PADA AKHIRNYA

27 7 3
                                    

Warning!

Ini gaje, sumpah

aku yang baca geli sendiri 

gak minat? gak usah baca

vote and coment qaqa~

***















Banyak yang bilang, pacaran itu tidak mudah.

Banyak suka duka, rintangan, halangan.

Mereka hadir seperti monster. Datang tiba-tiba sebelum kita mempersiapkan diri.

Kadang menyenangkan, kadang menyedihkan.

Tapi, itu harus dilalui, bukan?

***

"Arka semakin tidak terkendali beberapa minggu ini,"

"Dia selalu melupakan kejadian beberapa menit, tiba-tiba berubah sikap dalam sekejap, serta hilang kontrol,"

"Jika terus begini, Arka harus dijauhi terlebih dahulu oleh pemicunya,"

"Dia masih muda, maka kami akan berusaha semaksimal mungkin menyembuhkan mental Arka."

Kini, aku hanya bisa melihat Arka dari balik jendela kaca Rumah Sakit. Dia terus memanggilku untuk masuk, namun aku tidak bisa melihat Arka yang kukenal.

Setelah Arka memutuskanku secara sepihak, sifat Arka muai berubah. Aku sering mendengar Arka berteriak serta menangis keras di rumahnya. Orang tua sampai kewalahan menghadapi anak mereka. Hingga suatu hari, aku melihat Arka diikat di kaki serta tangannya, dia dibawa ke Rumah Sakit dalam keadaan menyedihkan.

Arka terus berteriak kesakitan, orang-orang mengira dia kesurupan. Kedua orang tuaku bahkan Kak Rully sampai takut keluar karena melihat Arka.

Sekarang, dia terpenjara lagi di Rumah Sakit. Tubuhnya semakin kurus, wajahnya pucat seperti mayat. Tidak ada senyuman yang terukur di wajah Arka. Hanya ada tatapan kosong serta tangisan ku dengar.

"Ka," panggilku pelan. Dia tidak meresponku sama sekali.

"Sarah, kita pulang, ya." Aku mengikuti Kak Rully untuk pulang ke rumah.

Selama di mobil, kami tidak ada percakapan sama sekali. Hanya suara mobil yang terdengar. Aku terlalu malas menyalakan radio ataupun musik. Berkali-kali kuhela napasku karena terlalu lelah dengan semua ini. Kak Rully hanya melirikku sedih.

"Sampai kapan mau begini terus?" tanya Kak Rully padaku.

"Katanya mau bantu arka sembuh? Udah nyerah?"

"Tapi—"

"Udah tahu, kan? Arka itu seperti apa. Kamu juga siap menerima dia apa adanya. Tapi, kenapa sekarang begini?"

"Arka itu beda. Kamu selalu bilang begitu. Sekarang, mau mau pegi disaat Arka bener-bener butuh kamu?"

Aku hanya diam mendengar Kak Rully berkeluh kesah tentang diriku yang menyerah dengan Arka. Dia tidak tahu bahwa aku diputus oleh anak itu. Anak polos yang belum pernah merasakan cinta.

DI BALIK JENDELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang