Seminggu sudah terlewati. Ara semakin sering mengunjungi Rizki di rumah sakit sepulang sekolah. Aku dan Aila saling bertugas menjaga mereka berdua secara bergantian, apalagi Ara, dia benar-benar tidak bisa mengendalikan diri jika sedang marah dan sedih.
Keadaan Rizki belum membaik, tetapi dari raut wajahnya sepertinya dia sudah siap jikalau tiba-tiba waktu menjemputnya untuk pergi. Dari raut wajahnya pula, ia terlihat bahagia karena disaat-saat terakhirnya, keluarga kami bisa berkumpul, ada Ara juga yang selalu setia menemaninya.
-----
Pagi itu, Rizki terlihat berseri-seri dan tenang. Ia meminta jalan-jalan pagi menggunakan kursi roda. Hari ini untungnya hari libur sekolah. Jadi Aku, Ara dan Aila bisa menemani dan memenuhi permintaannya.
"Dim, Ai, boleh aku bicara berdua sama Ara?" ucap Rizki.
Aku dan Aila mengangguk dan segera memberikan mereka jeda untuk berdua walaupun tentu saja aku dan Aila masih memantau dari jarak jauh.
Selesai jalan-jalan pagi mengelilingi taman rumah sakit, Ara dan Aila pergi ijin untuk sarapan di kantin. Tersisa aku dan Rizki di ruangan ini. Aku memandang Rizki.
"Dim?"
"Ya, Ki?"
"Kamu masih sayang sama Ara kan?"
"Aku kan sudah punya Aila, Ki"
"Tapi mata kamu gak bisa bohong, Dim. Kamu selalu menatap Ara dengan tatapan yang sama dan tentunya dengan perasaan yang sama pula." Aku hanya diam karena tidak mau berkomentar apapun.
"Boleh aku minta satu permintaan, Dim?"
"Boleh, apa Ki?"
"Jagain Ara buat aku ya, Dim. Apapun keadaannya jaga dan lindungi Ara, apalagi kalau nanti aku pergi" tutur Rizki.
"Ki, ngomong apaansih? jangan ngaco. Kita semua lagi berjuang dan kamu juga pasti lebih berjuang untuk sembuh." sahutku.
"Please, Dim. Janji ya?" lagi-lagi Rizki menatapku dengan tatapan seolah hanya aku harapannya.
Aku yang iba dan tidak enak hati, akhirnya mengangguk.
"Aku janji akan jaga Ara. Kamu juga harus janji cepat sembuh ya, Ki." balasku.
Rizki tersenyum tanpa menjawab apapun. Aku memandangnya, takut-takut terjadi sesuatu padanya.
"Ki?" ucapku memastikan.
"Ya?" Jawab Rizki.
"Alhamdulillah, aku khawatir tadi, habis kamu gak jawab lagi" aku menyahut sembari menghela nafas panjang.
"Aku akan baik-baik saja kalau kamu jaga Ara dengan baik juga" tutur Rizki.
"Udah 2 kali kamu ngomongin ini, Ki. Aku janji sama kamu, aku akan menjaga dan melindungi Ara sampai titik darah penghabisan." kataku sambil menunjukkan jari kelingkingku ke arahnya. Rizki langsung menyambung jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya.
Hening sejenak. Lalu tiba-tiba aku ingin buang air kecil.
"Ki, aku ke toilet bentar ya" ucapku yang dijawab dengan anggukan pelan oleh Rizki.
-----
Setelah buang air kecil, aku merasa sungguh lega. Aku berniat langsung kembali ke ruangan Rizki karena saat ini Ara dan Aila belum datang, kami bergantian menjaganya. Sedangkan orangtua Rizki dan orangtuaku dirumah, membawa beberapa baju ganti lalu kembali ke sini sekitar 1 jam lagi.
Krukkk..krukkk..suara perutku berbunyi cukup keras. Aku melirik ke kanan dan ke kiri, malu sekali jika ada yang mendengarnya. Untung saja tidak ada jadi sebelum kembali ke ruangan Rizki, aku segera bergegas ke kantin rumah sakit untuk membeli roti dan cemilan yang akan kumakan diruangan Rizki nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Rahasia
RomanceAkan selalu ada hati yang tulus mencintai ketika kita sudah mengikhlaskan sesuatu yang pergi.