Walking with you

3K 812 48
                                    

Walking with you

—    Walking with you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baru sebulan yang lalu Siwi membaca artikel Tara Basro, seorang selebriti terkenal dengan gaun yang WAH kedapatan pulang kondangan dan mampir ke warteg untuk makan bersama sang suami.

Siwi berucap "Keren mbak Tara" berkali-kali saat membaca artikelnya karena menurut Siwi sang aktris mematahkan stigma orang dengan gaun indah dan mobil mewah harus berakhir di restoran berbintang memesan sepotong daging seharga biaya sewa kontrakan dan meneguk anggun wine sebagai pendamping hidangan.

Loh bagaimana dengan lidah mereka yang tidak bisa menelan salmon, bagaimana dengan pengecap Siwi yang sangat Sunda ini? Karedok, lotek, ikan pindang, cumi asin dan teman-temannya lebih enak menurut Siwi.

Mungkin sebab itu sepulang acara pernikahan yang cukup mewah dengan perut yang sudah meronta meminta makan, Siwi berniat mampir ke warteg langganannya, bersama Malik tentu saja.

Di gedung acara tadi ia dan Malik tidak makan apapun kecuali kue-kue ringan, jujur saja ada tekanan saat harus makan di tengah ramai suasana sang kaya yang sedang berpesta. Sebab baginya lebih nikmat menaikkan satu kaki ke bangku, makan dengan tangan, sembari mendengarkan cerita Malik yang ringan seperti kampung halaman sampai cerita Harun yang hampir tenggelam di curug saat ikut bertualang dengan Lukman beberapa waktu lalu.

"Untung aku jago berenang kak, jadi Harun tuh sebenarnya hutang nyawa sama aku tau."

"Gimana gue harus respon ini Lik? Wah, kamu hebat banget, pahlawan tanpa sayap. Gitu?"

Malik mencedik sebal dengan bibir yang dimanyunkan hingga menghasilkan gemas.

"Hahaha becanda, tapi kamu beneran hebat ih. Harun pasti berterima kasih sama kamu seumur hidupnya."

"Mana ada? Dia hobby jailin aku mulu kak," Malik bak mengadu pada yang lebih tua darinya itu. 

"Padahal aku yang lebih tua ya, tapi Harun tuh ada aja kelakuannya yang bikin sekali kepala. Terakhir dia bilang..."

Mau ngosongin kos biar kita bisa bebas teriak-teriak.

"Bilang apa?" 

Siwi sedari tadi menunggu penyelesaian kalimat Malik yang kini berkelit tidak tahu bagaimana akan menjawab.

SUGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang