8/17

10 5 2
                                    

"Tidak ada pelukan sehangat pelukan ibu, meskipun ada pelukan orang lain senyaman pelukan ibu"

24/1

"Capek gak?"

"Lo cape ya?"

"Iya" balas Shena dengan polos.

"Di depan ada dermaga, mau liat gak?"

"Dermaga?" tanpa menjawab, Arshan langsung menarik tangan Shena. Salah. Bukan menarik tapi menggenggamnya.

Shena diam diam blushing dengan perlakuan Arshan. Bagaimana pun juga ia wanita normal. Meskipun mereka baru bertemu tadi pagi, ia merasa nyaman ketika bersama Arshan.

Rasanya aman ketika berdekatan dengan laki-laki itu, meski ia bingung dengan perkataan Arshan yang katanya ia akan dalam bahaya jika terus dengannya.

"Lo tau gak? Sebenarnya gue lebih gak beruntung dari pada lo" ucap Arshan ketika mendudukan diri di pinggir dermaga.

"Maksudnya?"

"Orang tua lo mau bercerai kan? Tapi mereka masih ada" ucapnya terhenti sesaat kemudian terdiam.

"Terus?" tanya Shena meminta jawaban.

"Orang tua gue gak bercerai, tapi mereka udah gak ada. Mereka meninggal" jelas Arshan membuat Shena terenyuh hatinya.

"Maaf maaf aku gak tau"

"Gapapa" balasnya sambil tersenyum hangat.

"Hmm aku boleh tanya?" Arshan tak menjawab, ia menatap Shena namun tatapannya seolah memberi jawaban 'apa?'

"Orang tua kamu kenapa meninggal?"

Diam.

Tak ada jawaban atau respon apapun dari Arshan. Hal itu membuat Shena berpikir, mampus salah tanya kan, batin Shena.

"Ehh gak di jawab juga gapapa, gak wajib kok, maaf ya uda-"

"Dibunuh" potong Arshan membuat Shena tercengang.

"Hah sama siapa?"

Ishh ini mulut kenapa sih? Ucap Shena merutuki dirinya sendiri sambil menepuk nepuk bibirnya kesal. Bibirnya ini baner-benar gatal sekali.

"Gak usah di jawab dehh, maaf ya" ujar Shena, ia tau pertanyaannya mungkin sudah melewati batas haknya.

Arshan terdiam. Ia tidak tau mesti jawab apa. Ia bingung, rasanya kesal sekali ada yang mengungkit kejadian itu. Ingatannya kembali ke kejadian dimana ia melihat dengan jelas kedua orang tuanya di bunuh di depan matanya sendiri.

Tapi ia juga tidak paham. Ia tidak bisa marah dengan Shena. Perempuan asing yang tiba-tiba datang dan mengingatkannya pada kejadian itu. Kenapa gue gak bisa marah sama gadis polos ini?, batin Arshan.

Arshan tiba-tiba menarik Shena dalam dekapannya. Ia mendekap hangat tubuh mungil itu. Nyaman, nyaman sekali rasanya.

Pelukan ini sama dengan pelukan ibunya. Sama persis. Bunda aku nemuin pelukan yang rasanya sama seperti pelukan bunda, batin Arshan.

"Arshan kenapa?" tanya Shena dengan raut muka panik. Bagaimana tidak panik? Arshan seorang laki-laki yang baru ia kenal tiba-tiba saja memeluknya.

"Arshan kamu jangan macem-macem yaa" ancam Shena sambil meronta-ronta.

Otaknya mulai tidak bisa berjalan, pikirannya sudah dipenuhi dengan pikiran-pikiran kotor. Yaallah maafin Shena, batin Shena sambil menahan air matanya untuk tidak keluar.

Gadis itu terus merontak, "Diem Shena" bentak Arshan dengan tiba-tiba, membuat Shena terdiam.

Shena yang masih dalam pelukan Arshan pun terdiam. Ia menahan tangisnya, jujur ia sangat takut karena Arshan memeluknya tiba-tiba, ditambah Arshan menbentaknya.

Mendengar isakan tangis membuat Arshan menunduk. Ia melihat Shena dalam dekapannya dengan wajah yang masih ia benamkan didadanya. Dia nangis? Batin Arshan.

Arshan melonggarkan dekapannya, dan menggangkat dagu Shena agar menatapnya, "Kenapa nangis?" tanya Arshan lembut, sangat lembut.

Shena tak menjawab dia diam dan hanya menggelengkan kepala. "Maaf udah bentak lo" tukas Arshan.

Shena lagi-lagi terdiam, hingga akhirnya ia berkata "boleh peluk aku lagi gak?".

Cihhh, pertanyaan polos Shena mampu membuat perut Arshan geli. Dan tanpa menjawab pun Arshan lebih mengeratkan lagi pelukannya pada Shena. Senang dan menyenangkan rasanya, terasa berkali-kali lipat kebahagiannya.

"Lo manja yaa kayanya" imbuh Arshan.

"Kata sahabat aku sih gitu" lagi lagi Shena menjawab dengan polos.

"Emang ada yang mau sahabatan sama lo?" ucap Arshan mencoba menjaili Shena.

"Ishh" sarkas Shena sambil mengerucutkan bibirnya membuat Arshan tak tahan untuk mengelus rambut hitam milik gadis dalam pelukannya ini.

Keduanya diam beberapa saat, menikmati angin dermaga di siang hari, menikmati hangatnya sinar matahari, dan menikmati hangatnya pelukan masing-masing.

"Shena"

"Iya?"

"Gue bakal suka cewe manja, asal orang itu adalah lo"

🐢

Happy reading❤❤❤

Salam
Ani Rodiani🐢

ARSHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang