"Riki udahan dong belajarnyaaaa."
Rengekan si kecil kembali terdengar. Riki yang sedang duduk di meja belajar, fokus menunduk membaca buku jadi menoleh sambil tertawa kecil. Taki menatapnya sambil cemberut dari atas kasur.
"Sebentar, Sayang. Nanggung beberapa halaman lagi." katanya sebelum fokus lagi pada buku pelajarannya.
"Ish," Taki berdecak. Dia merebahkan diri dengan malas, menatap langit-langit kamar Riki tanpa minat, "PTS-nya masih dua Minggu lagi, Riki. Jangan terlalu rajin dong jadi orang. Aku yang belum belajar sama sekali jadi insecure nih."
Riki tertawa, tangannya membalik halaman buku dan menyahut. "Sini makanya belajar bareng."
"Riki emang lagi belajar apa?" Taki bangkit dan menegakkan tubuhnya untuk mengintip.
"Ekonomi."
"Yah ..." Taki menghela napas panjang, kembali menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dan cemberut. "Lupa. Beda jurusan. Aku kan gak belajar itu."
"Oh, iya. Riki juga lupa."
Lima belas menit berlalu. Punggung Riki mulai pegal sebab terus-menerus ditegakkan. Suara Taki juga tak terdengar lagi. Membuatnya lantas menoleh untuk memeriksa, dan ternyata si manis itu kini tertidur memunggunginya.
"Sayang?" panggil Riki. Namun Taki tak menyahut. Pria Nishimura itu keluar dari meja belajarnya dan menghampiri Taki.
"Taki? Sayang? Hei, aku udah belajarnya. Kamu mau tidur aja atau main?"
"Mau mainn," Taki dengan mata terpejam rapat membalikkan badan menjadi terlentang. Riki mengusap pipinya dan mengangguk.
"Ayo, sini. Riki dapet ini dari Junghwan kemarin. Katanya lumayan buat ngusir bosen."
Taki menguap, dia menerima uluran tangan Riki dan mengangkat tubuh malasnya untuk bangkit. "Apa tuh?"
"Something like QnA."
"Ihh mau!!!"
Riki memposisikan diri menyandar pada kepala ranjang. Membuka tangan menangkap tubuh Taki yang meloncat girang ke arahnya. Lalu didekapnya tubuh kecil itu hangat-hangat di dalam pelukan. Mata keduanya fokus pada ponsel Riki.
"First question, who is the laziest?"
"Riki!!!!!"
"Kamuuu," Riki dengan iseng mencubit ujung hidung Taki yang baru saja menjawab pertanyaan dengan semangat empat-lima.
"Ih, Riki lah!!" protes Taki tak terima.
Riki tersenyum tipis, "Udah ngapain aja kamu hari ini, Sayang?"
Taki terdiam sebentar, "Eung ... Bangun tidur ... Mandi ... Sarapan ... Terus dijemput Riki ... Terus—"
"Terus tiduran, terus ngerengek-rengek minta aku udahan belajarnya soalnya kamu bosen. Gitu??? Itu yang kamu sebut gak pemalas, hm???" Riki melancarkan serangannya menggelitik pinggang Taki, membuat pria itu tertawa kegelian dan mengangguk-angguk kemudian, mengalah.
"Iya iya iya iya, aku, aku yang pemalas." katanya pasrah. Riki hanya tertawa dan kembali menariknya ke dalam dekapan.
"Pertanyaan kedua, Siapa yang cemburuan?"
"Riki!"
"Kamu juga!"
"Tapi Riki lebih cemburuan!"
"Kamu lebih cemburuan!"
"Riki lah!"
"Kamu kalo cemburu suka nangis, terus diemin aku. Terus suka marah-marah sendiri sambil mukulin boneka—"
KAMU SEDANG MEMBACA
1820 | Mutual Feelings (on hold)
Fanfiction[𝐍𝐢-𝐤𝐢 & 𝐓𝐚𝐤𝐢] Kira-kira, apa yang akan orang lain pikirkan jika ada yang bertanya tentang bagaimana dinamika hubungan Ni-ki dan Taki? Banyak orang akan bilang, "Manis", atau: "Oh, dua anak SMA yang salah satunya sering mencubit pipi pasanga...