4 - Goodbye & Welcome

69 5 0
                                    

Waktu begitu saja berlalu.

Tibalah pada hari keberangkatan Nay dan Lyn ke Negara I.

Jessi, Vin, dan beberapa sahabat terdekat lain seperti pasangan suami-istri Ivy dan Thor yang juga teman seperjuangan Nay, menyempatkan waktu sibuk mereka untuk datang kebandara, mengantar kepergian Nay dan putrinya.

Suasana pun begitu haru.

Teman-teman saling memberi pelukan hangat dan kata-kata perpisahan.

Ivy bahkan memeluk Lyn, menangis dan enggan melepaskan. Bagaimana pun sebagai ibu asuh yang telah membawa Lyn sejak lahir, selain waktu dengan Nay, Lyn hampir selalu bersama Ivy dan tidak pernah terpisah.

Baru-baru ini Ivy dinyatakan hamil. Dan, Nay tidak ingin membuatnya terlalu lelah di kehamilan mudanya dengan menjaga Lyn, sehingga belakangan Lyn lebih banyak ikut dengannya bahkan saat pergi bekerja.

"Selama disana Lyn harus patuh dengan mommy, Ok? Jangan nakal, jangan berlarian, makan lebih banyak sayuran, jangan terlalu pilih-pilih, juga sering-seringlah telepon tante Ivy, ok?"

"Ok tante! Lyn akan jadi gadis baik! Lyn akan selalu patuhi mommy!" ucap Lyn dengan gaya patuhnya yang kekanak-kanakan sangat imut, membuat Ivy dan semua orang tersenyum.

"Lyn memang gadis cantik dan cerdas!" ucap Thor tersenyum lembut sambil mengelus-elus kepala si kecil, tampak menyayangi dan memanjakan.

Lyn menatap Thor dengan mata genitnya yang khas.

"Tentu saja aku gadis yang sangat cantik dan pintar, bahkan saat aku dewasa, aku akan secantik mommy. Jadi om, jadilah pria setia. Jangan jatuh cinta padaku, ok?" uca Lyn dengan centilnya mengedipkan mata pada Thor.

Semua orang: "HAHAAHA..."

("Penerbangan 0065 ke Negara I, siap untuk boarding. Semua penumpang harap naik ke pesawat.")

Mendengar itu, Nay segera berkata pada putrinya, "Ayo nak, kita harus pergi sekarang. Ucapkan selamat tinggal pada kedua om dan tante."

Lyn yang cerdas langsung mematuhi perintah ibunya.

Mereka pun berpamitan untuk terakhir kalinya.

Nay mengambil nafas dalam-dalam, menggenggam erat tangan kecil putrinya, dan kembali melihat sahabat-sahabatnya itu untuk terakhir kalinya. Dia tersenyum lembut, lalu mengambil barang bawaannya, berjalan pergi sambil menuntun putrinya menuju kearah gate masuk pesawat.

Lyn kecil menoleh kebelakang dengan senyuman manisnya, mengangkat satu tangan kecilnya dan melambaikan tangan ke tante dan om-nya, dan mereka juga membalasnya dengan lambaian tangan.

"Bye..bye..." ucap gadis kecil itu.

******

Didalam pesawat kelas VIP, Nay sudah membawa Lyn duduk dikursinya dan dengan cekatan membantu gadis kecil itu memakai sabuk pengaman.

Ini bukanlah pertama kalinya Lyn naik pesawat.

Sebelumnya Nay telah sering membawa Lyn berpergian ke Luar Negeri untuk pekerjaan maupun pergi liburan. Namun begitu, sebagai seorang ibu, Nay tetap harus memastikan kenyamanan dan keamanan putrinya sebelum akhirnya dia duduk tenang di kursinya sendiri.

Setelah beberapa saat, pesawat pun akhirnya melaju terbang.

"Mom, apakah kampung halaman mommy sangat jauh?" tanya Lyn dengan mata bulat yang polos menatap penasaran pada Nay disampingnya yang sedang membaca majalah fashion.

Nay menghentikan bacaannya, menoleh dan tersenyum lembut menatap putrinya. "Ya! Apa Lyn lelah?"

Lyn menggelengkan kepalanya. "Belum!"

"Apa kau lapar?"

"Tidak. Susuku belum habis!" jawab Lyn dengan suara berbisik kecil dan ekspresi bingung yang tidak biasanya.

Nay mengenal putrinya. Dia bisa merasakan jika putri kecilnya tampak terganggu akan sesuatu. Sebagai ibu yang perhatian, Nay tidak diam. Dia mengelus lembut wajah dan rambut putrinya penuh kasih.

"Ada apa dengan wajah itu? Katakan pada mommy, kenapa Lyn sedih?"

"Tidak sedih!" jawab Lyn langsung menolak, namun mata indahnya melirik ke arah lain dengan bingung.

Nay menyadari itu. Dia berbalik, melihat kearah lain dimana putrinya sedang melihat, dan seketika itu pula dia tertegun, lalu menghela nafas didalam sambil melirik putrinya dengan perasaan bersalah.

Duduk di deretan baris paling depan dengan posisi berseberangan dengan tempat duduk mereka, adalah seorang pria dan wanita dengan seorang gadis kecil yang tampaknya seusia dengan putrinya.

Karena posisi mereka tidak terlalu jauh, Nay bisa hanya melihat sedikit lebih jelas profil samping wanita itu karena posisi duduknya dipaling pinggir. Dan, meski hanya tampilan samping, namun Nay cukup terkesan karena wanita itu sangat muda dan sangat cantik. Dengan mengenakan gaun putih tanpa lengan yang menonjolkan tubuh indahnya, juga tempramen yang mulia.

Sedangkan untuk pria itu selain terlihat berpakaian serba hitam, Nay tidak bisa melihat profilnya dengan jelas karena terhalangi, namun gadis kecil cantik yang berada bersama mereka dengan lancar dan gembira memanggil keduanya "Mommy Daddy!" yang sudah pasti jika mereka adalah satu keluarga yang terdiri dari tiga orang.

Lyn terus memperhatikan keluarga itu dengan tatapan dalam, yang membuat Nay merasakan seperti pisau menyayat hatinya, dan dia sangat sedih.

Putrinya memiliki IQ dan EQ yang melebihi anak-anak seusianya. Dia begitu mandiri, penuh pengertian, dan tampak selalu ceria. Sejak dia telah mulai berbicara dan mengenal berbagai hal, putrinya tidak pernah sekalipun menanyakan ayahnya.

Bukannya Nay tidak tau.

Sepintar apapun putrinya, dia tetaplah anak kecil berumur 4 tahun yang masih haus perhatian dan kasih sayang terutama dia sangat membutuhkan sosok "ayah". Hanya saja, demi menjaga perasaannya yang selalu bersedih dan muram setiap kali ada seseorang yang menyinggung tentang ayahnya, Lyn pun menahan keingintahuannya untuk bertanya siapa ayahnya, dan dimana dia?

Nay menatap lekat wajah cantik putrinya. Kedua matanya memerah dan berkaca-kaca, namun, Nay tidak bisa membiarkan air matanya jatuh. Dia tidak bisa menampakkan kerapuhan dihadapan putrinya.

******

Waktu berlalu begitu saja.

Setelah perjalanan panjang, akhirnya pesawat berhasil mendarat di bandara Negara I yang menjadi tujuan.

Nay yang sedang tertidur perlahan membuka matanya dan menoleh melihat putrinya yang masih tertidur disampingnya, lalu dia pun menoleh ke jendela melihat pemandangan luar.

Sudah 5 tahun!

Pikirannya melayang ke kenangan yang tak terhitung jumlahnya saat dia kemudian bergumam, "Selamat datang kembali di rumah...Naira."

Cinta Satu MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang