Hari ini sudah tepat 1 tahun Rizki pergi meninggalkan kami semua. Tante Fita dan Om Irwan juga memutuskan untuk pindah ke salah satu rumah di komplek rumahku. Urusan bisnis mereka di Jepang sudah selesai jadi mereka ingin pindah di Indonesia. Mereka juga ingin selalu menjenguk serta mendoakan (Alm) Rizki tentunya.
Hingga pada suatu senja, Aila, pacarku yang kini benar-benar sudah kusayangi berhasil membuatku terbelalak dengan keputusan yang diambilnya.
"Ai? Becanda kan?" kataku.
Aila hanya diam menatapku. Sesaat kemudian ia tersenyum. Ada raut sedih yang ia tahan di wajahnya. Aku tidak tahu kenapa ia mengambil keputusan itu. Kala itu aku, Ara dan Aila sudah kelas 12 dan sedang menghitung hari menuju hari perpisahan sekolah seusai kami menjalani Ujian Nasional.
"Aku serius sayang. Aku lolos test di Cambridge University, aku akan lanjut kuliah disana" ucap Aila, kini diikuti dengan senyuman.
"Ai, gak mau kuliah di Indonesia aja?"
"Dimas, kamu tahu kan kuliah di Cambridge University impian aku dari dulu?"
Aku hanya mengangguk lemah.
"Sekarang aku harus kejar itu, kesempatan gak akan datang 2 kali."
"Terus kita gimana?"
Aila diam sejenak.
"Ai? kamu rela ninggalin aku?"
Kini dengan senyum Aila menyahut, "Dimas, kita putus ya."
"Ai, kamu becanda lagi ya?"
Aila menggeleng.
"Aku gak mau"
"Dim, maafin aku ya..." ucap Aila sembari menangkup wajahku dengan tangannya yang halus.
"Ai, aku tetap gak mau." sahutku sambil menahan air mataku yang rasanya tak mau menurut untuk dibendung lagi. Aila menangkup kedua pipiku, ia memandang dalam sekali. Tak lama air matanya pun pecah juga.
"Aku sayang banget sama kamu, Dim. Kamu tahu itu kan?"
Aku hanya diam.
"Kamu masih punya Ara. Bahkan dia lebih butuh kamu dari aku."
"Tapi pacar aku kan kamu, Ai! bukan Ara."
"Yes I know. Aku memang pacarmu tapi yang ada di hatimu selalu Ara"
Hening sesaat. Apa-apaan Aila ini? Aku sudah mati-matian belajar mencintainya dan begitu aku sudah mencintainya, ia ingin meninggalkanku?
"Aku lihat kamu sama Ara pelukan kemarin"
"Ai, kamu kan tahu aku sama Ara kan biasa pelukan dan kamu juga tahu Ara cuma teman aku"
"Ara selalu butuh kamu, begitupun sebaliknya." tutur Aila dengan nada yang sedikit naik.
"Kamu masih suka sama Ara kan?"
Hening lagi. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Aila saat ini. Pertanyaan yang dimana seharusnya aku bisa menjawabnya dengan mudah namun entah mengapa mulutku kaku, membisu.
*Aila POV*
Siang itu aku memegang kunci mobilku karena aku ingin menemui Dimas, pacarku. Aku mampir sejenak ke toko kue karena ingin membelikan kue cokelat kesukaan Dimas. Setelah selesai membeli kue cokelat, aku melanjutkan langkahku ke rumah Dimas. Saat sampai depan pintu, tak sengaja kulihat Ara menangis dan disebelahnya ada Dimas yang mencoba menenangkannya dengan cara memeluk. Iya itu dimas...dimas pacarku.
Aku mendengarkan sejenak obrolan mereka tanpa bersuara sedikitpun.
"Dim, aku kangen Rizki, aku mau ketemu Rizki"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Rahasia
RomanceAkan selalu ada hati yang tulus mencintai ketika kita sudah mengikhlaskan sesuatu yang pergi.