T e n

867 100 18
                                    

Luke's POV

Dave melaju dengan cepat dari apartemen Amanda. Senyum Amanda masih berputar-putar dipikiranku. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya.

Sekejap kemudian aku menepis pikiranku tentangnya. Dia-tidak-akan-menyukaiku.

"Luke." Dave membuyarkan lamunanku.

"Hmm?" jawabku malas.

"Aku kira Amanda itu pacar barumu."

"Dave..."

"Kalian cocok loh!" sambungnya.

"Itu tidak mungkin terjadi." Aku menolak ragu.

"Well, kukira kau menyukainya." Dave mengangkat kedua bahunya dan aku tidak menjawab sepatah kata pun.

***

Sudah 3 hari aku di Spanyol. 1 show dan 2 interview di radio lokal sudah dilakukan juga. Aku hanya mempunyai 2 hari disini dan aku ingin menghabiskan bersama Amanda setidaknya 1 hari penuh. It sounds impossible though. Aku tertawa karena imajinasiku sendiri.

"Ash." Aku menghampirinya yang masih bermain handphone di atas kasur.

"Hey man. Kau belum tidur." Ia meresponku. Aku menggeleng dan berjalan gontai lalu duduk disebelahnya.

"What's wrong Luke?"

"Kau ingat Amanda? Yang waktu itu pernah aku ceritakan."

"Yang baru saja tadi sore kau ceritakan maksudmu?" Ashton mengangkat satu alis meledekku.

"Heheheeee. Ya begitulah." Aku tersenyum malu menyadari aku sudah membicarakannya tadi sore.

"Go on" Ashton mempersilahkanku.

"Aku ingin mengajaknya keluar, kira-kira dia mau nggak ya?" tanyaku dengan nada pasrah.

"Kau harus mencobanya dulu Lukey. Ask her out now."

"Bagaimana?! Aku saja tidak punya nomor teleponnya." nadaku meninggi.

"Astaga Luke kau ingin PDKT tapi kau sendiri tidak.. ah bodoh!" Ashton menjitak kepalaku.

"Duhhh. Aku selalu lupa menanyakan itu, jangan salahkan aku. Ugh." Aku mengelus-elus kepalaku. Sembarangan sekali Ashton menjitak orang terganteng ini.

"Kunjungi apartemennya kalau begitu." ujar Ashton.

"Tapi.. aku... ASHTON!!!"

Ashton sudah tertidur dan mendengkur sekencang-kencangnya. Astaga, bisa-bisanya dia tidur saat aku sedang curhat.

***

3.00 PM

Aku sudah di depan Prado Apartmentos dan sekarang aku bingung harus melakukan apa. Aku duduk di bangku yang berada di depan apartemen. Aku canggung sendiri kalau begini, apalagi beberapa fans ku menyadari keberadaanku dan menanyakan apa yang aku lakukan disini, sejurus itu juga aku mencari seribu alasan. Sialnya teman-temanku juga sibuk dengan urusan mereka sendiri dan tidak ada yang mau menemaniku.

4.30 PM

Aku sudah menunggu satu setengah jam disini namun belum ada tanda-tanda kemunculan Amanda. Yang ada malah serbuan para fans yang pasti tersebar di twitter kalau aku sedang ada di depan apartemen ini. Tapi aku senang bertemu fans ku, mereka benar-benar hebat.

6.00 PM

Okay! Sudah 3 jam disini dan aku sudah menghabiskan 1 kotak donat dan 2 minuman kaleng. Salahku menyuruh Dave untuk pulang sehingga aku tidak bisa bersembunyi dimanapun. Ah sudahlah, aku tidak peduli. Aku-butuh-bertemu-Amanda-sekarang. Jika 5 menit ia tidak datang juga maka aku akan pulang.
.
.
.
.
.
Baik. Aku akan pulang. Jalan kaki saja tidak masalah toh hanya berjarak 15 menit.

Drrrt...

From: Calum

Luke, tolong belikan kami makanan. Kau sedang diluar kan? Tidak ada penolakan. :-)
Terima kasih :*

To: Calum

Ew baiklah, tapi ini tidak gratis ya! dan jauhkan emot cium itu.

Aku terus berjalan sampai menemukan restoran dan benar saja, di seberang sana ada restoran La Barraca. Dari segi bangunan sih kelihatannya tidak murah, tapi aku hanya melihat satu restoran disini jadi itu menjadi pilihan awal dan akhir. Aku memasuki restoran dan wow. Bukan, aku bukan takjub pada interiornya melainkan aku melihat Amanda dengan seorang laki-laki berambut hitam dan beralis tebal dan jelas aku tidak pernah melihatnya. Teman? mungkin. Pacar? bisa jadi. Masa bodoh! Sempat mematung di depan pintu aku langsung berjalan menuju meja pemesanan dan memesan beberapa makanan berat.

Syukurlah aku hanya menunggu sekitar 10 menit dan makananku sudah terbungkus rapi. Jadi aku tidak perlu lama-lama terbakar rasa cemburu melihat Amanda dengan laki-laki asing itu, atau aku yang asing untuknya? Ugh aku benci pemikiran ini. Aku melirik ke arah Amanda sekilas dan langsung berjalan keluar restoran.

"Luke?!" Aku yakin 1000% Amanda memanggilku.

"Kau lagi, kau lagi. Bisakah kau berhenti menguntitku?!" kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutku ketika aku melihat Amanda dan laki-laki asing ini dihadapanku. Lebih lagi, laki-laki ini melingkarkan tangannya di pinggang Amanda. Sudah jelas.

"Apaan sih?!" Amanda memandangku kaget.

"Aku harus pergi. Dah!" Aku memutar badan dengan rasa kesal berjalan ke apartemenku.

Tiba-tiba aku teringat kekesalan Ashton tentang bodohnya aku tidak meminta nomor handphone Amanda. Balik lagi? malu. Jalan terus? aku tidak akan mendapat nomornya. Aku menghitung kancing saja lah, balik lagi-jalan terus-balik-jalan-balik-jalan-balik. FUCK?! Aku kesal sendiri jadinya. Aku berjalan kembali ke restoran dan tepat ketika Amanda keluar dari sana.

"Amanda!" Aku lari kecil dan menghampirinya.

"Apa?" Jutek sekali.

"Aku... ah ok. Akumintanomorhandphonemuya?" tanyaku cepat.

"Ngomong yang jelas." ia melipat tangannya.

"Minta nomor handphone mu." Aku menggaruk leherku.

"Hah?! Seorang Luke Hemmings meminta nomorku? Seriously?" Amanda sedang mengejekku.

For your information, dia sudah tidak bersama laki-laki itu.

"Mau berikan atau tidak?"

"Bagaimana kalau tukeran?" ia bertanya balik.

"Deal. Catat nomorku xxx745645." kataku.

"Okay noted. Ini nomorku." ujarnya.

Senyumku melebar selebar-lebarnya setelah menyimpan nomornya.

T O - B E - C O N T I N U E D...

// Ayoyeyoyeooo GUE SENENG BGT DAN BERTERIMA KASIH BANGET BUAT 2.2K READS<333 btw sorry kalo updatenya kelamaan. Salahkan kampus gue yang berlebihan ngasih tugas. T_T And gimana niyyy? Next? Leave vote and comments yaaa. Thank youuu <3 //

You Again // l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang