19🍳. kue ulang tahun

16 3 0
                                    

🥧

Beberapa hari yang lalu Wika menyerahkan formulir untuk mengikuti lomba dalam festival bulan depan, dia membuat nasi omelette untuk salah syarat dalam formulir tersebut, masakan yang menurut semua orang sederhana kadang memiliki kesulitan tersendiri yang orang lain tak akan kira, nasi omelette yang Wika buat bercita rasa luar biasa hingga ibunya yang menjadi orang pertama mencicipi pun menangis.

Dengan nasi dan ayam yang diselimuti oleh segumpal omelette dengan tekstur yang kenyal di luar dan lumer di dalam, telur yang dengan hati-hati ia buat agar cita rasa pecah di dalam nya terjaga, bayangkan saat anda memotong badan telur omelette yang di lumuri saus dari ujung ke ujung lalu kuning telur yang di buat setengah matang pecah dan luber memasuki setiap inci dan sela dari nasi dan ayam... Wahhh🤤

[Oke cukup✋🏻]

Sampai keesokan harinya Giselle bahkan meraung ingin mencicipi masakan yang di buat Wika, sungguh melihat gambar yang di kirim oleh sahabatnya membuat ia langsung membayangkan bagai mana rasanya.

Dan hari ini ada tugas yang menunggunya, besok adalah hari minggu, hari di mana ulang tahun Leona adik Liliyana akan di gelar, itu artinya hari ini adalah saatnya ia membuat kue, untungnya hari ini adalah hari libur jadi ada banyak waktu.

Hari ini entah bagai mana Giselle sahabatnya ikut membantu membuat kue, mungkin dia keluar diam diam dan pergi ke rumah Wika tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Saat ini Wika dan Gisella dalam perjalanan menuju pasar, namun dari kejauhan tampak sesuatu yang menarik perhatian Wika, dia pun menghentikan langkahnya yang membuat Giselle bertanya-tanya.

"Kenapa?"

Wika menunjuk ke arah jalan yang ramai di lalui pejalan kaki sepertinya.

Dengan mata cantiknya Giselle menyipit.

"Lo kenal?"

Wika menggeleng.

"Beberapa hari yang lalu gue liat dia hampir nyuri dompet ibu-ibu." Ucapnya.

Masih segar di pikirannya bagai mana anak yang sepertinya berusia lebih muda dari mereka melalukan kejahatan di siang bolong.

"Sumpeh Lo!?" Terkejut.

Wika membenarkannya dengan anggukan.

"Waktu itu gue nanya kenapa dia nyuri, tapi dia malah balik marah-marah." Lanjutnya.

"Hah...-tunggu maksud Lo, Lo mergokin dia mau maling terus Lo tanya kenapa dia maling gitu!?" Tanyanya dengan wajah terkejut.

"Iya."

Plak

Giselle menampar dahinya sendiri frustasi.

"Lo itu polos apa kepalang bego sih?"

"Kalau misalnya dia orang yang nekat gimana, karena Lo saksi kejahatannya Lo bisa di sakitin sama dia, Lo gak takut?" Lanjutnya memarahi.

"Tapi keliatannya dia gak sejahat itu dan dia juga masih kecil."

"Ampuun Wika... Gak ada yang tau hati manusia, gini deh umpamanya anak singa segimanapun mereka lucu mereka tetep di besarkan sama raja hutan yang paling ganas,"

"Lo liat dia," tunjuk Giselle ke arah anak itu "Lo liat tatapan matanya, matanya kaya predator yang lagi nyari mangsa, dari pakeannya juga Lo bisa liat, gue yakin dia dibesarkan di lingkungan yang kejam sama seperti hutan." Giselle terus bicara tanpa mengalihkan tatapannya dari sosok yang sedang duduk pinggir jalan yang jauh dari mereka.

Memang jika orang lain tidak terlalu memperhatikan anak ini tidak berbeda dari pada pengemis lain dengan baju compang camping ya, sandal lapuk dan juga wajah dan tubuh kotornya, namun jika diperhatikan benar apa yang di katakan Giselle bahwa mata anak ini mengintai layaknya predator buas yang mengintai mangsa.

"Tapi kasian, dia gak pernah milih untuk dilahirkan seperti itu." Ucap Wika lirih.

"Konyol!?" Kata Giselle.

"Emang manusia gak bisa milih gimana dia dilahirkan, tapi manusia sendiri yang harus menentukan gimana dia bisa menjalani hidup, alasan Lo cuman ada buat mereka yang takut, takut ternyata hati dan prinsip mereka lah yang kurang kuat."

Tanpa sadar anak itu mendapatkan mereka berdua yang dari kejauhan, menatap mereka tajam terutama pada Wika seolah itu adalah peringatan.

"Mungkin, mungkin Lo bener." Ucap Wika pelan entah kenapa ada perasaan tidak menyenangkan di hatinya.

"Apapun itu don't worry, karena hari ini kita ada pesanan besar, ayo cepetan nanti barang yang di toko keburu habis." Kata Giselle seraya menarik lengan Wika menjauh dari pandangan anak itu.

****

"Oke saatnya mulai." Kata Wika sambil memakai sarung tangannya bersiap untuk operasi tepung.

Di atas meja sudah tersedia berbagai macam bahan juga peralatan, Giselle dan khusus nya Wika seakan tenggelam dalam khidmatnya membuat kue, berkonsentrasi, menakar, mencampur, mengadoni, kemudian memanggang hingga pada akhirnya bagaian menghias, semua di lakukan dengan baik juga cantik hingga akhir.

Kemudian tepat pada sore hari kue itu pun jadi.

(Gambar kuenya yang di atas ya)

"Gila sih, Hiasannya bagus banget!" Ungkap Giselle takjub padahal sedari awal hingga akhir ia menyaksikan sendiri bagaimana kue ini terbentuk.

Dengan request yang katanya bertema animal tapi girly Wika menambahkan gajah kecil yang memakai mahkota bagai ratu, Gajah juga melambangkan kekuatan juga keberuntungan juga hewan dengan ingatan yang kuat, ditambah dengan banyaknya bunga bunga yang cantik berwarna pink juga putih menambah kesan girly didalamnya juga beberapa taburan mutiara yang terbuat dari permen diatasnya menambah kesan manis, ini adalah kue ulang tahun yang sempurna.

"Thanks ya udah bantuin." Ucap Wika tulus,

Meskipun ibunya ada namun belia harus berjualan di pagi dan malam harinya jadi Wika tidak mau membuat ibunya lelah, untung ada Giselle yang mau membantu meskipun bantuannya hanya sekedar mencampur air atau mengambil ini itu, namun dia sungguh sangat terbantu dengan adanya Giselle di sini.

"Sama-sama, gue balik ya udah sore, bonyok gue nyariin pasti." Ucapnya melihat jam didinding.

"Yaudah sekali lagi thanks ya, oh iya sekalian nih bawa buat di rumah." Menyerahkan kotak berisi kue tart hasil dari sisa bahan yang berlebihan tadi.

Memang tak sebesar kue Leona namun itu cukup besar untuk di makan oleh dua orang.

"Waduh gak usah repot padahal, makasih." Omongannya tapi tangan dan tatapannya seakan ingin langsung menyantap di tempat.

"Iya ya terserah Lo aja dah."

"Hehe gue balik ya bye." Pamitnya juga pada ibu Wika kemudian pergi.

Kemudian saat malam tiba Liliyana datang kerumahnya untuk mengambil kue, terlihat sangat puas dengan hasilnya, dan kemudian menyelesaikan pembayaran.

To be continued

WTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang