Gugurnya Sang Pahlawan

379 58 5
                                    

Setengah bulan kemudian di lapangan latihan Shirou.

Shirou sedang melatih kemampuan hiraishin yang pernah diajarkan Nidaime kepadanya.

Setelah berlatih selama setahun Shirou akhirnya hanya dapat berpindah sejauh 50 meter dari jarak yang ditentukan.

Walaupun masih tergolong pendek itu bisa dianggap bagus karena akhirnya ada ninja konoha yang dapat mempraktikannya selain Nidaime.

Dan niat awal Shirou sendiri ialah hanya dapat menggunakan teknik pedang dewa petir untuk dapat mengirimkan senjata-senjata yang telah ia buat dirumahnya.

Dan juga Shirou sekarang baru berumur 7 tahun sehingga perkembangan kedepannya masih cukup luas.

Walaupun kemungkinan tahun depan ia akan lulus bersama teman seangkatannya seperti Jiraiya dan Orochimaru.

Shirou masih menunggu kabar dari barisan depan perang untuk mengetahui keadaan gurunya, Nidaime.

Setelah selesai berlatih, Shirou pun berencana pulang ke rumah akan tetapi ketika ia melihat kerumunan orang didepan pintu gerbang konoha, Shirou mulai merasakan sebuah firasat buruk.

Shirou pun bergegas menuju kerumunan tersebut dan menemukan murid dan pengawal Nidaime.

Hiruzen, Danzo dan yang lainnya terlihat terluka parah dan Shirou masih dapat mencium bau darah dari pakaian tempur mereka.

"Shirou", kata Hiruzen lemah setelah melihat kedatangan Shirou.

Walaupun Hiruzen jarang berinteraksi dengan Shirou karena usia mereka tetapi ia tetap mengakui Shirou sebagai salah sedikit orang yang pernah diajari secara langsung oleh Nidaime.

Mendengar namanya yang dipanggil oleh Hiruzen, Shirou pun langsung menghampiri rombongan mereka.

Ketika Shirou cukup dekat dengan mereka akhirnya Hiruzen pun berkata "Shirou, ini adalaah kata terakhir yang dititipkan Nidaime kepadamu", kata Hiruzen dengan nada berwibawa.

Mendengar hal tersebut, Shirou pun bersiap menyimak dengan seksama wasiat terakhir dari Nidaime.

" Setelah lulus akademi, biarkan Shirou mengikuti anbu dan terus lindungi konoha walau harus korbankan nyawa", kata Hiruzen sambil menatap dalam-dalam keadaan Shirou.

"Baiklah, jika itu yang diinginkan Nidaime",kata Shirou dengan tegas.

Dengan hal tersebut, Shirou dapat mengkonfirmasi bahwa Nidaime telah mati di medan pertempuran ketika melawan sergapan Kinkaku dan Ginkaku.

Dan dengan itu, Sarutobi Hiruzen pun diangkat langsung oleh Hokage Kedua untuk menjadi Hokage Ketiga Konoha ketika berada di medan perang.

Keesokan harinya pun diadakan sebuah pemakaman besar-besaran untuk Hokage Kedua, Tobirama Senju.

Disana banyak warga yang menangis karena telah kehilangan sosok hokage yang telah memajukan Desa Konoha.

Jika Hokage Pertama dikenal karena mendirikan Desa Konoha maka Hokage Kedua dikenal karena sistem reformasinya dalam desa Konoha.

Di pemakaman gurunya, Shirou berpakaian serba hitam dan berdiri disamping Tsunade yang menangis tersedu-sedu sambil memegang tangan neneknya, Uzumaki Mito.

Setelah mengetahui berita kematian kakek keduanya, Tsunade pun langsung tidak percaya karena kakek keduanya memegang gelar sebagai ninja tercepat didunia ninja.

Tak ayal bagi Tsunade pun langsung bertanya ke neneknya, Uzumaki Mito dan mendapati kebenarannya.

Setelah meletakan bunga didepan makam gurunya, Nidaime, Shirou pun ingin langsung pulang untuk mengistirahatkan dirinya akan tetapi dicegat oleh Mito-sama.

"Apakah kau tidak ingin menghinur Tsunade?", kata Mito-sama sambil menatap Shirou.

Shirou yang berencana pulang pun tertegun oleh pertanyaan dari Mito-sama.

Ketika pertanyaan tersebut muncul di otak Shirou, kejadian serupa terngiang dalam nenak Shirou.

Waktu itu, ketika Shirou baru saja kehilangan kedua orangtuanya Tsunade lah yang membantu Shirou keluar dari masa kesuramannya.

Tsunade selalu berusaha menghibur Shirou dengan kata-katanya. Walaupun terkesan kekanak-kanakan tetapi bagi Shirou yang dalam masa suram dapat merasakan setitik cahaya harapan ketika mendengarkan kata-kata dari Tsunade.

Setelah ingat hal tersebut bagaimana bisa Shirou sebagai laki-laki membiarkan Tsunade sedih sendirian.

Shirou pun bergegas menghampiri Tsunade dan mulai berusaha menghiburnya dengan cara berjalan-jalan disekitar konoha.

Ketika mereka telah berjalan-jalan diDesa Konoha, Shirou pun mebawa Tsunade keatas tebing patung hokage.

Disana Shirou dan Tsunade dapat melihat suluruh wilayah yang mencakup desa Konoha.

Ketika melihat pemandangan seluruh desa Konoha, entah kenapa kesediha Tsunade perlahan menghilang.

Sambil melirik wajah disampingnya yang tampak khusyuk untuk mengamati desa Konoha.

Setelah sekian lama, Shirou pun akhirnya berkata, "Tsunade, tahukah kau apa tujuanku mengajakmu kesini?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Tsunade pun hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu tiba-tiba berpikir.

"Apakah untuk mengurangi kesedihan ku?", tanya Tsunade ragu.

Mendengar hal tersebut, Shirou hanya bisa melirik Tsunadd kemudian kembali menatap pemandangan Desa Konoha.

" Guru pernah berkata jika monumen hokage ada untuk selalu mengawasi penduduk konoha", kata Shirou perlahan.

Mendengar hal tersebut, Tsunade pun akhirnya paham dan menganggukkan kepalanya.

"Bukan berarti orang yang mati telah mati sepenuhnya tetapi mereka akan tetap mengawasi kita dari atas sana", lanjut Shirou sambil menatap keatas langit.

Mendengar hal tersebut, Tsunade pun pulih dari kesedihannya dan mulai bersemangat kembali.

" Yosh, Shirou apakah kamu tidak ingin menjadi Hokage?", tanya Tsunade tiba-tiba.

Mendengar hal tersebut Shirou hanya bisa mengangkat alis matanya dan perlahan menjawab, "Jika itu diperlukan untuk melindungi orang-orang yang ku cintai dari kematian maka aku akan menjadi hokage", kata Shirou tanpa ragu.

Mendengar jawaban tersebut Tsunade pun memberikan kalung keramatnya kepada Shirou.

" Ini?", melihat kalung yang akan diberikan kepadanya oleh Tsunade entah kenapa, Shirou memojnyai firasat yang buruk.

" Ambil ini Shirou dan kuharap orang-orang yang kau cintai dapat selamat dari kematiannya", kata Tsuande dengan lembut kepada Shirou sambil memasangkannya di leher Shirou dan menciun keningnya.

Mendengarkan jawaban dari Tsunade, Shirou hanya bisa mengutuk dalam hatinya karena telah menerima jimat kematiannya.

"Terima kasih, Tsunade", kata Shirou sambil sediki tersenyum melihat kalung tersebut dilehernya.

Shirou penasaran apakah ia dapat mengubah nasibnya ketika ia menerima kalung kutukan dari Tsunade.

Gilgamesh In Naruto WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang