10.000 Hours

3.7K 711 85
                                    

10.000 Hours

Bolehkan Harun menaruh curiga pada Lukman kalau begini? Sepulang kampus tadi seniornya itu mengajak untuk nongkrong sebentar, membelikannya makanan, bahkan mengajaknya ke kos untuk mabar sambil ngopi.

Tidak hanya itu, rokok Harunpun sampai dibelikan oleh Lukman.

Kena angin apa Lukman ini? Pikirnya.

"Ngapa lo ngeliatin gue kayak gitu banget?"

Lukman risih melihat Harun menatapnya memicing penuh curiga, jika saja bukan permintaan tolong sahabatnya Malik, mana mau Lukman berkorban begini?

"Bang, gue curiga elo mau jual gue kayak Malik."

"Congor lo Run! Lo kata gue pemeran utama extracurricular? Kagak nyet, gue cuma menjamu lo sebagai senior yang baik." Lukman masih mencoba meyakinkan Harun kalau tindakannya ini normal, meski si junior malah menggeleng tidak percaya sembari membalas...

"Halah, berak. Sepupu lo yang mana lagi bang yang butuh inspirasi? Cakep gak?"

"Diem! dan minum kopi lo sebelum gue campur sianida. Mau lo?"

 Mau lo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Keduanya jatuh dalam lelah setelah sesi 'olahraga' berat mereka.

Tubuh Malik ataupun Siwi belum ditutupi apapun selain selimut yang hanya satu namun dipakai berdua, meski penuh peluh tapi Malik tidak ragu memberi kecupan dalam dan lama pada kening Siwi sembari mengucap terima kasih atas service yang luar biasa tadi.

"Thankyou kak, makasih udah percaya sama aku. Aku sayang kamu... beneran."

Lengan Malik yang dijadikan Siwi bantal membuat pemuda itu mudah berbalik dan mencari jawaban dari binar mata Siwi. Sungguh, Malik serius meski pernyataan cintanya dilakukan saat dua-duanya sama-sama mencari nikmat sendiri-sendiri.

Berkali-kali Malik berbisik dengan setengah geraman di telinga Siwi "I love you Widia, ngggh I love you Widia, I love you Widiahhhh." Hingga bersama mendapat klimaksnya namun sampai kegiatan mereka berakhir, Siwi tidak membalasnya sama sekali.

Lama terdiam akhirnya Malik menarik Siwi ke dalam dekap, bernyanyi ringan seolah menina bobokan sang kakak gue.

I'd spend ten thousand hours and ten thousand more
Oh, if that's what it takes to learn that sweet heart of yours
And I might never get there, but I'm gonna try—

"Lik," Panggil Siwi dengan nada yang entah mengapa terdengar serius hingga menggantungkan nyanyian indah Malik di telinganya.

"Hm? Kenapa kak?"

"Aku gak bisa balas kamu."

Sesi tadi panas meski harus diakhiri hening karena penolakan Siwi.

Bukan mimpi Siwi berkali-kali mendesah hingga meneriakkan namanya, bukan mimpi gadis itu menyingkirkan rambut di keningnya yang menempel basah karena keringat, dan bukan mimpi saat Siwi bilang tidak bisa membalas perasaannya tapi rasanya Malik tidak mau bangun, ia terbaring dengan hati yang begitu hancur.

SUGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang