Sudah menjadi rutinitas malam Biya yaitu belajar, belajar dan belajar. Tiada hari tanpa belajar. Di dinding kamarnya pun ditulis di karton besar seluruh target Biya.
Gadis yang sering dibilang blasteran Indo-Korea itu sudah banyak perkembangan. Yang dulunya hanya bisa menghambur-hamburkan uang orang tuanya, kini sudah punya tujuan hidup bahkan sekarang sedang mengejar cita-citanya agar memiliki perusahaan sendiri tanpa bantuan orang tuanya.
Orang tua Biya bisa dibilang sangat kaya tetapi kekayaan itu membuat Biya berada di dalam banyak masalah. Banyak yang beranggapan kalau Biya hanya mengandalkan privilege yang diberikan oleh orang tuanya. Bahkan semua prestasinya tidak pernah dihargai oleh orang-orang karena harta orang tuanya.
Biya menatap mading ala-ala yang ia buat di dinding kamarnya. Ia tersenyum tipis begitu melihat tulisan kecil di pojok kiri bawah.
'Gak usah punya cowok, jadi rich aunty aja'
Semakin lama ia semakin yakin bahwa tidak akan ada yang bisa menyukainya karena inner beautynya. Dan disitu ia sadar bahwa sebaiknya itu tidak usah menikah saja daripada menikah lalu sakit hati.
Tiba-tiba suara ringtone telepon milik Biya berbunyi.
"Apa?"
"..."
"Ngapain?"
"..."
"Yaudah terserah."
Yang tadinya hanya panggilan biasa kini beralih menjadi panggilan video.
"Nah gini dong gue jadi bisa liat muka lo."
"Waras?"
"Jutek banget bu ambis satu ini."
"Kenapa lagi sih, Xyl?"
"Hehe biasa."
"Yaudah ini gue lagi kerjain. Udah sono gak usah ganggu gue."
Tanpa basa-basi, Biya langsung memutuskan sambungan teleponnya. Ia kembali mengerjakan tugas Kimia yang dikumpulkan besok.
---
12 IPA 2 memang selalu langganan menjadi kelas paling berisik di pagi hari. Bahkan bisa dibilang kelas ini adalah yang paling rajin dari segi disiplin waktu, malah ada yang pukul 5:30 sudah sampai di sekolah padahal bel masuk berbunyi pukul 7:15. Anak-anaknya juga jarang yang dihukum karena terlambat.
Memang paling rajin dalam segi waktu tetapi tidak dalam segi mengerjakan tugas. Mereka datang sangat pagi ke sekolah agar mendapatkan contekan tugas dari teman-teman kelasnya yang terbilang sangat pintar seperti Ardyan, Biya dan Ratna.
"BIYAAAAAAA!!" Seperti alarm wajib yang pasti Biya dengar ketika hendak memasuki kelas.
Xyla, Jendra, Radit dan Alfa sudah menunggu kehadiran Biya, mungkin lebih tepatnya buku kimia milik Biya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIS
Teen FictionBiya tidak pernah berhasil pada masalah percintaan. Semua mantan-mantannya hanya memanfaatkan kekayaan keluarganya. Karena selalu dimanfaatkan oleh mantan-mantannya itu, gadis itu memutuskan untuk fokus pada masa depannya yaitu menjadi penulis sekal...