PIKIRAN RANDOMKU

18 6 1
                                    

Arka memang berbeda.

Sifatnya, perilakunya dengan setiap orang.

Wajah serta tubuhnya-pun berbeda dari yang lain.

Namun, perbedaan itu yang membuatku semakin dekat dan menyukai Arka.

Kata orang, saling melengkapi adalah kesempurnaan dalam suatu hubungan.

Dan, aku ingin mewujudkan itu,

Bersama Arka.

***

Ting tong

"Sarah! Dicari Baron sama Emily!" teriak Mama dari bawah. Aku yang sedang bermain bersama Arka langsung izin pamit,

"Nanti sore lagi, ya! Aku ada buku bagus," teriakku. Arka menghela napas dan mengacungkan jempol padaku.

Aku segera turun ke bawah untuk menyambut kedua sahabatku ini. Baron dan Emily sudah sampai di tengah tangga ketika aku bertemu mereka. Emily memperlihatkan beberapa box makanan, yang artinya kami akan makan bersama di kamarku. Aku segera mengajak mereka untuk masuk ke kamar.

"Sar, lagi ngapain?" Tanya Baron,

"Lagi...."

Jujur, aku bingung menjawab pertanyaan Baron. Jika aku jujur, maka rasa cemburu Baron akan kembali. Jika bohong, di balkon sana terdapat gelas bekas teh serta buku yang dengan bodohnya belum kusingkirkan. Jika Baron melihat balkon Arka, Arka juga meninggalkan bukunya dan beberapa mainan disana.

"Baca buku, Sar? Buku apaan?" tanya Emily penasaran. Aku segera menutup pintu balkon. Emily yang peka langsung mengangguk dan mengeluarkan beberapa makanan,

"Hari ini menunya bento Jepang! Kalian harus cobain."

Emily langsung membuka kotak itu, memberikan kepada kami satu persatu. Kami makan dengan gurauan dan keributan. Sesekali Baron memberikan gurauan garing, namun receh bagi Emily. Aku ikut tertawa karena tawa Emily sangat khas.

Satu jam berlalu, kini aku dan Emily sedang di balkon. Baron? Tidur. Emily menatap balkon Arka yang masih berantakan,

"Hhmm, jadi begini rasanya tinggal beda jendela? Sungguh mengasyikkan. Ketika kamu sedih, kamu tinggal panggil namanya. Kamu pasti nggak ngerasain kangen dengannya, karena setiap hari kamu bertemu Arka. Tidak perlu halu karena setiap pagi kamu pasti melihat wajah tampannya di jendela itu,"

"Tidak," jawabku. "Arka sangat tertutup. Dia jarang memperlihatkan diri, apalagi sekarang dia sekolah di sekolah kita. Orang tuanya semakin protect. Dulu, tirai Arka tidak berwarna hitam,sekarang..." Aku menunjuk tirai Arka yang berubah menjadi hitam beberapa hari ini.

"Arka itu, tertutup banget, ya?" Aku mengangguk.

"Aku tidak pernah melihat kamarnya, padahal dia tahu isi kamarku seperti apa,"

"Kata Baron, kamar Arka sangat rapi. Dia perfeksionis. Semua harus tertata sesuai warna, jenis, dan ukuran."

"Apakah itu masuk OCD?" tanyaku. Emily menggeleng.

"OCD itu perilaku yang tidak dapat dikendalikan dan berulang. Arka sering cuci tangan atau mandi lebih dari dua kali?" aku menggeleng.

"Arka itu bipolar, ya? Aku bingung. Setiap dia kambuh, otomatis kamarnya akan berantakan, bukan? Lalu siapa yang akan membersihkan kekacauannya? Siapa yang mengatur kamarnya?"

Pertanyaan Emily juga menjadi pertanyaan bagiku. Kadang, aku berpikir apakah mental Arka benar-benar rusak? Selain bipolar, dia juga perfeksionis, yang kemungkinan mengacu pada OCD. Jika dibiarkan, maka mental Arka semakin rusak

DI BALIK JENDELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang