Arka.
Adalah seorang pria manis dan menggemaskan. Tingkahnya selalu membuat orang-orang tersenyum. Sifatnya yang lembut bagai kapas membuat semua orang betah bersamanya setiap hari.
Arka itu,
anak usia 17 tahun yang ceria dan pemaaf. Dia selalu memaafkan orang yang bersalah padanya, baik itu kesalahan kecil maupun besar. Pemberi berkat luar biasa bagi kedua orang tuanya bahkan orang sekitar
Arka, si baik yang tertutupi
***
Balkon rumahku menjadi saksi bisu dimana Arka sering melempar batu ke arahku. Alasannya simple, alarm. Arka selalu membangunkanku tepat pukul enam pagi, entah dengan lemparan batu ataupun berteriak,
"SARAH BANGUN! KAMU SEKOLAH, NGGAK?!"
Awalnya aku marah, tentu. Sekolahku masuk jam delapan tepat, sedangkan dia sekolah jam tujuh pagi. Aku tidak tahu pasti Arka sekolah atau tidak, karena ketika aku bersiap di depan rumah, Arka sudah tidak bersuara lagi. Ya, dari jam enam sampai tujuh pagi suara Arka akan terdengar sampai rumahku. Orang tuaku tidak marah ataupun melarang Arka teriak-teriak. Mereka malah senang.
Aneh, bukan?
Kutenteng tas sekolahku dan berjalan menuju mobil papa. Sekilas aku melihat ayah Arka keluar dengan mobil box. Ibu arka mencium kening sang ayah, sedangkan Arka melambaikan tangan dari balkon. Keluarga yang harmonis, bagiku.
"Sar, ayo," seru papa dari dalam mobil. Segera aku masuk ke dalam mobil.
"Pa, keluarga Arka harmonis banget, ya. Kayak kita."
"Harmonis, ya? Hhmm, mungkin kamu belum mengenal keluarga itu lebih dalam"
"Maksud Papa?"
"Jadi. Semalam waktu Papa ronda, katanya, ya. Arka teriak-teriak. Kayak kesurupan, gitu"
"Rumah Baron, kan, emang nyeremin. Banyak hantunya," seruku sambil memeluk tanganku sendiri. Papa tertawa karena tingkahku.
"Jangan bilang-bilang, ya. Tapi Arka itu agak aneh. Bukan aneh, unik. Unik anaknya. Mungkin karena faktor kakaknya jadi begitu."
Aku mengangguk mengerti. Memang sejak awal aku meanruh curiga ke Arka.
15 menit berlalu, mobil Papa sudah sampai di sekolah. Setelah berpamitan dengan Papa, aku berlari menuju kelas. Disana sudah ada Emily dan Baron yang sedang menikmati sarapan.
"Nyarap, Sar," tawar Baron. Aku menggeleng,
"Sarah pasti udah sarapan. Mending nyemil basreng, nih. Aku beli di kantin barusan," tawar Emily,
"Ini basreng yang bikin keluarganya Arka, kan? Aku pernah liat desain ini,"
"Iye," jawab Baron. "Arka itu yang desain. Dia pinter kalo masalah desain-desain atau gambar gambaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK JENDELA
RomanceIni sebuah kisah, tentang seorang pria manis bernama Arka. Dia selalu menatapku dengan berbagai macam tatapan. Tajam, sendu, senang, haru, dan tatapan lain yang kadang membuatku curiga Arka, si pria tinggi dengan beribu kelakuannya di jendela rumahn...