Taki mengerjapkan matanya ragu saat Riki tak merespon apa yang baru saja dilakukannya.
Pria itu tampak membeku, jemari yang ada di pinggangnya perlahan mengerut, sedikit menggelitik. Taki ikut menelan ludah saat Riki menggigit bibir bawahnya pelan dan tiba-tiba tertunduk disertai hembusan napas lemah.
"Iki... gak papa...?" Taki pun bertanya ragu-ragu.
Dan dia bisa melihat pipi si Nishimura bersemu merah sampai ke telinga.
Lelaki itu meringis merasakan denyutan dari jantung dengan kuat mencekut kepalanya. Membuat napasnya sedikit memberat. Sekujur tubuhnya terasa begitu lemas hingga dia pelan-pelan menjatuhkan kepalanya ke bahu Taki, bergerak menyembunyikan wajahnya yang terasa panas di perpotongan leher kekasihnya.
Gila, pengaruh salting sekuat ini, ya?
Riki tak pernah mengira bahwa Taki akan jadi orang yang lebih dulu memulainya. Bunda Taki pernah bilang—dulu—saat Jeongwoo dengan iseng bertanya, "tante, kalo misalnya Taki dicium Riki gimana? di bibir", Riki awalnya merutuki kakak kelas jahil itu karena bertanya sembarangan. Namun, tanpa diduga, wanita itu malah dengan santai tertawa sebelum membalas, "boleh, nanti, ya. kalo udah kelas sebelas," diiringi sorakan menggoda dari Junghwan dan Inhong, "lampu ijo, rik! lampu ijo!" kata mereka heboh.
Sekarang Riki merasa jantungnya berada di lampu merah alias berhenti kalau begini caranya.
Tangan Taki yang mengusap punggungnya terasa begitu membakar kulit, si manis tentunya khawatir, dia takut melakukan kesalahan karena mencuri kecupan tanpa izin. Dia takut Riki marah.
"Iki..."
Mendengar rengekan pelan bayinya. Riki tak tega, dia memaksakan diri membuka mulut.
Sambil mengencangkan pelukan di pinggangnya, Riki melirih, "bentar, sayang...", yang mana terdengar begitu pelan, terdengar begitu lemah.
Taki mengembungkan pipi bulatnya sesaat. Bingung hendak berbuat apa. Dia pun ikut menyandarkan kepalanya di bahu Riki. Menunggu Riki bergerak.
Dan senyumannya langsung terbentuk tipis saat merasakan degup jantung Riki yang berdetak kencang, sampai ke dadanya yang sebenarnya sama-sama sedang berdebar.
Taki mengeratkan pelukan. Tersenyum lebih lebar.
[]
Butuh sekitar dua puluh menit sampai akhirnya Riki mampu mengangkat kepala dari pelukan sang kekasih. Taki ke dapur sebentar, mencari toples untuk memisahkan bagian cookies yang akan Riki bawa ke rumah.
Sedangkan Riki telungkup di sofa. Bertingkah seperti mati alias masih tidak berdaya. Lemas katanya.
Taki tak tahu memang begitu pengaruhnya jika seseorang baru saja dicium. Atau memang hanya pacarnya saja yang lebay.
Dia berjalan ke ruang tengah, meletakkan setoples cookies di atas meja, lalu menghela napas saat memandang Riki.
"Katanya udah disuruh pulang sama bunda?"
"Bentar masih salting," sahut Riki dengan suara teredam.
Taki menggeleng tak habis pikir.
"Kamu nih, kalo kak Jeongwoo tau abis kamu diketawain," gerutunya sambil duduk di sebelah pria itu dan memakan kue lagi.
Riki perlahan membalikkan badannya, beringsut menjatuhkan kepalanya ke atas paha Taki, lalu memutar-mutar telunjuk di atas lututnya sedikit cemberut.
"Kamu kok biasa aja sih?" protesnya heran, "it's our first kiss, Taki... atau jangan-jangan sebelumnya kamu pernah—"
KAMU SEDANG MEMBACA
1820 | Mutual Feelings (on hold)
Фанфик[𝐍𝐢-𝐤𝐢 & 𝐓𝐚𝐤𝐢] Kira-kira, apa yang akan orang lain pikirkan jika ada yang bertanya tentang bagaimana dinamika hubungan Ni-ki dan Taki? Banyak orang akan bilang, "Manis", atau: "Oh, dua anak SMA yang salah satunya sering mencubit pipi pasanga...