"Itu bukanya Kak Berlin ya?" Bisik Rimi kepada kedua temannya yang tengah berdebat.
Rosyita dan Pelita yang terganggu dengan bisikan Rimi kemudian mencari-cari sosok yang tengah dibisikan oleh Rimi. Saat netra mereka menemukan sosok yang tengah dibicarakan datang dengan sosok laki-laki dengan spontanitas kedua siswi itu berteriak membuat orang yang berada di dekat mereka memandagi meja mereka.
"Wahh, Lit, jangan bilang lo sepemikiran sama gue?"
Pelita memandangi Rosyita kemudian mengangguk.
"Kalian ngomongin apa sih?"
"Elo nggak liat, Rim?"
"Liat apaan?"
"Itu yang di samping si Berlin siapa?"
"Kak Brahma kan ya."
"So," tambah Pelita ketika Rimi menyelesaikan ucapannya.
"So...?" ucap Rimi merasa tak tahu.
"Tadi partner ciuman Berlin berarti...."
"Kak Brahma?" ucap Rimi cengo.
Rosyita dengan tergesa segera membungkam mulut Rimi, "Jangan kenceng-kenceng, nanti yang di sono bisa denger," ucapnya setelah itu melepaskan tangannya yang berada di mulut Rimi.
Rimi hanya nganguk-nganguk mendengar ucapan Rosyita. Pelita yang masih sibuk dengan pikirannya tidak memperdulikan kedua temannya itu.
Rosyita kembali melihat ke arah meja yang di tempati oleh Brahma and the geng, ia kembali bersuara, "Gila sih nggak nyangka gue tu," ucapnya sambil geleng-geleng.
"Mungkin Kak Brahma udah jatuh cinta sama Kak Berlin mungkin," ucap Rimi sambil membaca menu-menu yang tercetak di sepanduk-sepanduk pada tenda makanan kantin.
"Tipe Brahma bukan kayak gitu sih kalo menurut gue," sangah Pelita yang menyimak perkataan Rimi barusan.
"Agree, tapi kenapa mereka berdua bisa ciuman ya?" tanya Rosyita kepda dirinya sendiri.
"udah kali ya, mau Kak Brahma mau ciuman sama siapa aja terserah mereka."
"Setuju gue, ngapain juga kita malah bahas mereka, nggak guna banget."
Akhirnya obrolan mereka berakir ketika suara bunyi dari perut Rosyita tiba-tiba terdengar, alhasil membuat mereka segera untuk memesan makanan.
*****
Di perpustakaan terdapat gadis manis dengan rambut dikucir kuda tak lupa kaca matanya. Ia sedang berkutat dengan buku-buku tebal, sesekali ia melihat kearah pintu depan perpustakaan mengharapkan sosok pujaan hatinya datang. Namun, nihil sudah dua jam dia di sini tetapi sang pujaan hati tidak hadir. Akhirnya Flora memutuskan memberesi buku-bukunya dan meninggalkann perpustakaan, namun saat ia hendak bangkit, langkah kaki seseorang membuatnya menggurungkan niatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERIMIS
ChickLitSeorang gadis yang mengharapkan kehangatan disetiap perjalanan hidupnya. Tuhan sangat baik kepada setiap hambanya tak terkecuali kepada Rimi, namun masalah hadir di hidupnya bagaikan butiran air yang jatuh dari langit, tak sedikit dari orang yang m...