Minggu pertama

3.4K 907 169
                                    

Sungguh sulit dipercaya, entah keberuntungan atau kemalangan yang datang pada Malik minggu ini.

Uang SPP semester depan yang harus dibayarkannya lagi mengingat ia tidak kunjung lulus— bajingan untuk mata kuliah aljabar linier dan struktur diskrit— setengahnya sudah ada di rekening beserta uang bensin, makan, yang terjamin sebulan kedepan.

Malik merasa ia masih seperti jual diri, beruntungnya bukan tante-tante bau tanah yang mengisi rupiah ke rekeningnya melainkan kakak-kakak yang cukup manis.

Ah, harusnya ia yang memberikan afeksi dan perhatian, bukan malah sebaliknya tapi sekarang Malik sudah di dalam mobil Siwi yang melaju mengantarkannya ke kampus.

Selain manis, wangi, dan ber-uang, kakak gulanya juga super care, asik, seru, dan pastinya loyal.

Kalau kerjanya kayak gini mah jangankan sebulan, setahun juga Malik mau.

"Jadi motor lo masuk bengkel? Haha untung Luke bilang tadi, makanya gue tawarin jemput."

"Iya kak... tapi kak Siwi gak perlu repot tau. Malik bisa nebeng sama anak-anak di kosan, lagian

uang jajan dari kak Siwi bisa buat naik grab... Car bukan bike."

Lagi-lagi Siwi tertawa karena merasa kalimat Malik teramat menggemaskan.

"Kepala lo boleh gue usek-usek ga?"

"Kepala yang mana?"

Celetukan Malik berubah menjadi cengir,

"Becanda kak." Pemuda 1999 itu kemudian memajukan kepalanya agar bisa dibuat berantakan oleh jari-jari Siwi.

Ah, kok lembut banget?

Malik berteriak dalam hati, disini bukan hanya Siwi, ia juga pada dasarnya fakir afeksi.

"Aung, lucu banget sih Lik. Pengen bawa pulang jadinya— oh iya, ntar pulang jam berapa? Kakak jemput ya?"

"Kak, kak Siwi itu... gebetan aku loh." Malik ragu-ragu mengucapkannya.

"Bukan supir, jadi gak usah kak. Malik bisa pulang sendiri."

"Yeee!" Kepalanya didorong pelan. "Gue gak mau menyia-nyiakan waktu Malik, cuma sebulan woy jadi kalau kita bisa ketemuan ya gue samperlah. Jadi pulang jam berapa?"

"Jam lima kak, chat aja kalau udah di kampus kalau gitu."

"Okay."

Siwi menepikan mobilnya di depan gerbang kampus, sudah lama ia tidak masuk ke sana setelah lulus.

Siwi bahkan tidak menyangka ke kampus lagi bukan untuk melajutkan pasca sarjana melaikan mengantarkan brondong gebetannya yang sudah mulai merapikan kemeja dan menyisir rambutnya asal dengan jemarinya sendiri.

"Biaya bengkel motor lo berapa? Nanti kakak transfer."

"Gak usah kak, yang punya bengkel temen saya kok. Gimana udah rapi belum?"

Siwi mengangguk sembari sedikit merapikan anak rambut Malik, juga memberbaiki kerah kemeja dan mengusapnya di bagian dada pemuda itu sebagai penutup.

"Udah rapi, belajar yang bener. Nanti kakak jemput."

"Siap!" Malik baru hendak membuka pintu mobil Siwi, sebelum ia berbalik menatap gadis yang lebih tua empat tahun itu sejenak sembari mengigit bibirnya sendiri, ada ragu tapi tatapan ramah Siwi meyakinkan Malik.

Pemuda teknik elektro itu tersenyum, tangannya melesak ke leher dan belakang telinga Siwi meninggalkan ibu jarinya mengusap lembut pipi gadis yang sudah membeku di tempatnya itu.

SUGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang