Hari Minggu adalah Hari libur yang setengah menyenangkan setengah tidak, kenapa ? Karena suasana hari libur hanya dirasakan setengah hari dan setengah nya lagi sudah masuk suasana-suasana memikir berat tepatnya suasana Hari Senin.
Seperti malam ini, Embun sudah sedaritadi menelepon Rea, Zella dan Hana untuk membantunya mengerjakan tugas besok, ia langsung memulai panggilan grup saat diberitahu jika besok ada tugas Bahasa Indonesia.
“Ngapain si ? Aku mau mabar.” Ucap Rea saat panggilan terhubung, memang niat nya tadi ingin login tapi karena ada panggilan masuk tidak jadi.
“Bantuin bahasa indonesia dong.” Jawab Embun dengan nada yang dibuat manis, padahal engga ya ges ya.
“Ngomong nya nggak usah gitu, nggak pantes !” Zella berlagak seperti mau muntah.
“Ish nggak ku traktir lagi mampos !” Ucap Embun seperti mengancam.
“Yee emang pernah ngetraktir ?”
“Engga si.” Jawab Embun dengan terkekeh pelan.
“Halal disantet.” Ucap Zella dan Rea bersamaan.
“Udah-udah.” Hana berusaha menengahi.
“Mana yang butuh dibantuin ?” Tanya Hana kepada Embun.
“Semua.” Jawab Embun santai.
“Minta bantuan tu satu ini semua, kurang waras !” Ucap Rea tidak bisa santai.
“Iya, udah jangan dibantuin Han.” Sambung Zella memprovokasi Hana agar tidak membantu Embun.
“Jangan gitu dong, kan kalian tau gurunya suka bikin jantungan.” Embun sedikit takut jika berhadapan dengan guru itu.
Mereka tau guru yang satu itu adalah guru yang suka memberi sesuatu tiba-tiba, seperti memberi pertanyaan lalu menunjuk siapa saja didekatnya atau maju ke depan menulis jawaban di papan tulis. Jika guru itu sedang berjalan hanya dengan bunyi sepatu menghantam ubin saja mereka tau jika itu pasti Guru Bahasa Indonesia. Haha ada yang seperti itu juga ?
“Jantungan ? Haha kubilangin gurunya ya Mbon, udah kurekam lo.” Ucap Rea berniat bercanda.
“Jangan ih, bantuin dong pliss besok ku traktir deh di sekolah.” Embun memohon dengan tangan menyatu di depan dada walau ketiganya tidak melihat.
“Cari google aja dong ngapain susah-susah.” Jawab Zella santai, type anak google.
“Mager.” Ucap Embun tidak ada akhlak.
“Udah nggak usah diladenin dia.”
“Bubar-bubar !”
“Tidur aja yuk ?”
Sahut ketiganya ingin mengakhiri panggilan itu.
“Heh jangan dong, iya maaf aku emang mageran tapi bantuin dong besok udah Senin ni.” Embun sudah sangat memelas dan memohon agar temannya mau membantu.
“Dapet apa ni ?” Tanya Rea kepada Embun.
“Emm es coklat ?” Tanya Embun meminta persetujuan. Memang Rea menyukai es coklat apalagi dengan topping coklat yang berlimpah, dipastikan Rea tidak akan menolak.
“Tambah cilor sama somay ?” Tawar Rea.
“Ko nawar si ?!”
“Ya iyalah harus untung jangan buntung !” Rea terkekeh diakhir kalimatnya.
“Ya udah.” Pasrah Embun.
“Jel-“ Panggil Embun belum selesai sudah dipotong oleh Zella.
“Aku mau kayak Rea tapi es nya ganti boba.” Zella seperti sudah mengatur sesuatu supaya menghabiskan cuan Embun.

KAMU SEDANG MEMBACA
RE(THE)A {HIATUS}
Teen FictionFrom this : "Nangis ? Sedih aja aku nggak pantes." To this : "Bisa temenin ? Aku lagi kacau sekarang." Kehidupan gadis remaja yang semula tenang kini mengalami gelombang, mulai menyukai hal yang tidak seharusnya disukai bahkan sampai mengubah namany...