Gadis dengan piyama hitam polkadot putih dengan celana pendek di atas lutut dan rambut yang di gerai sambil mengaca di cermin rias di kamarnya sedang bengumpulkan niat untuk bersiap-siap ke pesta ulang tahun Ayana. Ia berpikir-pikir kembali apakah ia benar-benar datang ke pestanya atau lebih baik ia menonton Dotflix saja di rumah. Jam dinding saat ini sudah menujukkan pukul 4 sore sedangkan acara dimulai pukul 7 malam. Ia sudah memeriksa aplikasi Whatsapp berulang kali dan berharap Xyla berubah pikiran dan membatalkan niatnya untuk datang ke pesta tersebut.
Gadis yang kini sering dipanggil dengan sebutan "Eya" oleh Ardyan itu mencoba merebahkan dirinya di kasur king size berlapis sprai hijau pastel dan selimut kotak-kotak yang warnanya senada dengan warna sprai. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan sambil menyegarkan pikirannya.
Ia mengambil ponsel miliknya dan membuka aplikasi Musictify dan mencari playlist yang tepat dengan moodnya saat ini. Setelah menyetel playlistnya, ia menaruh ponsel tersebut di sampingnya lalu ia menatap langit-langit kabarnya sambil membayangkan kira-kira hal apa saja yang akan terjadi jika ia datang ke pesta tersebut.
Biya kembali membuka aplikasi Whatsapp untuk mengabarkan ke sahabatnya kalau ia tidak jadi hadir di pesta tersebut karena saat ini ia sedang tidak enak badan yang pastinya ia berbohong. Tapi membayangkan Ayana yang akan cari perhatian dengan laki-laki yang ada di sana rasanya ia sudah muak.
Saat ingin mengabari sahabatnya, Biya mendapat telepon dari Jendra. Gadis itu langsung memencet tombol hijau dan menyalakan speaker agar ia bisa mendengarnya sambil rebahan.
"Halo?"
"Bi, ini lokasinya kayak yang di maps kan?"
"Iya, tanya aja rumahnya kembar pasti orang-orang juga tau."
"Oke. Btw ini gue udah masuk kompleksnya, lo udah siap?"
"Hah?!" Saking terkejutnya gadis yang bersantai di kasur kini langsung berdiri dan mencari jam dinding di kamarnya.
Jam masih nunjukkan 4 lewat 15 menit tetapi untuk apa Jendra menjemputnya sesore ini?
"Gue masih pake piyama, Jen. Lo ngapain dateng jam segini?"
"Biar gak macet. Yaudah lo siap-siap aja gue tunggu di depan rumah lo."
"Tapi gue-" Panggilan terputus. Mungkin dari pihak lawan bicaranya yang memutuskan telepon. Tetapi gadis itu belum menjelaskan kalau ia tidak jadi datang ke pesta ulang tahun Ayana.
Saat gadis itu hendak mengabari teman sekelasnya yang sudah mau sampai di rumahnya, ponsel miliknya malah mati daya karena baterai ponselnya habis. Kini ia panik setengah mati dan langsung mencari charger ponselnya dan berlari menuju kamar milik kembarannya itu untuk meminjam ponsel.
"BILAAAAA GUE PINJEM HAPE LO DONG." Gadis yang sedang panik itu membuka paksa kamar milik kembarannya. Di sana kembarannya sedang asik mabar game online bersama teman-temannya langsung terkejut melihat Biya yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dengan keadaan rambut yang sudah tidak karuan karena panik dan terburu-buru.
"Apaan sih lo dateng-dateng rusuh aja," protes Bila-kembaran Biya sambil menurukan headsetnya ke leher.
"Pinjem hape lo bentar aja ya. Gue mau ngabarin temen gue tapi hape gue udah keburu mati tadi."
"Gak ah. Udah sana pergi ganggu aja," usir kembaran Biya. Bila pun melanjutkan mabarnya dan tidak menghiraukan Biya.
Selang beberapa menit Teh Mila memanggil Biya dikarenakan ada temannya yang sudah menunggu di ruang tamu. Feeling gadis itu mengatakan kalau yang datang itu pasti Jendra. Begitu ia sampai di ruang tamu, benar saja ada laki-laki yang duduk di sofa lengkap dengan jas rapinya dan rambut yang disisir sangat rapi, tidak lupa juga dengan kacamata bingkai tipis yang selalu ia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIS
Teen FictionBiya tidak pernah berhasil pada masalah percintaan. Semua mantan-mantannya hanya memanfaatkan kekayaan keluarganya. Karena selalu dimanfaatkan oleh mantan-mantannya itu, gadis itu memutuskan untuk fokus pada masa depannya yaitu menjadi penulis sekal...