Ke lima

20 1 0
                                    




*

Kelas Vivi tengah menjalani ujian bahasa mandari. Semua hening karena gurunya cukup killer. Natalia dengan mudah mengerjakan soal ini, bahkan ia juga berbagi jawaban dengan Vivi. Di kala sepi melanda, Vivi mendengar suara suara asing. Vivi melirik ke belakang melihat Julia sedang mengerjakan soal ujiannya dengan tenang. Namun, tak lama kemudian wajahnya berubah sendu disaat itu juga suara asing yang sedari tadi masuk ke pendengaran Vivi terdengar

Vivi terkekeh kecil tanpa suara. Julia lapar, begitu pikirnya.

*

Sesuai keinginan Maminya, Gracia meminta formulir pendaftaran lebih dulu untuk si adik tirinya. Ini ia lakukan bukan karena Okta tetapi karena Maminya. Selembaran itu ia bawa dan berjalan keluar kantor guru. Dijalan ia berpapasan dengan Indri, Angel dan Shinta. Shinta melempar senyum ke arah Gracia namun Gracia bersikap acuh

"Itu ade lu kan Shin?"

"Iya.."

"Kenapa dia cuek aja, gak ada hormatnya deh sama kakak"

Shinta hanya diam saja, Gracia yang belum jauh masih bisa mendengar ucapan mereka. Gak ada pengaruh untuknya ia masih tetap berjalan menuju kelasnya

"Bung, di basecamp perlu hiburan gak sih?" Tanya Ferdi

"Iya ya, apa deh kira kira?" Tanya Arfi

"Ya apa gitu, kartuan kek kita"

"Mang boleh?" Tanya Agus ragu

"Boleh aja asal gak ketauan, lagian kan gak pake duit"

"Lu bisa remi?"

"Bisa.."

"Poker?"

"Bisa.."

"Kalo gitu gue beli kartu gaple nanti.." ujar Arfi

"Goblok goblok.." seru Iwan

Itulah obrolan absurd mereka menjelang jam pulang sekolah tiba. Berbeda di kelas Vivi, Natalia yang sedari tadi ngoceh membuat Vivi pusing mendengarnya

"Oh ya V gue boleh ikut gak ke markas lu?"

Vivi menatap Natalia heran

"Markas? Emang gue ultramen"

"Itu loh yang suka lu datengin kalo pulang sekolah" ucap Natalia

"Boleh aja.."

Natalia terlihat senang, ia merasa memiliki teman yang dapat melindunginya. Begitu ekspetasinya padahal anggota basecamp hanya kumpulan orang orang depresi karena permasalahan hidup keluarga dan sosial mereka

*

Shinta baru saja pulang sekolah di sore hari setelah ia mengikut bimbel disekolahnya. Shinta terkejut melihat Okta dengan kedua matanya yang sembab segera ia menghampirinya

"Okta.. kamu kenapa dek?"

"Kak Ge kak.. dipukul kak Gee.." ucap Okta sambil sesegukan

Emosi Shinta segera memuncak namun ia dapat mengendalikannya berkat sifatnya yang tenang

"Kamu di pukul kak Ge?"

Okta menggelengkan kepalanya yang tentu saja membuat Shinta bingung

"Terus kenapa?"

"Kak Ge.. di pukul kak Ge.. tadi.."

Udah pelajaran bikin pusing sekarang pulang sekolah malah di bikin senewen sama adik sendiri. Shinta gak lagi melanjutkan pertanyaannya ia memilih untuk menenangkan Okta dalam pelukannya. Meski Shinta orang yang tenang dan dapat mengendalikan emosinya bukan berarti dia adalah manusia yang jinak apalagi jika ada yang berani berbuat kasar pada adik adiknya

High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang