"Aku tidak pernah punya cucu."Hwanwoong memakan makanannya dengan sangat tenang. Seolah kakeknya tidak sedang marah dan menatap tajam kepadanya. Entah apa dendam pria tua itu kepada Hwanwoong, dia sendiri pun tidak tahu.
"Lihat dia," Tuan Yeo melirik sinis kepada Hwanwoong yang masih fokus pada acara makannya. "Bisanya hanya menimbulkan keributan dan mempermalukan keluarga. Kenapa juga dia tidak mati bersama kedua orang tua dan neneknya."
Hwanwoong meremat kuat sendok di tangannya. Pemuda itu memandang dingin pada sang kakek lalu memilih meninggalkan ruangan makan.
Ruang makan luas dengan meja makan besar di tengahnya itu kini tampak kosong. Hanya ada kakek Hwanwoong dan makhluk mistik yang mirip ular di sampingnya. Makhluk itu nampak menjulurkan lidahnya dan menyerap aura kehidupan kakek Hwanwoong.
Sebenarnya Hwanwoong bisa melihatnya. Meski ia tidak punya kemampuan sihir, Makhluk bermata merah bernama Ravn, memberinya anugerah untuk melihat hal-hal seperti itu. Dan Hwanwoong sadari, kakeknya kini hampir kehabisan kewarasannya sebagai manusia karena makhluk itu. Tapi Hwanwoong tidak mau menolong pria tua itu, dia bahkan bukan kakek kandung Hwanwoong.
Pemuda yang mengenakan pakaian putih itu kini menatap letih pada ruangan kamarnya yang dipenuhi bunga mawar. Baunya sangat menyengat dan membuat tidak nyaman. Apalagi Hwanwoong bukan penyuka tanaman berduri itu.
Ketika Hwanwoong memasuki kamarnya, duri dari mawar-mawar yang tampak tumbuh dari tembok kamarnya, melukai lengannya. Baju bangsawan miliknya robek dan darah mulai berjatuhan dari luka itu. Pemuda itu meraih sesuatu dari laci mejanya. Sebuah kantong berisi serbuk cahaya dari lily malam. Dengan hati-hati, Hwanwoong menjatuhkan serbuk itu ke lukanya.
Perlahan, serbuk cahaya mulai menutupi luka Hwanwoong dan menghentikan darah yang keluar. Lalu bubuk cahaya itu mengeluarkan cahaya yang lebih terang kemudian menghilang begitu saja. Luka Hwanwoong kini sembuh.
"Sepertinya lily malam sangat menyukaimu."
Hwanwoong menatap diam pada sosok Ravn yang bertengger di jendela kamarnya. Makhluk hitam itu memutar setangkai mawar di tangannya, lalu melemparkannya ke arah Hwanwoong.
Pemuda itu melirik sedikit ke arah bunga mawar yang kini tertancap di tembok belakangnya. Lalu rasa perih mulai menjalar dari pipinya. Setitik darah terjatuh dari luka di pipi Hwanwoong. Mengabaikan lukanya, Hwanwoong menatap tajam pada Ravn yang sudah berdiri di hadapannya.
Makhluk itu mengangkat tangannya lalu menyentuh luka Hwanwoong, rasa perih menghilang dan luka Hwanwoong menghilang tanpa meninggalkan bekas.
KAMU SEDANG MEMBACA
FairyTale [RaWoong]
Fanfic"Aku pernah bermimpi." "Mimpi apa?" Hwanwoong terdiam sejenak lalu menatap pria disampingnya, "Ada kau didalamnya." Pria itu mengangkat alisnya, "Benarkah?" Hwanwoong mengalihkan pandangannya, jiwanya berjaga-jaga. "Dalam mimpiku, aku mati." Hening...