1🍳 kesempatan kedua

95 18 4
                                    

🍳


"gelap!"
.
.

"Dingin!"

.
.

"Sakit!"

Sekujur tubuh ku terasa tertekan ke bawah, hidung dan paru-paruku penuh dengan air, rasanya dingin dan sesak.

"Jadi ini adalah akhir dari hidupku!"

"Tidak apa-apa, ini hanya akan sakit sesaat setelah ini semua akan baik baik saja, aku tidak akan kesakitan lagi."




.






Seorang gadis yg terbaring di bangkar puskesmas mengerjapkan matanya, mencoba menetralkan sinar yang masuk pada lensa matanya.

"Ughh..!" Ringisnya menyentuh kepala.

...

"Apa ini?"

"Gua belum mati!"

Perlahan memaksa tubuhnya bangkit duduk, dari jauh terdengar suara gaduh langkah kaki menghampirinya.

"Wika... Wikaa nak kamu gak apa-apa nak?,"

"Ada yang sakit?," Tanya wanita paruh baya dengan wajah khawatir yang tak bisa di tutupinya.


"..."


"Nak kamu jangan diem aja, jawab ibu Wika jangan buat ibu takut?"

Gadis yang di panggil Wika itu hanya diam memandang lekat wanita yang memanggil dirinya ibu itu.

Tangannya dengan gemetar terulur menyentuh sisi wajah ibunya.

"Ibu?" Dengan lirih di ucapannya satu kata yang sudah bertahun tahun tak ia gunakan,

.
.

"mustahil"

"Ini gak mungkin, bagai mana bisa, ibuku seharusnya meninggal bertahun-tahun lalu." Pikirnya.

Apakah ini mimpi?

Tapi sentuhan di balik telapak tangannya terlalu terasa nyata, dia bisa menyentuh ibunya yang sudah lama meninggal.

"Pada akhirnya gw benar-benar mati." Ucapnya tersenyum pahit.

"Apa yang kamu bilang Wika, tentu saja kamu masih hidup, kamu selamat berkat petugas kolam berenang menyelamatkan kamu. " Jelas ibunya sambil memegang lengannya.

"Wisata kolam renang, bukannya laut?"

Terakhir kali dalam ingatannya adalah ia akan mengakhiri hidupnya di laut, tapi kenapa dia ada di sini dan ibunya yang telah lama meninggal pun masih ada di sini.

Dan lagi yang dia ingat bukankah kejadian saat tenggelam di wisata kolam renang adalah kejadian saat ia masih duduk di bangku 3 SMP dan itu bertahun-tahun lalu.

"Ini bukan mimpi?" Ucapnya minta keyakinan pada ibunya.


"Bukan Wika... Apa kepalanya juga kemasukan air?" Gumam pada kalimat terakhir ibunya.

Bruk

Wika memeluk ibunya dengan sangat erat kemudian menangis sejadi-jadinya.

"Huaaaaa ... Ibu huuuuuuhuuu!"

Sang ibu hanya bisa membalas pelukan sang putri dengan tanda tanya besar di kepalanya,apa yang terjadi?.

"Huuuaaahhh ibu Wi-wika lelaah hiks, se- semua itu sangat berat bu huuuhuhu, ta-tapi sekarang tidak apa-apa hiks ada ibu sekarang, itu tidak seberat sebelumnya hiks hiks." Dirinya menumpahkan keluh kesahnya selama bertahun tahun hidup menderita dalam tangisannya kali ini.

"Tidak apa-apa Wika, ibu akan selalu di sampingmu," terasa tepukkan lembut di pungging seakan menenangkan dirinya.


.



Dua jam kemudian




Ibu sedang mengurus administrasi kepulangannya diluar, sedangkan dirinya masih termenung mencerna setiap potong kejadian dalam hidupnya saat ini,


Nama asli Wika Salma lahir di keluarga amat sederhana ayahnya adalah seorang buruh angkutan umum di ibukota, ibunya adalah penjual nasi uduk dekat rumah dan dia adalah satu satunya putri semata wayang orang tuanya.

Wika hanya punya satu penyesalan dalam hidup, yaitu tidak punya cukup waktu untuknya berusaha lebih keras.

Pada usia muda di sekolah nilainya adalah yang terburuk, lulus dengan nilai rata-rata dengan banyaknya remedial, lulus SMP kemudian putus sekolah, selama tiga tahun hanya bermain dan menguras habis uang orang tuanya, kemudian akibat kecelakaan ibunya meninggal dunia lalu beberapa tahun kemudian ayahnya di penjara karena kasus kecelakaan yang menyebabkan seorang konglomerat masuk rumah sakit, kemudian memutuskan untuk bunuh diri karena tekanan dari keluarga korban untuk meminta ganti rugi yang jumlahnya tidak masuk akal, pada akhirnya meninggalkan Wika seorang diri, menderita akibat tuntutan ganti-rugi yang terus mendatanginya.

Dirinya harus mencari nafkah hidup sendiri, dengan bekerja berbagai pekerjaan kasar. kemudian di usianya yang ke dua puluh satu dia menikah dengan seorang pria yang bekerja di stasiun kereta api.

Selang beberapa tahun di karuniai seorang putra namun beberapa watu setelahnya suaminya meninggalkannya dengan wanita lain dengan semua harta yang mereka punya tanpa memberikannya sepeser pun uang.

Ia pun kembali hidup sendiri dengan anaknya namun Tuhan berkata lain putranya pun sakit akibat kekurangan gizi juga lingkungan yang kotor kemudian meninggal.

lalu tak lama dokter pun mendiagnosa bahwa dia mengidap penyakit radang kulit dan hampir sebagian tubuhnya mengeluarkan bintik merah keunguan, belum lagi biaya hidup juga kebutuhan lainnya.

Akibatnya di usianya yang ke 35 dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke laut, di saat-saat terakhirnya yang dia sesali hanya satu,

"Andai gua dulu berusaha lebih keras lagi, lebih keras dari siapapun untung mengubah nasih buruk yang gua alami sekarang." Tapi semuanya sudah terlambat, tidak ada lagi yang perlu di pertahankan semua yang dimilikinya sudah hilang orang tua, suami, bahkan anaknya meninggalkannya.

Tapi saat ini semuanya berbeda, orang tuannya masih hidup, dia belum menikah apalagi memiliki anak, dan yang terpenting dia masih bisa berusaha lebih keras lagi untuk mengubah masa depannya.




To be continued

WTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang