Malam ini aku sibuk mengerjakan tugas matematika yang banyaknya tiada tara. Untuk menjawab satu soal saja hampir menghabiskan setengah lembar kertas, bagaimana jika 50 soal?
"Dimas!" seru seseorang dari balik pintu kamarku. Aku menoleh saat melihat sosok perempuan cantik berusia 38 tahun itu akhirnya masuk setelah mengetuk pintu dan memanggil namaku. Dia adalah Ibu.
"Ya, ada apa bu?" ucapku balik bertanya.
"Ada tante Fita sama om Irwan dibawah, ada Rizki juga sayang" jawab perempuan yang kupanggil ibu tadi.
"Bukannya mereka ada di Jepang?"
"Iya memang tapi untuk 1 tahun ke depan mereka akan tinggal di Indonesia. Mereka akan tinggal dirumah kita sayang, sekalian nemenin kamu. 6 bulan ke depan kan ibu harus nemenin Ayah tugas ke Pekan baru. Jadi Ibu sama Ayah sepakat nitipin kamu sama mereka" ucap Ibu.
Aku terdiam.
Benar, ibu memang harus menemani ayah tugas ke Pekan baru 6 bulan ke depan dan soal Rizki........berarti benar dugaanku kalau dia yang tadi main basket disekolah?
Sedetik kemudian aku tersadar dari lamunanku karena Ibu yang terus memanggil namaku."Maaf bu, aku cuma pusing aja dapet tugas matematika seabrek-abrek...." tukasku mencoba memberi alasan.
"Ya sudah, turun ke bawah dulu, temui Om, Tante, sama Rizki dulu sebentar habis itu baru lanjutkan mengejakan tugasnya ya?" ucap Ibu.
"Ya bu" sahutku yang kemudian menutup buku tugas matematikaku lalu bergegas turun ke bawah mengekori Ibu.
Turun dari tangga, aku menatap sosok itu, sosok yang berhasil membuat Ara marah dan tidak mau mendengarkan ucapan siapapun jika sedang marah termasuk ucapanku sekalipun.
"Dimas ya? sekarang sudah besar, tampan pula...." ucap Tante Fita sambil tersenyum ke arahku.
"Iya Tante, halo Om" sapaku sambil mencium tangan Tante Fita dan Om Irwan.
"Ini Rizki, sepupumu" ucap tante Fita.
Hening sesaat. Aku dan Rizki saling memandang.
Jadi ini benar-benar Rizki, sepupuku yang selama ini di Jepang? Ya tuhan,untuk apa mereka datang kemari? Bukankah selama ini mereka lebih suka berada di Jepang?
"Halo, Dim" sapa Rizki sambil terus menatapku.
"Jadi berhubung Rizki ingin pulang ke Indonesia, Ibumu mengabari tante jika ia harus ke Pekan baru menemani Ayahmu bertugas dan ia ingin kami menjagamu untuk sementara saat ia di Pekan baru. Oleh karena itu Rizki akan pindah sekolah disekolahmu juga, kamu tidak keberatan kan, Dim?" ucap Tante Fita lagi.
Aku termenung mendengar ucapan Tante Fita, tentu saja aku tidak keberatan jika Rizki pindah ke sekolahku tapi ada satu hal yang membuatku merasa khawatir.
"Dimas?" kini Om Irwan yang berbicara.
"Iya Om, Tante, Dimas nggak keberatan kok" Jawabku.
"Maaf ya Fit, Wan, Dimas daritadi lagi ngerjain tugas matematika jadi dia nggak terlalu konsentrasi kalau diajak ngomong" ibu kemudian berusaha menjelaskan hingga akhirnya Om Irwan dan Tante Fita mengerti.
"Bu, Om, Tante, Ki, Dimas ke kamar dulu ya, tugas matematika dimas belum selesai soalnya" pamitku yang dijawab anggukan oleh mereka semua.
Tentu saja aku tidak konsentrasi tadi, aku bukanlah laki-laki tampan yang tinggi dan jadi idola disekolah karena menjadi kapten tim basket atau ketua osis. Aku adalah Dimas Rasendria, laki-laki tampan yang selalu menjadi juara kelas dan mendadak jadi idola disekolah karena hobby bermain gitar sambil bernyanyi yang biasa aku lakukan, meskipun menjadi idola baru disekolah bukanlah keinginanku karena hal itu sangat merepotkan.
Bagaimana tidak merepotkan?
Bayangkan saja dari aku berjalan didepan gerbang aku sudah ditunggui oleh Larasati, sampai dikelas mendadak dibawain bekal makanan bahkan mendapat cokelat setiap hari jumat oleh Salsa, belum lagi wanita-wanita yang lain. Walau sudah tidak aku gubris pun mereka tetap saja mejadikan aku idola mereka, entahlah aku kali ini sedang tidak ingin membahas hal itu. Aku sedang mengkhawatirkan sesuatu, sepertinya akan terjadi perang dunia ke-tiga setelah ini, kuharap bukan besok mulainya.----
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Rahasia
RomanceAkan selalu ada hati yang tulus mencintai ketika kita sudah mengikhlaskan sesuatu yang pergi.