SH 7

65 8 2
                                    

***

Belum juga taksi yang ditumpangi Hyun-Ra sampai di depan rumah, tiba-tiba ponselnya berdenting menampilkan pesan yang cukup mengejutkan. Sebuah pesan dari pria menjengkelkan yang beberapa waktu lalu ditemuinya. 

[Malam ini orang tuaku ingin bertemu denganmu, calon menantu keluarga Cho. Dan mengingat bagaimana menggemaskannya kau di hadapanku tadi, aku tahu kau pasti tidak akan menyetujui permintaanku dengan senang hati. Tapi, Nona Hyun-Ra, tegakah kau menolak permintaan kedua orang tuaku? Tegakah kau membuat hati mereka bersedih pilu? Karena itu, jam 7 malam nanti aku akan menjemputmu.]

[Cho Kyuhyun, calon suamimu.]

Dari mana pria itu mendapatkan nomor ponselnya?

Hyun-Ra memasukkan benda hitam itu kembali ke dalam tas dengan dada bergemuruh penuh luapan emosi. Belum reda kekesalannya pada pria itu beberapa saat tadi, sekarang malah membuatnya ingin mengomel sendiri. Ditambah dengan kebohongan Myung-soo yang tak bisa diterimanya, serasa Hyun-Ra ingin menjambak kedua bos itu sampai mati. Kenapa Kim Myung-soo begitu tega menjual dirinya? Padahal ia telah berusaha menjadi pegawai yang baik dan bekerja tulus untuk kemajuan perusahaannya. Kenapa Myung-soo jadi gelap hanya karena uang semata?

"Sudah sampai, Nona," ucap sopir taksi menggugah diamnya Hyun-Ra. "Apakah Nona ingin saya antar sampai masuk ke halaman?"

"Tidak perlu, Ahjussi, di sini saja. Terima kasih."

Hyun-Ra menyerahkan beberapa lembar uang pada laki-laki paruh baya itu, membiarkan taksi itu berlalu dan kemudian ia membuka pagar kecil halaman rumahnya. Pikiran Hyun-Ra masih dipenuhi bagaimana ia harus menghadapi masalahnya, ketika tiba-tiba langkahnya mendadak terhenti menemukan siapa yang sedang menunggu di teras rumahnya.

Jino,

Pria itu tampak kacau dengan penampilan berantakan, menenggelamkan wajah di antara lengan dan lututnya, dengan tas yang sudah tergeletak tak karuan di sisi tubuhnya. Pemandangan itu membuat dada Hyun-Ra terasa sakit, remuk redam ditindas kenyataan pahitnya.

Ya Tuhan, Jinonya ....

Bahkan Jino langsung menyadari kehadirannya dan tergesa-gesa beranjak mendekat, memeluknya begitu erat.

“Kau ke mana saja?" ucap Jino penuh kecemasan. "Aku menjemputmu ke kantor tapi temanmu bilang kau dipindahkan dan mereka tidak tahu kau pindah kemana. Aku bingung karena ponselmu tidak bisa dihubungi. Aku takut terjadi sesuatu denganmu, aku khawatir ….”

Hyun-Ra melepas pelukan lalu menangkup pipi kekasihnya.

"Maafkan aku," balas Hyun-Ra penuh dengan rasa bersalah. "Ponselku habis baterai dan aku tidak sempat menghubungimu."

"Lalu kau pindah ke mana?"

"Nanti aku akan memberitahumu." Hyun-Ra kembali memeluk, merasa pedih mengingat perjodohannya dengan Kyuhyun. “Maaf sudah membuatmu khawatir."

"Tidak apa-apa. Tapi jangan diulangi lagi, jangan membuatku cemas."

"Aku janji." Hyun-Ra menenggelamkan wajahnya di dada Jino saat air matanya hendak keluar. Ia ingin menangis tapi ia menahan. Bagaimana caranya ia mengatakan semuanya pada Jino?

Beberapa saat mereka tetap di posisi itu, Hyun-Ra menyandarkan wajahnya sementara Jino mendekap erat. Hyun-Ra kini sebatang kara tentu saja Jino begitu mencemaskannya.

Hari sudah mulai panas hingga Jino kemudian melepas, mengamati raut cantik Hyun-Ra sambil mengajak gadis itu berjalan ke teras.

“Sebenarnya malam ini aku ingin membawamu pada orang tuaku," ucap Jino. "Mereka sekarang di Korea dan ingin bertemu denganmu. Kau bisa 'kan?”

Stolen HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang