SH 3

142 28 1
                                    

💫💫💫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫💫💫

“Lusa kami sudah sampai di Korea, hari ini Appamu masih harus menghadiri pertemuan bisnis."

Jino mengangguk, menatap ibunya dari layar ponselnya. Ia sedang melakukan video call dengan sang ibu seperti biasa.

“Jangan lupa hubungi aku kalau Eomma sudah sampai di bandara.”

“Tentu saja. Memangnya siapa lagi yang akan menjemput kami kalau bukan kau dan Kyuhyun?” Tiba-tiba ibunya menyipit mengamati latar di belakang Jino. “Kau ada di mana itu? Kemana kakakmu?”

Mendengar ibunya menanyakan Kyuhyun, Jino jadi kelimpungan, memutar otak mencari jawaban. Ia berada di apartemennya sekarang, kondominium yang dibelinya untuk memudahkannya saat ia tak ingin ada di rumah bersama sang kakak. Dan selama ini ia bahkan lebih sering berada di apartemennya dari pada di rumah. Kedua orang tuanya tidak tahu tentang hubungan tak baiknya dengan Kyuhyun. Karena yang mereka tahu, Jino dan Kyuhyun tetap dekat seperti dulu.

“Jino, ada apa? Kalian bertengkar?” Ibunya bertanya lagi saat Jino hanya diam saja.

Jino menggeleng kikuk. “Aku sedang di rumah teman, Eomma, Kyuhyun Hyung ada di rumah.” Jino terpaksa berbohong, ia bahkan tidak tahu di mana kakaknya itu berada. Yang Jino tahu, Kyuhyun sama seperti dirinya, membeli apartemen pribadi untuk menghindarinya. Bahkan Kyuhyun lah yang lebih dulu memisahkan diri dan memilih menempati sebuah kondominium.

Ibunya terlihat percaya dan Jino bernapas lega.

“Baiklah, kalau begitu kau tutup telponnya. Bilang pada kakakmu lusa Eomma sudah di sana, sampaikan juga salam Eomma pada kekasihmu, Eomma tidak sabar ingin bertemu dengannya.”

Jino tersenyum dan perasaannya menghangat ketika mengingat Hyun-Ra, sosok kekasih yang begitu ingin ia bawa ke hadapan orang tuanya.

"Pasti akan kusampaikan padanya, Eomma, dia juga tidak sabar ingin bertemu Eomma."

Sang ibu tersenyum penuh haru, sedikit memberikan wejangan supaya Jino menjaga kekasihnya dan jangan sampai menyakitinya, jadi lelaki yang baik dengan selalu menjaga nama baik keluarga. Ibunya juga berpesan jangan sering keluyuran untuk hal-hal yang tidak penting, belajar yang benar dan tetap dengarkan nasihat kakaknya.

Jino tergelak miris setelah memutus sambungan dengan sang ibu, dalam hati memohon maaf karena tidak bisa memenuhi pesannya untuk patuh terhadap kakaknya. Bagaimana ia akan melakukan semua itu di tengah situasi buruk dan keadaan dingin ini?

"Maaf kalau aku harus mengabaikan salah satu pesan Eomma, aku tidak bisa menurutinya." Kecuali kakaknya kembali seperti dulu dan menerima dengan terbuka hubungannya dengan Hyun-Ra, Jino janji akan menjadi anak yang mampu memenuhi semua nasihat keluarga. 

Jino merebahkan tubuhnya berbaring telentang di atas ranjang, meletakkan ponselnya di dada sambil memikirkan retaknya persaudaraannya dengan Kyuhyun.

Sesungguhnya selama ini ia bahkan tidak tahu penyebab sebenarnya perubahan drastis kakaknya itu. Hanya karena tidak setuju Jino berhubungan dengan seorang gadis, Kyuhyun sampai harus mengacuhkannya separah ini. Kyuhyun terlalu berlebihan menurutnya, alasannya tidak jelas. Memangnya apa yang membuat Kyuhyun tidak menyetujuinya? Karena Hyun-Ra lebih tua darinya ... atau karena Hyun-Ra bukan dari keluarga kaya? Padahal yang ia tahu, kakaknya bukan tipe orang yang suka memandang derajat seseorang dari materinya. Kyuhyun baik, meski berpendidikan tinggi dan berwawasan luas, dia tidak pernah merendahkan orang lain. Lagipula ini bukan pertama kalinya ia memacari perempuan yang umurnya berada di atasnya. Saat Jino masih duduk di sekolah menengah, ia bahkan pernah mengencani mahasiswi seangkatan Kyuhyun----yang usianya 6 tahun lebih tua darinya----dan kakaknya terlihat fine-fine saja. Yang penting Jino bahagia, Kyuhyun pasti mendukungnya.

Tetapi Hyun-Ra bahkan hanya 2 tahun lebih tua dari Jino dan kakaknya sudah setidak setuju itu. Apakah ada hal lain yang menjadi penyebabnya? Jino masih ingat bagaimana tatapan tak suka kakaknya akan pengakuannya, setahun yang lalu.

“Siapa perempuan yang tadi masuk ke dalam mobilmu?” Itu pertanyaan Kyuhyun waktu itu, saat Jino baru pulang dari kuliahnya dan mendapati kakaknya berdiri tepat di tengah ruangan.

Jino berhenti, mengingat, lalu bibirnya terukir senyum hangat.

“Kau melihatnya, Hyung?” ucapnya dengan wajah merona.  “Dia kekasihku, namanya Shin Hyun-Ra. Kami baru resmi dua hari yang lalu.”

"Apa kau tahu siapa dia?" ujar Kyuhyun dengan raut keras.

Jino mengangguk cepat. "Tentu saja aku tahu. Dia gadis yang baik dan cantik, dia menjaga diri dan tidak gampang membiarkan lelaki mendekatinya kalau itu yang Hyung khawatirkan. Dia tidak glamour seperti pacar-pacarmu yang seksi, dia berbeda dan aku menyukainya."

Wajah Kyuhyun berubah merah padam, ekspresinya penuh dengan ketidak sukaan. "Kau harus tinggalkan dia, Jino, kau tidak boleh bersamanya!" 

"Tinggalkan?" Jino mengernyit selagi mencerna ucapan Kyuhyun. "Apa maksudmu, Hyung?"

"Tinggalkan dia dan jangan berhubungan dengannya, apa masih kurang jelas?!"

"Tapi kenapa?!" Akhirnya nada Jino berubah naik. "Susah payah aku mendapatkan hatinya dan sekarang Hyung menyuruhku meninggalkannya?"

"Kau tidak tahu siapa dia, Jino."

"Apa yang aku tidak tahu? Aku sudah melihat bagaimana keluarga dan kehidupannya, dia gadis yang masih suci, dia mandiri dan tidak pernah memiliki aib yang membuat malu keluarganya!" Jino maju selangkah, menatap kakaknya lekat-lekat. "Hyung, aku akui dia memang lebih dewasa dariku, dia sudah menjadi seorang wanita karier sementara aku masih kuliah, tapi apa semua itu harus menjadi masalah?"

"Jino, kau tidak tahu siapa dia!" Kyuhyun mengulang-ulang kalimatnya dengan penuh penekanan. "Kau boleh memacari perempuan manapun yang kau inginkan, aku tidak akan melarang, asal jangan dia!"

"Tapi aku mau dia!" bantah Jino tak mau kalah. "Semakin Hyung melarangku bersamanya, aku akan semakin mempertahankannya!"

"Jino!!"

"Mati-matian aku mengejarnya untuk membuatnya jatuh cinta, dan sekarang kau justru melarangku tanpa alasan yang jelas!"

"Jino, Shin Hyun-Ra itu adalah----"

"Adalah apa?!" potong Jino dengan keras. "Adalah gadis yang miskin dan tidak pantas aku cintai? Kau melarangku karena dia bukan dari keluarga kaya raya seperti kita? Atau karena dia tidak memakai pakaian-pakaian branded seperti para perempuanmu sehingga kau tidak menyetujui hubunganku dengannya?!"

"Tutup mulutmu, Jino!!"

Jino tergelak sinis, tawa yang penuh dengan penentangan.

"Hyung, dengarkan aku baik-baik, sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkan Hyun-Ra. Sekalipun kau melarangku mati-matian, maka aku juga akan menentangmu habis-habisan. Silahkan larang aku dan aku akan terus bersamanya! Aku---tidak akan meninggalkannya---apapun masalahnya!" Jino berbalik pergi setelah mengucapkan penentangannya, mengabaikan panggilan marah Kyuhyun dan memilih naik tangga untuk masuk ke dalam kamarnya.

Seperti yang ia katakan, apapun yang terjadi, ia tidak akan pernah meninggalkan Hyun-Ra.

Apapun ... alasannya!

Sejak saat itu, hubungan saudara mereka mulai merenggang. Setiap Jino pulang dari menemui Hyun-Ra, ia akan mendapati kakaknya berdiri di tengah ruangan, menyambutnya dengan tatapan nyalang penuh permusuhan. Pernah beberapa kali Jino mencoba bicara baik-baik dan berusaha selembut mungkin untuk berkata. Tetapi saat Jino memulainya dengan menyebut nama Hyun-Ra, Kyuhyun langsung menatapnya murka dan dengan angkuh meninggalkan Jino bahkan sebelum ia sempat melanjutkan ucapannya. Jino akhirnya menyerah, lelah, memutuskan kalau restu kakaknya tak lagi diperlukan. Dengan atau tanpa persetujuan kakaknya, ia akan terus mempertahankan Hyun-Ra.

Itu janjinya.

Stolen HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang