T w o

1.1K 136 30
                                    

Aku mengalihkan pandanganku pada segerombolan manusia yang ada diluar boarding room. Astaga sangat mengganggu pendengaranku! Langsung saja aku mengambil headset, memutar lagu Carousel dari Blink-182, menaikkan volume, serta mengacuhkan keadaan sekitarku toh penerbanganku masih 1 jam lagi.

“OH MY GOD MOMMY THAT’S LUKE HEMMINGS!!!”
“WHAAAAT?!!!”

Petaka apalagi yang aku dapatkan? Perempuan disampingku berteriak pada ibunya dan perempuan di seberangku juga ikut berteriak hingga suaranya menembus headsetku. Luke Hemmings siapa sih? Paling juga artis kelas bawah. Jika ia Ansel Elgort atau Andrew Garfield maka aku akan shock seperti gadis-gadis itu.

Pandanganku tertuju pada laki-laki berambut pirang dan memiliki jambul yang cukup tinggi, menggunakan kacamata serta flannel biru dengan 2 kancing terbuka dari atas. Terlihat begitu sombong tetapi aku merasa familiar. Tidak mungkin pemain film, dia bahkan tidak mempunyai karisma seorang aktor. Atau penyanyi ya? Oh bukan-bukan, dia seperti anak band. Tapi band apa? Oh baiklah sepertinya aku terlalu fokus dengan dunia seni ku sendiri sehingga aku tidak tahu band masa kini. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku mencoba fokus dengan majalahku lagi.

Baru saja aku ingin memasang kembali headsetku, panggilan penerbangan terdengar dari speaker di boarding room. Aku langsung memasukkan majalah dan sisa coklatku kedalam tas dan berjalan menuju pesawat.

Aku duduk di kursi nomor 26 sesuai dengan yang tertera dalam tiketku. Tentu saja aku duduk di dekat jendela, itu bagian favoritku ketika melihat keindahan bumi dari atas langit. Masa bodoh dengan siapa yang akan duduk disampingku.

“Diam kau Cal—iya aku ketinggalan—ya memang bodoh, sudahlah aku sudah mau take off—iya tenang saja,bye cal!”

“Oh ini benar kan nomor 27? Dan 26?”

Aku menoleh melihat sosok laki-laki… ASTAGA SI ARTIS KELAS BAWAH! Aku hanya mengangguk mengiyakan. Ia menempatkan diri disebelahku. Kesialan apa lagi ini? Ok aku berusaha untuk tenang dan memasang headsetku kembali dengan volume yang cukup kencang. Melanjutkan lagu-lagu dalam album Cheshire Cat dari Blink-182, salah satu band favoritku semenjak aku SMP.

Si pirang ini mencolekku dan refleks aku melepas headset sebelah kananku. Ugh!

“Hm?” sahutku.

“Akan ada instruksi dari pramugari, kau sebaiknya mendengarkan.” katanya sambil tersenyum padaku.

"Terima kasih." balasku.

Sudah 10 jam dalam keheningan dan aku masih harus menempuh 14 jam lagi untuk sampai di London. Aku telah selesai menikmati makan malam, begitu juga laki-laki di sebelahku ini.

“Hhhh… sungguh perjalanan yang panjang.” ia menghela nafas.

“Nona…”

“Kau memanggilku?” tanyaku sambil menunjuk diriku sendiri dan dia mengangguk.

“Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” ia bertanya kemudian meringis dan aku memang seperti familiar dengan wajahnya. Ia juga memiliki lipring. Benar, aku seperti pernah bertemu dengannya.

“Benarkah?” tanyaku meyakinkan.

“Kau asli Sydney?”

“Benar.”

“Kau tinggal dimana?”

Cerewet.

“Marrickville.” jawabku.

“TEPAT! Dulu aku sering berkunjung ke Elizabeth street. Kau pasti pernah lewat sana kan?”

“Tentu saja, bodoh. Itu satu-satunya jalan ke Marrickville.” Sifat sassy queen-ku keluar.

“Tunggu, apa yang kau lakukan di Elizabeth street?” tanyaku penasaran karena dia langsung terdiam setelah aku beri julukan ‘bodoh’.

“Sudah lama sekali-- sekitar bulan Maret. Dulu aku membantu ibuku untuk mempromosikan jasa les matematika.” ujarnya.

Aku tertawa karena aku sama sekali tidak ingat. Aku memang pernah melihat laki-laki ini tapi tidak tahu kapan.

“Kau tidak ingat ya?” tanyanya.

T O - B E - C O N T I N U E D . . .

// Okay Amanda dan laki-laki ini yang pasti kalian tau ini siapa udah mulai ngobrol dan yeah. This chapter is dedicated for @banditofthebands alias nede because she has a giant crush on luke!;pp Alright then, penasaran? leave vomments and wait for the next chapter! ;D Thank youuuu! :* //

You Again // l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang