"Jadi, Sarah itu adiknya Rully?"
"Bagaimana ini, Yah? Arka sudah terlalu dekat dengan Sarah,"
"Tenang, mereka baru saja kenal. Kalau sudah tahu, Arka pasti akan menjauh dari Sarah,"
"Jangan sampai mereka seperti Rully dan Kayla. Aku khawatir, apalagi kondisi Arka begitu,"
"Kalau Arka semakin menjadi..."
"Kita harus pindah lagi, Yah"
***
Aku berusaha keras menarik Arka untuk keluar dari mobil. Kami harus mengganti baju Arka dengan seragam agar mendapat diskon untuk masuk taman bermain. Aku berusaha keras hingga dia keluar, walaupun masih ragu. Kak Rully mengajaknya pergi ke kamar mandi untuk bersiap.
TING!
'Dimana, Sarah cantik?'
Pesan dari Baron. Aku menghela napas kesal tapi tidak membalasnya.
TING!
'Hayo, main sama doi, ya?'
Dering HPku langsung berbunyi setelah pesan itu. Kuangkat tapi aku berusaha kalem.
Sarah, kan, anak kalem. Hehe
"Hayo, kamu main sama siapa?"
Itu kalimat pertama,
"Salam, kek! Syalom, Assalamualaikum, atau yang lain gitu!"
"Syalom anak cantik~"
"Kamu main sama Arka, ya? Cie~"
Aku langsung menutup panggilan itu. Aku sudah menduganya. Baron akan menggodaku karena aku main dengan Arka.
"Hei, ayo masuk."
Aku terdiam ketika melihat penampilan Arka. Dia memakai seragam putih abu-abu milik kakakku, sepatu putih, dan rambut yang ditata rapi sama Kak Rully.
Ganteng.
"A—apa?" Tanya Arka malu-malu.
Dia terus memegang ujung seragam hingga kusut. Aku terkekeh, lalu menggenggam tangannya erat,
"Takut, ya? Ketahuan Bunda sama Ayah kamu? Santai, nanti kalau mereka tanya, bilang aja abis healing sama aku. Oke?"
Arka mengangguk polos, lalu mengikuti langkahku ke dalam. Kami terpukau melihat rentetan permainan. Mulai dari santai, extreme, sampai horror. Aku menarik Arka ke komidi putar, lalu kora-kora, arung jeram, sampai bianglala. Kak Rully memfoto kami berdua dengan kamera HP miliknya. Maklum, HP dia memungkinkan untuk mengambil gambar bagus.
"Ih, kak. Kok pake filter, sih? Aku putih banget," seruku kesal
"Salah kamu, sih! Item. Liat, nih, Arka. Putih banget kayak mayat,"
"Mulut!" teriakku sambil memukul punggung Kak Rully keras.
"Hahaha," kami bisa melihat Arka tertawa lebar. Kak Rully melihat itu dengan tatapan haru.
"Setidaknya aku bisa menyenangkan adiknya," gumam Kak Rully yang masih bisa kudengar.
Pasti kalian bertanya, kenapa Kak Rully ikut serta dalam rencana ini? Awalnya, aku hanya meminjam seragam Kak Rully untuk dipakai Arka di rumah untuk beberapa hari. Mama sudah mencarikan di gudang, Papa sudah mencucikan sampai menyetrikakan seragam itu. Ketika aku ingin ke rumah Arka, Kak Rully bertanya, untuk apa seragam itu? Aku hanya nyengir kuda lalu lari ke halaman depan.
"Eh, kakak denger, ada taman bermain baru, ya? Kalo kesana pake seragam diskon 70%. Mau, nggak?" tawar Kak Rully padaku.
"Mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK JENDELA
Lãng mạnIni sebuah kisah, tentang seorang pria manis bernama Arka. Dia selalu menatapku dengan berbagai macam tatapan. Tajam, sendu, senang, haru, dan tatapan lain yang kadang membuatku curiga Arka, si pria tinggi dengan beribu kelakuannya di jendela rumahn...