— Peluk
Mata Malik sempat dibuat membulat, tak hanya ia, bahkan pegawai MCDpun sama kagetnya saat Siwi menyebutkan pesanannya.
Dengan alis berkerut, Malik sampai bertanya-tanya dalam hati...
Ini kak Siwi mau ngasih makan orang sekampung?
"Itu titipan Lukman, katanya tadi kasi Malik aja."
"Sebanyak ini kak?" Suara Malik melengking tinggi saking terkejutnya, masalahnya dua tangannya kini penuh membawa kantong berisi makanan.
Seluas apa lambung Lukman menampung ini semua?
"Ya... ga buat Lukman semua, satu aja. Kata lo tadi kosan lo, dua lantai, lantai 1 lima kamar, lantai 2 juga lima kamar,"
Malik masih mengedip bingung mencerna kalimat Siwi.
"Terus?"
"Ya itu buat elo sama temen-temen kosan lo lah, dibagi-bagi."
Hampir saja Malik menganga saking terkejutnya, pemuda itu bahkan tersedak salivanya sendiri hingga terbatuk. Kakak gulanya baru saja mentraktir bukan hanya ia dan Lukman tapi seluruh orang di kosnya?
Wah, apa ini? Kebaikan macam apa? Orang kaya tipe apa?
Siwi sedikit terkekeh mendapati pesan singkat dari sepupunya Lukman yang berisi permintaan izin Malik untuk memeluknya nanti.
Aduh, kenapa harus lewat Lukman? Padahal lewat Siwi juga bisa, gak perlu izin segala juga Siwi tidak keberatan memeluk Malik.
Dadanya bidang, badannya tinggi, ia juga wangi, Siwi tidak punya alasan menolak untuk sebuah peluk.
"Kak, boleh gak Malik langsung pulang ke kosan? Motornya nanti dijemput Lukman, soalnya ada deadline laprak kak, besok pagi kudu asistensi. Gak apa-apa?"
"Ya udah gak apa-apa. Jadi titipan Lukman kakak aja yang bawa?"
"Iya kak, makasih kak."
Kenapa vibenya seolah Siwi sedang jadi panitia gospek dan Malik jadi maba teraniaya begini? Iya kak, makasih kak, permisi kak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR
General FictionBanyak yang berkata, sebuah tulisan di buku romance tidak lain tercipta karena penulisnya jatuh cinta atau patah hati. Yang jadi masalah, Siwi sedang tidak mengalami keduanya, sementara dikontrak yang ia tanda tangani dengan penerbit besar memilik s...