Skeptomai : (-4)

96 13 3
                                    


Emang seberapa luar biasa Jake saat memegang benda bulat ini.

Setidaknya pikiran itu yang telah memenuhinya semenjak memijak kakinya di lapangan indoor ini. Netranya beralih pada Airel yang membaca buku kesehatan remaja. Seperti merasa diperhatikan, gadis itu menatap Jake dan melambaikan tangannya tersenyum menyemangati.

Jake memang harusnya tidak mengiyakan ucapan Airel. Selain waktu belajar, ekspetasi yang terlalu tinggi lebih sering menyerangnya. Pemuda itu melompat kecil hendak memasukkan bola kedalm ring.

three point.

Kebetulan yang diberikan tepuk tangan oleh Airel. Jake yang mendengar itu menghentikan kegiatannya dan mendekati Airel. Meletakkan tubuhnya disebelah gadis itu.

"Keren sekali, anak muda ini," bangga Airel menepuk pundak sang teman.

Perlahan-lahan bentuk bibirnya mulai menurun seakan-akan ingin menunjukkan protes pada Airel. Lagipula, haruskah ia yang mendapatkan keberuntungan ini? Atau mungkin Jake mengatakan ini sebuah kesialan.

"Kenapa harus klub ini sih? Kamu kan bisa pilih yang lain untukku, sepaling enggaknya kita bisa barengan," cerewet Jake yang membuat Airel tertawa.

Airel yang gemas menarik sebelah pipi Jake, "dih, kan disini bareng juga, malah banyak manusia diatas standar," canda gadis itu menaikkan kedua alisnya.

Candaannya membuat Jake semakin geli. Persetan wajah, pemuda itu benar-benar tidak habis pikir akan kejadian ini. Apalagi terpilihnya seorang Jake menjadi anggota basket sementara. Sialan, Sunghoon.

Panjang umur, kalau kata tua-tua zaman dahulu. Jake dan Airel melirik pada tertawaan dua orang yang membuka pintu lapangan. Wajah musam pemuda itu semakin tak terkontrol saat matanya menemukan mata si tukang saran.

"Wah, sudah jam tiga, aku 'kan ikut lomba PMR minggu depan, jadi aku duluan ya!" ujar Airel tertawa tipis. Jake tahu gadis itu hanya tak ingin mendengar celotehannya lebih panjang.

Sunghoon dan Kai saat itu mendekati posisi Jake dikala Airel sedang menuju keluar. Tentu saja, keduanya akan berpapasan dengan Airel meski tak sehadap. Saat saling melewati, gadis itu tiba-tiba berteriak yang membuat Kai tertawa.

"Aku titip anakku! Meski bukan malika tolong di jaga sepenuh hati!" seru Airel sebelum keluar dari lapangan sambil cekikikan puas.

Wajah Jake mulai memerah, ingatkan Jake untuk menyentil dahi gadis itu saat keduanya bertemu nanti. Sunghoon sendiri tak berekspresi apapun, hanya Kai yang meninggalkan tawa kecil saat mendengar cara Airel menitipkan sang sahabat.

Keduanya duduk berjarak tiga bangku dari tempat Jake. Hanya diisi oleh percakapan oleh Sunghoon dan Kai yang seperti bisik-bisik. Hingga suara Kai dengan niat yang pemuda itu tak harapkan keluar.

"Anak Airel, Jake lo mau susu ga? Gue mau kekantin,"  tawar Kai dengan senyuman ejek.

Jake menatap nyinyir Kai lantas menggeleng. Melihat ekspresi wajah pemuda itu yang menawari kembali terkekeh kecil meninggalkan keduanya dengan lari cepatnya. Keusilan Kai tak sampai situ, sebelum menutup pintu, lelaki itu kembali berpesan.

"Jake demi tanggung jawab, lo jangan dekat-dekat sama Sunghoon. Awas digigit! Lo berdua jangan ngapain-ngapain ya!"

Selepas pesan aneh Kai, keadaan semakin hening meninggalkan Sunghoon berdecak sambil memainkan ponselnya dan Jake yang memainkan celananya.

"Airel dan—hubungan apa?" jeda Sunghoon sebentar yang diberikan kernyitan dahi oleh Jake.

"Ga jelas," celetuk Jake membuat Sunghoon berdeham kaku.

SKEPTICALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang