Apa otak nona Gill kebanjiran? Begitu banjir sampai jadi bodoh? Inikah sikap tulus pada seseorang yang telah menyelesaikan segunung masalah yang kau ciptakan?"

"Apa? Kau..."

"Sudah hentikan!" ucap Nay segera menyela Jessi yang hendak membalas. "Kenapa kalian berdua malah bertengkar?"

Nay tidak tau mengapa dan apa yang sebenarnya dibicarakan oleh kedua orang didepannya. Tapi satu hal yang di pahami Nay saat ini, bahwa baru saja dia menyadari jika hubungan kedua temannya ini mungkin tidak biasa.

Nay memperhatikan Jessi dan Vin secara bergantian. Kedua orang itu saling memalingkan wajah tidak bahagia ke sisi berlawanan, dan tampak sangat bermusuhan. Namun dimata Nay saat ini, mereka seperti pasangan kecil yang bertengkar dan sangat lucu.

Cinta Satu MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang