Part 9 [END]

351 45 23
                                    

Setelah hari itu, orang-orang di kelas mulai menggosipi Suzy lagi. Kabar pindahnya begitu heboh sampai beberapa kelas lain mengetahuinya.

Taehyung tak mendengar kabarnya lagi sejak saat itu.

Suzy sempurna menghilang.

Taehyung terdiam sedari tadi di depan sebuah kanvas. Kali ini dia lagi-lagi dipasangkan dengan Jimin. Melukis teman masing-masing dalam bentuk karikatur. Tapi kali ini, tak setitikpun tinta cat yang terbubuh dalam kanvas itu, sementara Jimin sudah hampir selesai dengan tugasnya.

"Kau baik-baik saja, eoh? Kelas Goo Seongsaengnim sebentar lagi selesai, dan kau belum menyiapkan sedikitpun tugasmu, hey." Jimin bercerocos heboh tatkala melihat kanvas kosong itu, dan kawannya yang sedari terdiam membisu.

"Yak, Kim Taehyung!" Jimin menepuk-nepuk pipi Taehyung tapi tak juga berhasil membuat pria itu beringsut. Dia seperti benda mati yang tergeletak di sana bak patung.

Bunyi bel menghentikan lamunan Taehyung. Dia berlari keluar dari ruangan itu tanpa memperdulikan ocehan Jimin.

Berlari sekuat tenaga menuju kamar mandi. Dia memperhatikan dirinya yang membidas di depan cermin. Terlihat sangat menyedihkan dengan ekspresi yang tak terjelaskan.

"Seharusnya kau memberikan saran yang lebih bagus untuknya..." Taehyung berbicara pada dirinya di pantulan itu. Penyesalan yang perlahan-lahan menggerogoti wajahnya.

"Kau benar-benar pengecut Kim Taehyung..." matanya kancap. Perasaannya buncah. Tertelan oleh airmatanya yang perlahan menetes.

"Jimin benar... kau terlalu pengecut sialan..."

"Bahkan aku setuju dengan kalimat si brengsek Jungkook... aku memang tak pernah bergerak dari zona nyaman... tetap berjalan di tempat... seperti idiot saja... sialan..."

"Kau bahkan dengan tololnya berbicara pada cermin... menangis seperti orang tolol..."

"Kau benar-benar tolol..."

"Apa yang selama lima tahun ini kau lakukan sialan..."

"Sialan!" Dia meninju kaca di depannya.

"Arggg sialan!" sekali lagi.

"Tolol!"

"Pengecut!"

"Stalker tak berguna!"

"Idiot tengik!"

"SIALAAAN!"

Dia menampar kedua pipinya dengan sangat keras hingga meninggalkan kesan merah.

"Sekarang tugasmu adalah mencarinya..."

"Lalu ungkapkan semuanya... ungkapkan saja! Yak Kim Taehyung sialan!" pria itu sekali lagi meninju cermin yang tampak buram. Apakah karena airmatanya? Atau karena tubuhnya yang bergetar hebat?

***

"Yak Park Jimin, menurutmu siapa di antara gadis A, B atau C yang paling dekat dengan Suzy?" tanya Taehyung saat pelajaran olahraga pagi itu. Taehyung sedari tadi memperhatikan tiga gadis yang berpeluh. Tertawa ceria satu sama lain. Seolah-olah ketidakberadaan Suzy bukanlah hal yang menyedihkan.

Dasar sekumpulan itik buruk rupa.

"Huh, apa maksudmu, huh?"

"Pilih saja. Kau lihat di sana ada tiga gadis jelek. Biar kusebut, A, B dan C. Menurutmu, yang mana yang paling dekat dengan Suzy?" tunjuk Taehyung semena-mena.

Jimin sedikit terperanjat. Baru kali ini teman masa kecilnya itu peduli dengan wajah seorang gadis. Yang dia tahu, pria ini hanya terpaku pada satu gadis. Yah, Bae Suzy saja. Tapi mengatai mereka jelek berarti ada sesuatu yang lain.

SWINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang