6/19

10 1 0
                                    

"Apa takdir kita bakalan sama? Sedangkan Tuhan kita saja berbeda? "

24/1

"Mau di charger?" tanya Arshan sambil memberikan satu gelas es teh manis kepada Shena.

"Enggak".

"Lo kabur dari rumah yaa?".

Pertanyaan Arshan membuat Shena diam sejenak, "Iya".

"Cewe polos kaya lo ternyata bisa kabur dari rumah juga yaa" ujar Arshan sambil terkekeh.

"Siapa yang polos?".

"Ya lo siapa lagi", karena yang sedang ngobrol dengannya saat ini hanyalah Shena.

"Aku gak polos yaa" ucapnya dengan tegas.

"Dih".

Keduanya diam. Jujur Shena juga rindu dengan orang tuanya, meskipun baru minggat kemarin sore hehe.

"Kenapa?" tanya Arshan menatap lekat manik hitam milik Shena.

"Kenapa apa?" tanya Shena dengan polos, jujur sebenarnya ia agak telmi, tiba-tiba bertemu dengan makhluk seperti Arshan.  Makin telmi dia.

"Katanya gak polos" sindir Arshan sambil mengehela nafas.

"Kenapa kabur?" Okeyy Shena paham kali ini.

Dia diam sejenak. Apakah ia harus menceritakannya dengan Arshan? Tapi mereka baru saja bertemu. Tapi Shena juga butuh seseorang yang dapat mendengar keluh kesahnya.

"Kenapa?" tanya Arshan sekali lagi dengan lembut.

Ia sebenarnya tidak pernah peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Tapi entah kenapa semenjak pagi ini, semenjak ia bertemu dengan gadis aneh di sampingnya ini, ia merasa ingin tau lebih apapun yang bersangkut-paut dengen Shena. Ia kenapa?

"Ayah sama bunda mau bercerai" cicit Shena dengan suara kecil tapi dapat Arshan dengar dengan jelas.

Arshan diam, ia mengerti dengan situasi ini. Arshan rasa Shena hanya butuh di dengar.

"Mereka bilang aku ada karena sebuah kesalahan" jelas Shena mencoba untuk menahan air matanya. Ia tidak ini menangis di hadapan laki-laki yang baru ia kenal. Bisa malu dia.

"Kalau aku ada karena kesalahan. Kenapa gak dari awal saja mereka lenyapin aku? Mestinya begitu kan?" tanya Shena dengan air mata yang tak terbendung lagi.

Air matanya luruh membasahi pipinya. Tangan Arshan serasa gatal. Rasanya ingin cepat-cepat menghapus tangisan itu. Menghilangkannya dari pipi Shena.

Ia sudah tidak kuat lagi. Tangannya beralih menghapus air mata Shena, dan memegenag kuat tangan Shena. Memberinya kekuatan.

"Kesalahan itu ada supaya penyesalan juga ada. Kamu tau, takdir itu gak pernah salah. Bertemu ataupun berpisah sudah pada porsinya masing-masing. Jika bersama hanya menyakiti salah satunya atau keduanya, kenapa berpisah tidak jadi pilihan?" jelas Arhsan dengan panjang. Rasanya itu kalimat terpanjang yang ia ucapkan dalam hidupnya. Dan itu karena seorang gadis polos ini? Karena Shena Gadistratsy.

"Aku gak paham hikss,,," ucap Shena sambil menangis membuat Arshan terkekeh.

"Aku telmi banget yaa?"

"Mau bilang enggak, tapi kayanya jawab iya lebih baik deh" jawah Arshan sambil tertawa.

"Dasar" umpat Shena sambil menepuk pundak Arshan.

Matanya berakih melihat jam tangan di tangan kanannya. Jam 09.18, bisa ia gunakan untuk sholat Dhuha.

"Mesjid di sini jauh gak?" tanya Shena.

"Enggak kayanya, emang kenapa?"

"Aku mau Dhuha"

"Ohh"

"Mang berapa?"

"Dua porsi tiga puluh ribu neng" ucap mang Mie ayam

Shena mengambil uang bernilai lima puluh ribu di dalam tasnya. "Heh gue aja" potong Arshan.

"Gapapa aku aja, Shan" tolak Shena sambil memberikan uang itu, "kembaliannya buat Mamang aja".

"Makasih neng"

"Sama-sama"

Arshan terseyum hangat menatap Shena. "Kenapa aku cantik ya? Liatnya sampai gitu" ucap Shena membuat Arshan tersadar.

"Dih"

"Jujur aja kamu gak bisa bohong sama aku, Shan, iya kan?"

"Pede banget makhluk mu ini ya Tuhan" ucap Arshan dengan pasrah membuat Shena tertawa lepas.

Mereka terus mengobrol sampai tidak sadar jika di depan sudah ada masjid.

Tatapan Arshan tak lekang dari Shena. Iya Shen lo cantik, batin Arshan.

"Mau Dhuha gak?" tanya Shena yang dibalas gelengan oleh Arshan.

"Iya deh sunah bukan wajib" balas Shena sambil menyelonong menuju tempat wudhu perempuan.

Arhan menatap punggung Shena yang mulai menjauh darinya. Takdirnya dengan Shena ternyata jauh sekali yaa. Jauh sekali, rasanya sulit banget buat di gapai.

"Bahkan takdir di prolog kita aja udah berbeda Shen. Lo dekat, tapi rasanya gak mungkin gue gapai" ucap Arshan dengan sendu.

"Apa takdir kita bakalan sama? Sedangkan Tuhan kita saja berbeda"

🐢

Seamin tapi tidak seiman sakit, katanya sihh haha💔💔

Salam
Ani Rodiani🐢

ARSHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang