SH 2

189 33 3
                                    

💫💫💫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫💫💫

Hyun-Ra berdiri di balkon kamarnya sambil termenung. Malam ini udara sangat dingin, bahkan jam hampir menunjukkan pukul 11.00, namun Hyun-Ra masih terjaga dan tak bisa tidur. Perkataan Jino sore tadi menambah daftar hal yang perlu dipikirkannya.

Aku ingin membawamu pada orang tuaku, Sayang, mereka ingin bertemu dan mengenalmu.

Hyun-Ra senang akan hal itu, tentu saja, karena dengan begitu, berarti Jino serius berhubungan dengannya. Jino bilang, orang tuanya adalah pengusaha yang mempunyai pusat bisnis di Irlandia sehingga mereka harus menetap di sana. Mereka hanya pulang ke Korea setahun sekali untuk mengunjungi Jino dan kakaknya.

Jino mempunyai saudara, Hyun-Ra tahu itu karena Jino sudah memberitahunya. Tetapi seperti orang tua Jino, Hyun-Ra pun belum pernah bertemu dengan saudaranya. Ini lain sebab. Jino bilang hubungannya dengan sang kakak tidak cukup baik, renggang, karena suatu kesalah pahaman keduanya jadi menjauh. Padahal Jino bilang, dulu kakaknya adalah saudara yang begitu baik dan sayang padanya, selalu memberi fokus dan perhatian pada adiknya. Terlebih saat mereka memutuskan untuk tinggal berdua hidup terpisah dari orang tua, mereka menjadi saudara lekat yang berusaha sebaik-baiknya untuk saling menjaga.

Namun sikap kakak Jino berubah sejak setahun yang lalu, lebih tepatnya semenjak Hyun-Ra masuk ke dalam kehidupan Jino. Jino bilang, kakaknya jadi bersikap dingin dan mulai mengacuhkannya saat tahu Jino mempunyai kekasih Hyun-Ra, kaku, bahkan sering marah dan membentaknya. Hingga Jino memutuskan, restu kakaknya tak lagi diperlukan.

Sempat Hyun-Ra berpikir kalau mungkin kakak Jino tidak setuju adiknya berpacaran dengan gadis biasa, tidak suka Jino berhubungan dengan perempuan yang berasal dari kasta berbeda. Karena bagaimana pun, Si Miskin dan Si Kaya memang sulit untuk bisa bersama. Kadang Hyun-Ra ingin menanyakan tentang itu tetapi takut menyinggung kekasihnya. Jadi ia hanya bisa diam, patuh, tak banyak bertanya-tanya.

Sekarang, apa yang harus dilakukannya? Ia ingin bertemu orang tua Jino dan mengenal mereka, ingin menjadi bagian dari keluarga mereka. Namun mengingat permintaan terakhir ibunya agar ia mewujudkan perjodohan, ia jadi bimbang yang kemudian tak menemukan solusi sendiri dengan permasalahannya. Karena saat ia mengenal keluarga dari kekasihnya, berarti akan ada lebih banyak orang lagi yang nanti harus dikecewakannya. Hyun-Ra tidak ingin menyakiti semuanya.

Oh Tuhan ..., kenapa kehidupan asmaranya jadi serumit ini?

Hyun-Ra memijit pelipisnya saat kepalanya mulai terasa pening. Dan ketika ia kembali membuka mata, tiba-tiba pandangannya menemukan seseorang berdiri menakutkan di bawah pojok sana, sesosok di tengah pekatnya malam, bersandar di sebuah mobil dengan posisi angkuh bersedekap di depan dada. Meskipun cukup jauh dari tempatnya berdiri, tapi Hyun-Ra yakin orang itu sedang mengamatinya dengan tajam.

Stolen HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang