"Kita sejalan, tapi dengan arah yang berbeda"
24/1
Lantunan adzan berdegama di setiap penjuru bumi. Memberitahu umat muslim untuk memenuhi panggilan Illahi menyuruh mereka untuk senantiasa ingat dengan-Nya.
Saat akan menunaikan sholat dzuhur. Shena dan Arshan mesti mencari masjid/mushola, pasalnya mereka tak sadar saking asiknya di dermaga lupa dengan waktu. Padahal siang hari, heran.
Shena rasa Arshan sepertinya tau daerah daerah sini, terlebih dari tadi dia yang menujuk-nujukan jalan. Apakah sebenarnya Arshan orang sini? Tanya Shena pada dirinya sendiri.
"Kamu kayanya tau banyak yaa tentang daerah sini".
"Dikit" balas Arshan singkat.
"Tuh mesjidnya" ucap Arshan menunjuk masjid dengan menggerakan dagunya tepat dirinya berdiri di samping pohon yang tak jauh dari masjid.
"So? Lets go, cusss" ucap Shena dengan Shena dengan semangat dan sedikit berlari kecil.
Merasa aneh, Shena pun membalikan tubuhnya. Ia melihat Arshan masih di sana, tak melangkahkan kakinya satu langkahpun.
"Kok diem?"
"Udah sana sholat, gue tungguin di sini".
Shena melangkahkan kakinya mendekati Arshan. "Kamu gak sholat lagi?".
Arshan diam tak menghiraukan pertanyaan Shena. "Kamu tau dhuha itu sunah, tapi kamu juga tau kan dzuhur itu wajib?" tanya Shena yang di angguki oleh Arshan tanpa berkata apapun.
"Yaudah ayo" ajak Shena sambil menarik tangan Arshan.
"Shen,, Shena" ucapnya dengan lembut menahan pergelangan tangan mungil Shena.
"Gue tunggu di sini aja yaa" lanjut Arshan.
"Kok gitu, nanti kamu sendirian. Aku sholat, kamu juga harus sholat"
"Shen, gue gak bisa Shena"
"Halangan? Aku tau kamu cowo tulen, makanya aku suka haha" ucap Shena dengan sedit tertawa, membuat Arshan berdecak bingung ia harus bilang apa?
"Ayo, sholat itu wajib untuk setiap muslim"
Ucapan Shena semakin membuat Arshan terdiam. Arshan seketika melepas tangan Shena dan beralih menggenggam tangan mungil itu. Arshan semakin yakin benteng dirinya dengan Shena sangatlah tinggi. Bagaimana ini?
"Hanya wajib untuk setiap muslim", ujar Arshan sambil menekan kata 'hanya' yang tadi ia ucapkan.
Keduanya terdiam. Saling menatap, Shena butuh beberapa waktu untuk berpikir. Pandangannya tak lekat dari wajah tampan Arshan yang kini tengah menatap dirinya dengan serius tak ada ekspresi apapun.
"Arshan kamu-?" bibirnya terasa kelu untuk melanjutkan ucapnya. Tubuhnya kaku setelah mendengar ucapan Arshan. Ia tidak salah mengartikan ucapan Arshan kan?
"Shen-" panggil Arshan lebih erat menggenggam tangan Shena.
"Hanya wajib untuk semua muslim" ulang Arshan dengan lembut dan tenang.
Mendengar kalimat itu di ucapkan kembali, hatinya terasa tercabik. Bibirnya mulai bergetar, ia mencoba menahan untuk tidak menangis. Tapi sayangnya, tetesan demi tetesan bening itu terjun bebas dari mata indah milik Shena.
"Kamu?" tanya Shena, seolah paham Arshan mengangguk perlahan dan itu membuat air mata Shena semakin tak terbendung lagi. Arshan bukan orang muslim, Arshan berbeda keyakinan dengannya.
Tak lama setelah itu Shena segera menghapus air matanya dengan cepat. Ia juga melepas tangannya dari genggaman Arshan.
"Aku dzuhur dulu, kalau kamu mau pergi duluan gapapa" ucapnya sambil membalikan badan dan beranjak meninggalkan Arshan.
Namun gagal Arshan lebih dulu menarik tangan Shena, "Shen, Shena bentar" titahnya sembari menggenggam kembali tangan Shena.
"Aku mau dzuhur, kamu pergi duluan aja" tukas Shena sambil tak henti menangis.
"Gue tungguin"
"Enggak, kamu duluan aja"
"Shen gue tungguin sampai lo selesai sholat"
°°°°
Halooo🙆🙆
Maaf baru up lagi soalnya baru US hihiii, semoga sukaaaa❤❤Salam
Ani Rodiani🐢
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHEN
Teen FictionApa takdir kita akan sama, sedangkan Tuhan kita saja berbeda? . . . Jika bertemu denganmu adalah sebuah kesalahan. Maka aku bersedia melakukan kesalahan itu berulang kali. . . . Say hay❤❤ Jangan bosen, jangan lupa mampir di ceritaku yang lainnya...