Bab 16

90 19 0
                                    

Sejak kejadian itu, aku dan Rizki lebih sering diam jika sedang terjebak kondisi berduaan. Misalnya seperti saat-saat ini, aku hanya berdua dengan Rizki dikarenakan Tante dan Om sedang pergi mengunjungi sahabat karibnya untuk keperluan bisnis mereka yang baru.

Ya Tuhan, kenapa berada diruang tamu dan duduk berdua dengan sepupu sendiri membuatku seperti duduk seorang diri? apakah kita memang ditakdirkan bermusuhan seperti ini hanya karena perasaan cinta?

"Ki, aku ke kamar dulu ya" kataku yang sudah tidak kuat lagi berdiam-diaman.

Tak ada jawaban dari Rizki. Saat kutoleh, Rizki sedang menutup hidungnya dengan telungkup tangan.

"Are you okay?" begitu kata-kata yang akhirnya keluar dari mulutku.

"I'm fine" sahut Rizki dengan posisi yang masih sama.

"Oke, aku ke atas dulu ya" sahutku sambil beranjak pergi meninggalkannya.

"Iya di..."

Di? Tidak biasanya Rizki memanggilku dengan Di? Biasanya kan Dim?

Lalu aku segera menoleh untuk memastikan apa yang sedang terjadi dengan Rizki. Mataku terbelalak, Rizki tergolek tak berdaya dengan keadaan hidung berdarah.

"Ki?"

"Ki?"

"Ki? Are you okay?"

Nihil. Tak ada jawaban.

Aku panik bukan main. Kuambil gagang telpon rumah dan segera menghubungi ambulance untuk membawa Rizki ke rumah sakit. Lalu kutelepon juga Ara dan Aila untuk menemaniku.

----

"Apa ada keluarga pasien disini?" tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan icu tempat dimana Rizki ditangani tadi.

"Saya sepupunya Dok, Lalu gimana keadaan sepupu saya?" tanyaku yang sudah panik tak karuan.

"Bisa kita bicara berdua di ruangan saya?" tanya dokter itu.

"Baik dok" jawabku.

----

"Apa belakangan ini ada yang mengganggu pikiran Rizki?" tanya dokter, begitu kami sampai didalam ruangan bernuansa putih dengan sebuah meja persegi panjang dan beberapa rak yang kurasa isinya semuanya adalah buku-buku berbau kedokteran.

"Memangnya kenapa, dok?" tanyaku.

"Rizki itu memiliki kanker otak stadium 4. Kanker jenis ini merupakan stadium akhir, untuk menjaga kesehatan Rizki, tolong jaga pola pikirnya, jangan biarkan ia memikirkan sesuatu terlalu berat, karena itu sangat mempengaruhi kondisi kesehatan Rizki. Dan jika Rizki kondisinya menurun terus, itu bisa mempercepat sisa umurnya"

"Maksud dokter?"

"Rizki bisa tidak tertolong karena harapan hidup tiap penderita kanker biasanya dinilai dengan sebuah skala, yaitu lima tahun. Five years survival rate ini adalah angka harapan hidup yang telah ditetapkan secara lazim untuk penderita kanker, termasuk kanker otak. Artinya, persentase harapan hidup dari pasien kanker otak menggunakan tolak ukur angka lima tahun ini. Meski begitu, bukan berarti pasien yang telah didiagnosis menderita kanker otak tidak bisa hidup lebih dari lima tahun, tapi perlu diakui bahwa persentasenya harapan hidup lebih dari lima tahun untuk pasien kanker otak tidaklah besar."

"Apa tidak ada cara untuk menyembuhkannya, dok?"

"Ada, bisa lewat radioterapi dan kemoterapi tetapi jika tidak ada kemajuan, maka disarankan untuk melakukan operasi. Akan tetapi operasi pun hasilnya tidak langsung 100% sembuh, hanya 50%. Jika berhasil, Rizki bisa tertolong tetapi ia akan kehilangan sebagian ingatannya. Jika tidak berhasil, nyawa Rizki tidak bisa tertolong."

Cinta & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang