9 - Ayo Menikah!

80 4 1
                                    

Deretan mobil-mobil mewah berwarna hitam sedang melaju kencang disepanjang jalan menuju pinggiran Kota.

Didalam salah satu mobil yang paling mewah, tepatnya di kursi belakang yang sangat luas dan nyaman adalah Mike, Laura dan Elena.

Elena sudah berganti gaunnya yang kotor menjadi gaun yang bersih, dan gadis kecil itu duduk dengan tenang sambil memainkan boneka barunya.

Laura dan Mike duduk bersama di kedua sisi dengan jarak yang berjauhan, dan selain suara manis Elena yang kadang-kadang terdengar, tidak ada satupun dari mereka yang berbicara atau bahkan sekedar bernafas.

Udara didalam mobil yang begitu besar luas sungguh sangat menyesakkan.

Lebih lagi, sejak meninggalkan bandara, Mike selalu memasang wajahnya yang muram dan hanya berkutik dengan laptop dan pekerjaannya tanpa henti. Sama sekali tidak peduli meski ada kecantikan lembut disampingnya. Dia bahkan tidak melirik putrinya sedikit pun.

Sungguh pria berhati dingin!

Laura selalu memperhatikan pria yang di cintainya itu. Setiap gerakannya yang anggun tidak pernah lepas dari matanya.

Meski dia sudah sangat terbiasa di perlakukan seperti udara olehnya, namun tetap saja hati wanitanya merasa sedih dan kesal karena pria itu sama sekali tidak pernah memandang atau peduli padanya.

Dia sangatlah cantik. Berpendidikan tinggi. Multitalent yang dijuluki seorang dewi kecantikan Ibukota. Putri tercinta keluarga James yang terkenal dan kaya.

Pria mana yang tidak tergila-gila padanya, dan berharap bisa memilikinya?

Namun, disinilah dia, duduk satu mobil dengan pria yang paling dicintainya, yang telah merebut seluruh hatinya. Pria yang membuatnya tergila-gila, dan masih ayah dari putrinya, namun, seperti apapun dia tidak pernah bisa mendapatkan sedikitpun perhatian bahkan balasan cinta darinya.

Sungguh menyedihkan!

Laura menggigit bibirnya dengan erat.

"Mike!" panggilnya tidak tahan lagi setelah ragu cukup lama.

Namun pria yang dipanggil itu tidak sama sekali menjawab, bahkan sedikit menoleh pun tidak. Hanya terus terfokus pada layar komputernya dan menggerakkan kesepuluh jari-jari panjangnya yang indah seperti menari-nari cepat tanpa suara diatas keyboard.

Laura yang tidak dihiraukan benar-benar semakin kesal.

"MIKE!"

Teriakan keras Laura dengan berani yang membuat Elena yang sedang bermain terhenti menatapnya, bahkan supir melirikan matanya gugup ke kaca spion, lalu saling melirik gossip dengan asisten Ted yang duduk di co-pilot.

Namun, protagonis pria utama disini tetap tidak mengangkat kepalanya. Acuh tak acuh, dan terus bekerja. Seakan teriakan nyaring wanita di sampingnya hanyalah suara klakson mobil yang biasa saja.

"Mike, aku berbicara denganmu, bisakah kau sedikit saja memperhatikanku?" protes marah dan kecewa Laura.

Setelah satu detik hening, pria itu pun membuka suaranya yang dingin dan tegas. Hanya satu kata dan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop yang menampilkan kode-kode rumit yang tidak dimengerti oleh orang biasa.

"Katakan!"

Kedua mata Laura memerah, dan dia menggigit bibirnya beberapa saat, lalu berkata, "Ayo kita menikah!"

(......) Suasana hening.

Namun Laura yang sudah dikendalikan perasaan cintanya yang egois, tidak lagi menahan diri dan terus berkata penuh emosional.

Cinta Satu MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang