2 - Memutuskan Kembali

99 3 0
                                    

Keesokan harinya.

Di gedung studio desain "Lyn"

Nay sedang duduk didalam ruangannya dan tampak sibuk bekerja.

Hari ini Nay mengenakan pakaian professional seperti biasa, namun tetap menampilkan gaya fashionable, yang menjadikan tampilannya tetap anggun dan cantik menawan seorang desainer muda.

Beberapa waktu hening, tiba-tiba saja pintu ruangan yang tertutup dibuka tanpa ijin. Seorang wanita cantik berpenampilan formal langka dengan blazer dan loose pants namun tampak estetik, bergegas memasuki ruangan lalu berjalan menghampirinya.

Nay yang sebelumnya hanya focus bekerja, sejenak sedikit mengangkat matanya untuk melihat sosok yang sudah sangat dikenalnya.

Wanita itu sangat cantik, selalu tampil ceria, bersemangat, dan penuh percaya diri. Dia bertubuh tinggi 178cm, tampak seksi, dan rambutnya berpotongan pendek bob yang diwarnai hijau kebiruan yang mempertajam penampilan tomboynya lebih berani.

Wanita cantik ini bernama Jessi Gill, sahabatnya dan seorang model professional berdarah campuran Asia-Barat.

Jessi berusia dua tahun lebih tua darinya, dan mereka bertemu 5 tahun lalu. Tepatnya, keduanya pertama kali bertemu secara tidak sengaja beberapa hari setelah Nay tiba di Negara asing ini.

Pertemuan yang penuh drama, dan setelah beberapa waktu saling berinteraksi membuat hubungan kedua wanita menjadi semakin baik hingga saat ini.

Sebagai seseorang yang hidup sebatang kara di Negara asing dan masih sedang hamil, Jessi adalah salah satu teman yang paling banyak membantunya. Bahkan, selain dekat dengannya, Jessi juga sangat menyayangi Lyn. Bagi Nay, hubungan mereka sudah lebih seperti saudara.

"Jadi kau sudah benar-benar memutuskan akan kembali?"

Nay tidak langsung menjawab. Ia tampak tenang dan tetap focus untuk menggambar rancangan desainnya tanpa menghiraukan pertanyaan sahabatnya.

Jessi telah terbiasa melihat sikap acuh tak acuh Nay.

Menurutnya, sahabatnya ini memang selalu sangat professional dan serius dalam hal bekerja. Dan, dia tidak pernah keberatan.

Namun untuk kali ini, dihadapi dengan berbagai tanda tanya dan dia masih diperlakukan seperti udara, Jessi tentu tidak bisa menahan diri. Dia kembali bertanya dengan tidak sabar dan nadanya agak mendesak.

"Nay, 5 tahun lalu kau memutuskan pergi dan bertekad melepaskan segalanya dimasa lalu untuk terus hidup disini. Kenapa tiba-tiba kau ingin kembali? Apa terjadi sesuatu yang tidak aku tau?"

Setelah beberapa saat diam tak bersuara, Nay pun akhirnya menjawab dengan singkat tanpa menoleh. Seakan apa yang dia katakan ini tidak berhubungan sama sekali dengannya.

"Aku harus menemukannya!"

"Siapa?"

"Pria itu..." jawab Nay pelan lalu mengangkat matanya menatap Jessi dengan tenang namun ekspresi diwajah cantiknya sangat serius. Lalu, dia melanjutkan kata tegas, "Ayah Lyn!"

Mendengar itu, Jessi seketika membeku dengan mulut terbuka lebar. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak tau apa yang harus dikatakan.

Hanya sesaat terpaku, Jessi kembali tenang dan lekas bertanya, "Kenapa?"

Nay menurunkan matanya mencoba menutupi sedikit cahaya emosi dimatanya, lanjut bekerja, sambil menjawab disingkat, "Dia ayah Lyn!"

"Ya, maksudku, mengapa kau tiba-tiba ingin mencari pria itu?" Tanya Jessi tidak menyerah dan tampak penasaran. "Bukankah sebelumnya kau sendiri yang mengatakan tidak tau dan tidak ingin tau siapa pria itu? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?"

Nay menghentikan gerakan tangannya. Dia mengangkat kembali matanya menatap Jessi tanpa ekspresi, membuat Jessi sulit untuk menebaknya.

"Dulu aku terlalu egois!" ucap Nay tenang.

Setelah beberapa saat diam, Nay pun kembali berkata, "Menurutku...sudah saatnya bagi Lyn untuk mengenal ayahnya. Dia semakin besar!"

Namun, siapa Jessi?

Sebagai model professional yang telah berkeliling dunia, jenis orang seperti apa yang tidak pernah dilihatnya. Terlebih, Jessi sangat mengenal Nay, dan tentu saja dia tau jika sahabat malangnya ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Namun, setiap orang pasti punya rahasia. Dan, dia tau Nay mungkin merasa tidak nyaman untuk bercerita padanya, dan tidak akan memaksanya.

"...begitu!" ucap Jessi sambil mengangguk mengerti.

"Lalu, kapan kau akan pergi?"

"Lusa!" jawab Nay bertekad.

"Bagaimana dengan Lyn?"

"Dia setuju!"

Mendengar itu, Jessi menganggukkan kepalanya dalam diam, lalu kembali bertanya, "Lalu bagaimana caramu menemukan pria itu? 5 tahun bukan waktu yang singkat, dan kau bahkan tidak memiliki kesan apapun."

"Karena itulah aku harus kembali!" jawab singkat Nay.

Jessi terdiam sejenak. Menatap sahabatnya dengan ekspresi rumit, dan kemudian menghela nafas panjang, tampak pasrah.

"Yah, aku tidak tau harus berkata apa lagi padamu. Aku lebih senang jika kau tidak kembali kesana lagi. Tapi, jika itu pilihanmu, maka aku mendukungmu asalkan kau dan Lyn baik-baik saja disana," ucap Jessi.

Nay tersenyum lembut. "Terima kasih banyak Jes!"

"Hm! Baiklah! Tapi ingat, jika kau mendapatkan masalah atau kesulitan apapun disana segera hubungi aku, Ok? Tidak ada rahasia diantara kita!"

"Tentu saja!'

Disaat kedua wanita cantik itu sedang mengobrol asik dan sedikit membahas tentang beberapa hal, tiba-tiba terdengar bunyi pintu yang diketuk. Dan, sebelum Nay bisa merespon, pintu itu sudah lebih dulu terbuka.

Sesosok gadis kecil dengan rambut dikepang dikedua sisi kanan dan kiri, berjalan memasuki ruangan dengan kaki kecilnya. Dan, seorang pria muda tampan berwajah oriental dengan penampilan professional mengikuti di belakangnya sambil membawa tas kecil merah muda bergambar Barbie.

"Mommy! Tante Jessi!"

"Hai sayang!" ucap Nay tersenyum penuh cinta sambil membuka kedua tangannya saat menyambut pelukan hangat putrinya.

Kedua ibu dan putrinya saling menebar kasih sayang dengan memberi ciuman, sebelum si kecil akhirnya turun dari pangkuan ibunya, dan bergegas menghampiri Jessi untuk memeluknya.

"Oh sayangku! Boneka kecilku!" teriak Jessi yang tak kalah lebih antusiasnya saat dia memeluk makhluk kecil itu dan mencium pipi lembutnya.

Lyn pun membalas mencium pipi kanan Jessi dengan tingkah imutnya.

"Lyn sangat kangen dengan tante!" ucap manis Lyn dengan tatapan mata bulat polosnya yang indah, yang meluluhkan hati siapapun.

"Oh, tante juga kangen sekali dengan Lyn kecil kami yang cantik!" ucap Jessi sembari memeluk erat Lyn.

"Tante, rambutmu keren!" puji Lyn dengan mata indahnya berbinar kagum menatap rambut Jessi yang berwarna.

"Benarkah?" tanya Jessi sangat senang dengan satu tangan terangkat memegang sisi rambutnya tampak bangga. "Model ini sedang trend!"

"Ya! Tante kau semakin cantik seperti boneka barbieku!" ucap Lyn dengan suara kekanak-kanakannya. Tampak imut, mengangguk dan mengancungkan kedua ibu jari tangannya yang mungil.

Jessi merasa hatinya meleleh penuh rasa manis oleh pujian si kecil, dan senyumnya semakin lembut, "Oh, mulut bayi kecilku sangat manis!"

"Jadi, apakah ada hadiah?"

"Hah?!"

"Mommy bilang tante pergi ke Amerika untuk difoto Om Will. Sekarang tante sudah kembali, bukankah kau membawa hadiah untukku?" ucap Lyn dengan nada kekanak-kanakannya, yang membuat semua orang lekas tertawa.

"Haha...apa dikepala kecilmu hanya ada hadiah?" kata Jessi memanjakan.

"Ya tentu saja! Aku tidak akan menolak hadiah apapun yang datang, terlebih jika tante Jessi yang memberikan!" ucap Lyn dengan cerdiknya.

Semua orang menertawakan tingkah manisnya.

Cinta Satu MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang