Malam Perpisahan

386 58 5
                                    

Ketika sampai diruang makan, Tsunade pun langsung duduk sembarangan di kursi terdekatnya.

"Duduklah disini Shirou", kata Tsunade sambil menepuk kursi yang ada disampingnya.

" Baiklah", jawab Shirou sambil duduk disamping Tsunade.

Sambil menunggu makan malam siap, Tsunade pun berbincang dengan Shirou tentang kesehariannya di akademi.

Sambil mendengarkan carita dari Tsunade, Shirou pun berbicara tentang pengalamannya dilatih oleh Nidaime.

Dan Tsunade yang mendengarkan pengalaman dilatih kakek keduanya pun tertarik untuk membocorkan cerita horor kakek keduanya.

"Senang melihat kalian sangat harmonis", ucap Nidaime yang tiba-tiba muncul dibelakang keduanya.

" Wahh.... ", Tsunade yang ingin membocorkan ceritanya horor kakek keduanya pun langsung ketakutan ketika mendengar suara dari belakang tubuhnya.

" Kakek! ", geram Tsunade sambil memperlihatkan tinju tangannya.

Nidaime hanya tersenyum tipis ketika melihat cucu kakaknya yang berprilaku cukup mirip dengan kelakuan kakaknya.

" Mah... Mah", ucap Shirou sambil menarik tinju kecil Tsunade dari arah Hokage Kedua.

"Hmph", Tsunade hanya bisa membuang muka setelah melihat tangannya yang dipegang oleh Shirou.

Shirou tidak menyadari bahwa wajah Tsunade sedikit kemerahan ketika membuang mukanya tadi.

" Yah, apakah guru juga ingin ikut makan malam bersama kami?", tanya shirou kebingungan atas datangnya Nidaime.

Shirou sekarang boleh dianggap sebagai setengah murid dari Nidaime walaupun ia dilatih tidak cukup lama sebagaimana hubungan guru dan murid.

Maka dari itu Shirou biasa memanggil Nidaime sebagai guru ketika sendirian dan tuan ketika di hadapan banyak orang.

"Tidak", jawab Nidaime dengan tenang

" Tetapi malam ini mungkin guru akan meninggalkan Konoha selama beberapa hari kedepan untuk menyelesaikan perjanjian damai dengan Desa Kumogakure", lanjut Nidaime sambil menatap keduanya.

Nidaime mempunyai firasat bahwa ia akan dekat dengan kematiannya ketika ia mencoba perjanjian damai ini walaupun Nidaime tidak takut dengan mati tetapi ia takut ketika ia mati diperjanjian damai ini, hal tersebut akan menyebabkan masalah besar bagi desa Konoha dan malah menyebabkan perang yang tak berkesudahan antar kedua desa.

Maka dari itu untuk terakhir kalinya ia ingin mengingat wajah-wajah orang yang dicintainya.

Mendengar jawaban dari gurunya, Shirou hanya bisa merasa seperti disambar petir karena ia tahu bahwa Nidaime akan mati di perjanjian damai tersebut karena adanya pengkhianat dari Desa Kumogakure yaitu Kinkaku dan Ginkaku yang mempunyai chakra ekor sembilan dan mempunyai senjata berharga dari Rikudou Sannin.

Ketika Shirou ingin menyatakan keinginannya untuk ikut keluar dalam misi tersebut, Mito yang datang dengan hidangan makan malam pun meletakkan makan malam mereka diatas meja.

"Apakau kau keluar sekarang? ", tanya Mito lembut terhadap Nidaime.

" Ya", jawab Nidaime tegas

"Baiklah, semoga selamat dan pulanglah kembali", kata Mito perlahan sambil menatao mata Nidaime.

Nidaime pun merasakan tatapan dari Mito dan ia pun juga tahu mungkin ini adalah pertemuan terakhir mereka.

Tsunade yang mendengarkan mulai dari tadi pun juga ikut angkat suara.

"Bawakan oleh-oleh yang banyak, kakek kedua", kata Tsunade sambil menghampiri tubuh Nidaime dan menarik-narik pakaian Nidaime

Tsunade yang tidak tahu situasinya masih memohon-mohon kepada Nidaime dengan segala cara.

" Hahaha", Mito pun hanya bisa tertawa kecil ketika melihat tingkah laku Tsunade.

Berbeda dari Tsunade, Shirou yang mengetahu jalannya cerita dari Naruto merasa perlu mengubah takdir yang kejam ini.

Karena Shirou tidak ingin lagi kehilangan orang yang dicintainya.

Walaupun Nidaime terkesan dingin dan jarang tersenyum, Shirou tahu bahwa Nidaime mempunyai kecintaan yang mendalam terhadap Konoha sehingga ia tak dapat menerima ketika jumlah ninja di barisan depan semakin berkurang.

Oleh karena itu Nidaime pun menerima usulan perjanjian damai dari Desa Kumogakure karena Konoha juga sedang menghadapi perang dengan desa lainnya.

"Guru, bolehkah aku juga ikut dalam perjalanan ini?", tanya shirou tiba-tiba.

Nidaime pun akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah salah satu murid terbaiknya.

Walaupun Shirou tergolong berbakat tetapi ia tidak pernah menunjukkan kesombongan didepan temannya.

Yang mana hal tersebut menjadikan kepribadian Shirou cenderung dewasa daripada teman seumurannya dalam pandangan Nidaime.

Nidaime pun juga tahu bahwa Shirou selain rajin berlatih ia juga sering pergi ke perpustakaan diakademi untuk membaca segala jenis buku demi menambah wawasannya.

Yang mana hal tersebut semakin membuat kagum Nidaime dalam hatinya karena ia tahu bahwa Shirou mempunyai rasa urgensi yang tinggi terhadap dirinya sendiri.

Mungkin dari kehilangan orangtuanya, Shirou dapat tahu betapa sakitnya kehilangan orang yang dicintainya sehingga ia tak ingin menyia-nyiakan waktunya yang terbuang percuma.

Jika saja Shirou dapat terlahir lebih awal seperti Hiruzen dan Danzo mungkin hanya Shirou lah yang cocok menjadi kandidat hokage ketiga.

Sambil menunggu jawaban dari Nidaime, Shirou pun berharap-harap cemas menunggu keputusan yang dibuat oleh Nidaime.

Tapi sebelum Nidaime memberikan jawabannya, Tsunade pun menolak keras permintaan Shirou terhadap kakek keduanya.

"TIDAK", jawab Tsunade marah sambil menghampiri kursi Shirou.

" Shirou tidak boleh keluar desa kecuali bersamaku!", ucap Tsunade dengan nadat tegas

"Benar Shirou, aku tak bisa mengizinkanmu untuk pergi bersamaku", kata Nidaime perlahan sambil menghampiri Shirou.

Nidaime pun memberikan sebuah gulungan misterius kepada Shirou dan berkata " Jangan buka gulungan ini sampai kau sudah lulus akademi, Shirou"

"Itu mungkin bisa menjadi hadiah terakhirku kepada mu, Shirou", lanjut Nidaime perlahan.

Setelah mengucapkan itu, Nidaime pun menepuk pundak Shirou dan menyentuh kepala Tsunade.

" Baiklah, aku pergi sekarang", ucap Nidaime sambil menatap Mito.

Mito pun mengangguk ketika menerima tatapan dari Nidaime.

"Swosh", tubuh Nidaime pun menghilang dan menyebabkan sedikit kesunyian yang tidak tertahankan di ruang makan.

" Baiklah, mari kita lanjutkan makan malam kita yang tertunda", kata Mito perlahan sambil menyajikan makan malammalam dan makan malam pun berlanjut hingga Shirou pulang ke rumahnya dan mulai tidur dikasurnya.

Malam itu pun menjadi salah satu malam perpisahan Shirou dengan guru yang dihormatinya.


Gilgamesh In Naruto WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang