"Tegakkan tubuhmu!"
Remaja 14 tahun itu memutar bola matanya saat merasakan hentakan keras pada bahunya.
"Hari ini kita akan kembali lagi ketempat anak itu. Umurnya pasti sudah cukup matang," celetuk lelaki tua disebelah Jake lagi.
Pemuda itu hanya diam, matanya menelisik seluruh bagian daerah ini. Tempat kumuh dan tak teratur. Menyayangkan sekali akan kesehatan dan keberlangsungan anak-anak yang harus nya mendapatkan jaminan masa depan yang lebih baik.
Setau Jake, kawasan mereka berdiri sekarang adalah kawasan ilegal. Rumah-rumah ini mungkin saja akan dihancurkan dalam waktu dekat. Karena kemungkinannya pemerintah daerah akan menyisir wilayah ini untuk dijadikan sebuah bangunan bagi kalangan menengah.
Jangan tanya darimana Jake mengetahui hal ini, tentu saja karna pak tua disebelahnya.
"Saya berharap kamu tak menemukannya," cicit Jake sangat pelan ditengah-tengah melangkah kesebuah rumah. Entah pendengaran yang sudah tua, tidak ada yang mendengar ucapannya dengan baik. Bertepatan hanya mereka berdua disana.
Jake terdiam saat menemui rumah yang sama dihadapannya. Lelaki berumur disebelahnya langsung mengetuk pintu rumah tersebut. Menampilkan lelaki dewasa dengan wajah lugu.
"Aku ingin bertemu dengan cucuku," frontal lelaki tua itu membuat Jake memutar bola matanya kesal.
Tak sengaja, pandangan itu melirik pada sepasang mata didalam ruangan. Mata bulat yang menggemaskan. Jake bahkan hampir bersuara,sebelum akhirnya anak tersebut kembali bersembunyi.
"Dia tidak ada disini," ujar lelaki dewasa yang Jake yakini merupakan orang tua si anak yang ia lihat. Kemungkinan paling besar lelaki itu adalah paman kandungnya.
Paman nya terlihat menutup pintu ketika menyadari tatapan Jake kedalam rumah. Jake tersenyum canggung kemudian menggeleng.
Jake bahkan tidak ingin anak itu diambil oleh pak tua disebelahnya. Dia mungkin akan tersiksa seumur hidup jika bersama si pak tua ini.
"Maaf tapi bisa kita berbicara diluar?"
Jake membelalak melihat kejadian pada kedua netranya. Tak mengerti harus berekspresi. Mulut nya tak mampu mengeluarkan suara. Warna merah memenuhi permukaan jalan.
Namun wajahnya lama kelamaan berubah menjadi lebih dingin. Fakta bahwa lelaki tua itu menjadi beban bahkan setelah mengeluarkan pamannya dari kartu keluarga dan pewaris perusahaan.
Sekarang?
Dalam hitungan detik sudah merebut nyawa pamannya dan nyawa ayah dari si anak itu.
Jake sepertinya tak perlu berharap akan keselamatan kakek tua itu ketika para ajudan tersebut lebih memilih mengangkat manusia beban itu.
Remaja itu mendekat pada lelaki dewasa yang sudah tak sadarkan diri, meninggalkan keadaan.
"Paman, ayo hidup! Anak mu masih menunggu," ucap Jake saat melihat napas yang hampir habis. Air mata turun dengan cepat apalagi tak ada yang berusaha untuk membantunya sedikit pun.
Hingga seorang remaja seumurannya berteriak keras meminta pertolongan, Jake tersentak sejenak mendengar teriakan tersebut.
"Hei bodoh! Gunakan suara mu untuk berteriak. Pertolongan tidak hanya datang dari rasa kasihan, semuanya memerlukan usaha," cerca remaja itu.
Jake yang tidak lagi memikirkan apapun turut berteriak keras. Hingga beberapa manusia bergerak cepat menolong pamannya itu.
Pemuda itu mengangkat tangannya bergetar, merah cair menguasai permukaan telapak tangannya. Saat para warga mengangkat paman nya kedalam kendaraan umum.

KAMU SEDANG MEMBACA
SKEPTICAL
Short StorySpin off Sungjake Help & Weakness Siapa dia yang meragu? Mereka bukan berbeda dalam segala hal. Hanya mencoba melengkapi.