Bab 21

43 14 0
                                    

"Ayah, nanti aku mau ketemu sama tante Aila ya" tutur Dinda, membuatku bangun dari lamunanku.

"Iya sayang, semoga kita bisa ketemu tante Aila lagi ya"

Dinda hanya tersenyum seolah mengamini ucapanku lalu memelukku.

"Jadi, ini kamu udah ngantuk belum?"

"Belum yah, aku laper hehe"

"Kamu kaya ayah ya kalau laper pasti gak bisa tidur" sahutku.

"Ayah, ke bunda yuk" jawab Dinda sambil menarik lenganku. Sedangkan aku hanya mengikuti kemauan anakku ini.

-----

Saat menuruni tangga, aku heran karena istriku, Ara seperti sedang mengobrol dengan seorang perempuan selain Mamahku. Aku semakin mempercepat langkahku untuk memastikan semuanya. Dan betapa terkejutnya aku, kulihat wanita yang dulu pernah mencintaiku dengan tulusnya. 

"Dimas?" ucapnya diiringi senyuman manis yang khas itu.

Aku tertegun, aku masih tidak menyangka. Apa saat ini aku sedang bermimpi?

"Aila? Ailaku?"

"Hai, Dim, apa kabar?" 

Aku menatap Ara sejenak lalu segera berhambur memeluk Aila dengan erat.

"Aku baik, Ai. Kamu gimana?"

Aila melepaskan pelukan dan menyahut, "Aku juga baik"

"Kamu kapan sampai?"

"Belum lama, aku akan pindah lagi ke Indonesia, kuliahku sudah selesai dan rencananya mau buka restoran di sini."

"Aku ikut seneng kalau kamu pindah lagi ke sini"

"Oh iya, Dim, Ra, ini calon suamiku, Reyhan"

Aku dan Ara memandang laki-laki yang baru datang dengan senyuman hangat.

"Dimas" ucapku terlebih dahulu sambil mengulurkan tanganku dan disambut baik oleh Reyhan. Lalu diikuti Ara.

"Aku dan Reyhan akan menikah 2 bulan depan, di sini, dan aku akan kembali ke rumahku yang dulu."

"Selamat ya, Ai" ucapku dan Ara.

"Makasih ya" jawab Aila yang sedetik kemudian fokus memandang gadis kecil disebelahku.

"Ini siapa?" tanya Aila.

"Dinda, anakku dan Ara, Ai" jawabku.

Aila langsung menundukkan tubuhnya, memeluk anakku dan berkata, "Halo sayang"

"Halo tante Aila" 

Aila langsung tersenyum dan mencium Dinda layaknya anaknya sendiri.

"Ternyata bener kata Ayah, tante Aila itu cantik dan murah senyum" tutur Dinda.

Aku, Ara, Aila dan Reyhan tertawa mendengarnya. Beberapa menit kemudian, terdengar suara salam, "Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam, Mamah?" sahut Ara.

"Kita kedatangan tamu ya?"

"Wa'alaikumsalam tante, aku Aila, masih ingat gak?"

"Tentu saja tante masih ingat sayang, bagaimana kabarmu nak?"

Aila langsung memeluk mamah.

"Aku baik tan, oh iya ini calon suamiku, Reyhan, kami akan menikah 2 bulan depan lagi di sini, aku juga akan tinggal di sini lagi."

"Alhamdulillah selamat sayangku"

"Terima kasih tante"

"Mumpung kita lagi kumpul di sini, tante masak dulu ya buat makan siang"

"Aku bantuin ya mah" jawab Ara.

Lalu Mamah dan Ara bergegas ke dapur.

"Ra, bisa bicara sebentar?"

"Boleh"

Aku mengajak Aila ke teras rumah.

-----

"Aku mau tahu kenapa kamu gak pernah balas e-mail aku setelah aku cerita aku sudah menyatakan perasaanku pada Ara dulu, apa aku ada salah padamu?"

"Kamu gak salah. Justru dengan baca dan tahu kalau kamu sudah berani menyatakan perasaanmu pada Ara, aku sangat senang. Mungkin benar, akan selalu ada hati yang patah dibalik 2 hati yang sedang bersemi tapi percayalah akan selalu ada juga hati yang tulus mencintai ketika kita sudah mengikhlaskan sesuatu yang pergi."

Hening sesaat.

"Ketika kamu mengikhlaskan Ara dengan (alm) Rizki dulu, kamu punya aku. Di saat aku mengikhlaskan kamu kembali pada Ara, Tuhan mengirim Reyhan untukku. Tuhan menciptakan manusia itu berpasang-pasangan, Dim. Kita harus bersyukur untuk itu."

"Ai, u always kind and deserve better then." ucapku sambil mengelus kepala Aila dengan lembut.

"U too" jawab Aila dengan senyuman khas itu.

THE END


Cinta & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang