~16~

300 74 11
                                    

"Jadi nanti Papa hanya harus jawab pertanyaan aja, kan? Ini kayak QnA, ya? Kamu bilang cuman tugas sekolah, bukan ketemu sama jurnalis?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi nanti Papa hanya harus jawab pertanyaan aja, kan? Ini kayak QnA, ya? Kamu bilang cuman tugas sekolah, bukan ketemu sama jurnalis?"

"Hadeh..."

Jay membenamkan muka ke buku Sunghoon yang memuat pertanyaan yang akan diajukan oleh teman-temannya nanti. Sementara Pak James hanya menyengir tanpa dosa melihat kefrustasian anak semata wayangnya.

Sebelum yang lainnya datang, Jay berencana untuk mem-briefing papanya ini di ruang kerjanya. Supaya gak kebanyakan jeda gitu pas ngerekam.

Bukannya gabisa ato apa. Cuma ya, saking banyaknya kerjaan dan faktor usia, Pak James jadi ya agak-agak pikun juga.

Untung aja ada sekretarisnya yang siap sedia di sampingnya. Tapi juga gak banget, lah, tugas kayak gini aja pake manggil sekretaris.

Gamau Jay tuh dikira pamer. Makanya kali ini dia yang jadi sekretaris papanya sendiri.

"Gini, Pa. Ini emang yang mau wawancarai Papa bukan jurnalis. Tapi cuma anak sekolahan kayak Jeyi," kata Jay dengan penuh kesabaran. Kalo enggak pasti dia udah lompat dari rooftop rumah. "Sekarang, Papa baca lagi ini pertanyaan-pertanyaannya dan pikirin jawabannya. Jeyi mau nanti pas ngerekam kita gak kebanyakan jeda gitu, Pa. Tapi sebisa Papa aja. Tapi ya... masa gabisa, sih. Orang perusahaannya sendiri, masa gatau."

"Ohh... okeh." Pak James mengangguk paham.

"Gak perlu cakep-cakep juga," komentar Jay ketika dia memerhatikan kembali tampilan Papa James. "Ganti sana, ah. Biasanya juga pake kaos polo sama celana selutut ae. Itu ae udah bagus."

"Ogah, males. Lagian udah terlanjur dipake juga." Pak James mengibaskan tangannya. "Udah buruan. Apa lagi?"

"Nih, dibaca dulu." Jay menyodorkan lagi buku Sunghoon. "Gampang, kok Pa. Questions-nya ini juga umum kok, seharusnya Papa enggak kesulitan nanti jawabnya."

Pak James menerima buku yang disodorkan anaknya. Lalu mendalami setiap butir pertanyaannya dan memikirkan jawaban yang pas.

"Santai aja, Pa, nanti jawabnya," sambung Jay. "Biar gak terkesan dibuat-buat. Yang natural gitu-lah pokoknya."

"Iya, iya, udah ngeh Papa."

Jay ngangguk aja. Lalu dia pamit untuk turun buat memeriksa apakah teman-temannya sudah datang atau belum.

"Temen-temen kamu yang mau dateng siapa aja, Jeyi?" tegur Mama Park ketika melihat putra semata wayangnya berjalan menuruni anak tangga.

"Jake sama Sunghoon, biasalah. Tapi ada temen Jeyi yang lain, kok. Chaerin, Sunoo sama Yu..."

Volume suara Jay mengecil ketika dia hendak menyebutkan nama Yujin. Seperti baru teringat akan sesuatu yang penting.

Mama kan pernah mergokin gue ngigo tentang Yujin?!! Aduh mampos ae gue anjeeeng!! Nanti kalo Mama ember ke Yujin gimana??!!!

Let Me In [ Jay EN- × Yujin IVE ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang